23
Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan adanya:
a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dapat
dilihat seperti: hasil belajar keterampilan motorik psikomotorik anak bisa menulis, dan sebagainya, juga hasil belajar kognitif seperti
pengetahuan faktaingatan, pemahaman dan aplikasi. Sedangkan perubahan yang potensial berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata, perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti hasil belajar: afektif
penghargaan, keyakinan, dan sebagainya juga hasil belajar kognitif tinggi pengetahuankemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar diatas bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, atau afektif atau
psikomotorik, yaitu sebagai kemampuan yang betul-betul baru diperoleh atau sebagai kemampuan sebelumnya. Kemampuan hasil belajar itu
sifatnya ralatif menetap tidak segera lenyap. c. Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang
belajar dengan pengalaman memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya atau dengan latihan melatih,
menirukan.
25
5. Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang
belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahanpembentukan tingkah laku tertentu. Tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif
hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
25
Alisuf Sabri, op.cit., h.56-57
24
Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut taksonomi bloom yaitu tujuan belajar siswa di
arahkan untuk mencapai ketiga ranah: afektif, kognitif, dan psikomotorik. Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan faktaingatan,
pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berfikir analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh ketrampilan fisik yang berkaitan dengan
keterampilan gerak maupun keterampilan ekpresi verbal dan non verbal.
26
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Yudhi Munadi yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa internal adalah berupa faktor
fisiologis dan psikologis pada diri siswa, sedangkan luar diri siswa eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.
a. Faktor Internal
1 Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah atau capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan
sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya
berada di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek,
cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. Tidak hanya itu hal yang paling penting dalam proses pembelajaran juga
yaitu kondisi panca indera.
2 Faktor Psikologis
Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar
26
Alisuf Sabri, ibid, h.58-59
25
masing-masing. Yang menyangkup faktor psikologis, yaitu: intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif serta daya
nalar.
27
b. Faktor Eksternal
1 Faktor lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: faktor lingkungan alamnon sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang
termasuk faktor lingkungan non sosialalam ini yaitu: keadaan suhu, cuaca, kelembaban udara, waktu pagi, siang, malam, tempat letak
gedung sekolah, lingkungan sekitar kelas, dan sebagainya. Misalnya ada yang bercanda atau mengobrol di dalam kelas atau di luar kelas membuat
kelas tidak kondusif dalam pembelajarannya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
2 Faktor Instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari sarana dan prasarana kelassekolah,
alat pengajaran,
media pengajaran,
guru, dan
kurikulummateri pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
28
H. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitaian Tindakan Kelas.
Penelitian tindakan adalah nama yang diberikan kepada suatu pergerakan yang secara umum semakin berkembang di dalam bidang penelitian pendidikan.
Gerakan tersebut mendorong seorang guru untuk melakukan penelitian kembali terhadap praktek pembelajaran yang dilakukannya dengan maksud untuk
meningkatkan kualitas pendidikan bagi diri sendiri maupun para peserta didiknya.
27
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran “Sebuah Pendekatan Baru”, Jakarta: GP Press,
2010, cet. 3, h. 24-26
28
Yudhi Munadhi, ibid, h. 31-32
26
Penelitian Tindakan Kelas atau PTK Classroom Action Research memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran
apabila di implementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK yaitu guru mencoba dengan sadar
mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah- masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna
yang diperhitungkan dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat
memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Upaya PTK
diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar Learning Culture di kalangan para guru. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan
kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.
Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan Action Research, dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umumnya. Kurt
Lew in, mengatakan: “Bahwa penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah
yang terdiri atas empat tahap: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi”.
29
“Menurut Kunandar, penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep, yakni sebagai berikut: 1 Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek
tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. 2 Tindakan adalah suatu aktivitas
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses
belajar mengajar. 3 Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru
”.
30
Penelitian Tindakan Kelas PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara: 1 merencanakan, 2 melaksanakan, 3
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsipatif dengan tujuan
29
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010, cet.5, h. 41-42
30
Ibid, h.45
27
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. PTK termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja
bersifat kuantitatif.
31
Dalam PTK guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Guru merupakan orang yang paling
akrab dengan kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa berlangsung secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kreatif dan
inovatif yang bersifat pengembangan mengharuskan guru mampu melakukan PTK di kelasnya.
Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah
penelitian yang sudah baku dan bukan tradisional. Dari berbagai pengalaman penelitian, temuan penelitian tradisional terkadang sangat sukar diterapkan untuk
memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena itu arahan atau petunjuk untuk melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para guru.
32
2. Manfaat PTK
a. Manfaat Umum PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya: membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran, meningkatkan profesionalitas
guru, meningkatkan rasa percaya diri guru, memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan, dan keterampilannya.
b. Manfaat khusus PTK, antara lain: menumbuhkan kebiasaan menulis, menumbuhkan budaya meneliti, menggali ide-ide baru, melatih
pemikiran ilmiah, mengembangkan keterampilan, meningkatkan kualitas pembelajaran kelas.
31
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Indeks, 2012, cet. 5, h. 9
32
Ibid, h. 11
28
c. Manfaat PTK yang dilakukan di sekolah dapat disimpulkan sebagai berikut: menumbuhkan kebiasaan menulis, berpikir analitis dan ilmiah,
menambah khasanah ilmu pendidikan, menumbuhkan semangat guru lain, mengembangkan pembelajaran, meningkatkan mutu sekolah secara
keseluruhan.
33
3. Keunggulan PTK, yaitu:
Keunggulan PTK yang dilaksanakan di sekolah, menurut Wijaya kusumah dan Dedi Dwitagama diantaranya:
a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual. b. Kerangka kerjanya teratur.
c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif. d. Fleksibel dan adabtif.
e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran. f.
Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas. g. Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme
guru.
4. Prinsip PTK
Selain memiliki keunggulan, PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru disekolah. Prinsip tersebut antara lain:
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar. b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan
sehingga mengganggu proses pembelajaran. c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang
dirumuskan cukup menyakinkan. d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup
merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
33
ibid h. 14-16
29
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh
pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi. f.
Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan perlu kerja sama antara guru
dan dosen.
34
I. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai penguat penelitian tentang peningkatan hasil belajar PAI siswa dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achiecement Division,
penulis mengutip penelitian yang relevan, yaitu: 1. Asep Awaludin, dengan judul penelitian
: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student teams achievement division dengan peta konsep
terhadap hasil belajar biologi siswa” kuasi eksperimen di SMA Al-Mukhlisin Ciseeng bogor, penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Dengan hasil
penelitian, berdasarkan data yang diperoleh melalui pretest kedua kelas memiliki rata-rata yang berbeda. Kelas eksperimen dengan rata-rata 44,65
dengan nilai tertinggi 55, dan nilai terendah 15. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 34,57, nilai tertinggi 50, dan nilai terendah 15. Pada hasil
posttest, untuk kelas eksperimen rata-rata 75,5 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 55. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 66,73 dengan
nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Setelah mengetahui hasil nilai posttest, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenesis pada hasil
kedua kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen. Dengan hasil uji-t didapatkan t
hitung
t
tabel
2,682,01. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD ini memiliki pengaruh pada
hasil belajar siswa dalam masing-masing kelompok.
35
34
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas....... h. 17
35
Asep Awaludin, dengan judul penelitian: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Student teams achievement division dengan peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa” kuasi eksperimen di SMA Al-Mukhblisin Ciseeng bogor, Jakarta: Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah, 2013, h. 54
30
2. Wirda susanti, dengan judul penelitian : “Pengaruh pembelajaran kooperatif
tipe STAD Student Teams Achievement Division terhadap motivasi siswa pada konsep laju reaksi”, penelitian ini dilakukan pada tahun 2012.
Berdasarkan hasil penelitian melalui uji- t pada taraf signifikansi 5 α =
0,05 didapatkan skor motivasi akhir sebesar t
hitung
5,83 dengan t
tabel
2,00. Dari hasil test tersebut didapatkan kesimpulan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh
siswa kelas eksperimen 80,36 dan kelas kontrol 75,58. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai yang diperoleh kelas dengan menggunakan
kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan metode ekspositori.
36
3. Abdul Aziz Assalam, dengan judul penelitian “Pengaruh Model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep Tekanan”
Kuasi Eksperimen di MTs. Al-Khairiyah Jakarta, yang dilakukan pada tahun 2012. Berdasarkan hasil pretest kelompok eksperimen didapatkan skor
tertinggi 65 dan terendah 20 dengan rata-rata 39,91. Sedangkan kelompok kontrol diperoleh skor tertinggi 60 dan skor terendah 11,65 dengan rata-rata
36,75. Dan nilai uji-t dihasilkan t
hitung
5,81 dan t
tabel
2,00. Karena t
hitung
t
tabel
5,812,00. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil hasil belajar siswa.
37
4. Novi Jumaroh Yanti, dengan judul penelitian “Peningkatan Kemampuan
Menulis Karangan Argumentasi dengan Metode Membaca Kritis Menggunakan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD” PTK dikelas X semester
II SMA PGRI 56 Ciputat”, dilakukan pada tahun 2012. Pada siklus I nilai
pretest diperoleh rata-rata 54,7 dengan nilai terendah 20 dan tertinggi 80. Sedangkan hasil posttest diperoleh nilai rata-rata 71,3 dengan nilai terendah
55 dan nilai tertinggi 89. Pada siklus II, pretest diperoleh nilai rata-rata 77,33 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Sedangkan hasil posttest
36
Wirda susanti, dengan judul penelitian: “Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD
Student Teams Achievement Division terhadap motivasi siswa pada konsep laju reaksi”, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012. h.67
37
Abdul Aziz Assalam, dengan judul penelitian: “Pengaruh Model pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep Tekanan” Kuasi Eksperimen di MTs. Al- Khairiyah Jakarta, jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012
31
diperoleh nilai rata-rata 87,16 dengan nilai terendah 75 dan tertinggi 100. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari
pretest dan posttest baik pada siklus I dan siklus II.
38
5. Ruslah, dengan judul penelitian “Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman gaya bahasa pada puisi” Sebuah Penelitian Tindakan Kelas X MAN 22 Jakarta, yang dilakukan pada
tahun 2010. Dengan hasil sebagai berikut: pretest pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 56,53 dan nilai posttest 71,5. Dan diperoleh nilai t
hitung
12,7 dan nilai t
tabel
2,00. Dengan ketentuan t
hitung
t
tabel
12,72,00. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman gaya bahasa puisi pada siswa kelas X.
39
6. Bustommy, dengan judul penelitian: “Upaya peningkatan hasil belajar ilmu
pengetahuan alam melalui model kooperatif tipe STAD” Penelitian Tindakan Kelas V MI Al-Khairiyah Pondok Pinang Jakarta Selatan, penelitian ini
dilakukan pada tahun 2012. Dengan hasil penelitian: hasil pretest diperoleh pada siklus I nilai rata-rata 53,14 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah
30. Sedangkan nilai posttest diperoleh nilai rata-rata 72 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Pada siklus II diperoleh pretest nilai rata-rata 57,14
dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 25. Sedangkan posttest nilai rata- rata 76,71 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Maka dapat
disimpulkan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
40
38
Novi Jumaroh Yanti, dengan judul penelitian: “Peningkatan Kemampuan Menulis
Karangan Argumentasi dengan Metode Membaca Kritis Menggunakan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD” PTK dikelas X semester II SMA PGRI 56 Ciputat”, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2012, h.81
39
Ruslah, dengan judul penelitian: “Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD untuk
meningkatkan kemamp uan pemahaman gaya bahasa pada puisi” Sebuah Penelitian Tindakan
Kelas X MAN 22 Jakarta, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010, h. 57
40
Bustommy, dengan judul penelitian: “Upaya peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan
alam melalui model kooperatif tipe STAD” Penelitian Tindakan Kelas V MI Al-Khairiyah Pondok Pinang Jakarta Selatan, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012
32
J. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih atau kesimpulan yang masih belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran
hipotesis itu melalui suatu tindakan. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis yang dimaksud dengan data di lapangan, karena
hipotesis sesungguhnya adalah hanya sekedar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.
Dengan hipotesis penelitian menjadi jelas arah pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik
sebagai subjek pengujian maupun dalam pengumpulan data.
41
Berdasarkan pokok pikiran tersebut peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achiecement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih
Kelas VIII-3 di MTs. Jam”yyatul Khair Ciputat Timur”.
41
M. Burhan Bugis, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijkan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2010, cet.5, h. 75
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur-
Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari bulan Oktober- November 2014 yaitu pada tanggal 16 Oktober-6 November 2014, dengan rincian
sebagai berikut: a siklus I terdiri dari 2kali tatap muka, b siklus kedua terdiri dari 2kali tatap muka. Rencana pelaksanaan kegiatan tatap muka mengikuti atau
menyesuaikan waktu pembelajaran mata pelajaran yaitu pada hari Kamis.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki hal-hal yang dapat membuat hasil belajar rendah.
Sehingga peneliti mempunyai harapan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunkan metode penelitian tindakan kelas ini.
Adapun desain siklus tindakan dalam penelitian yang penulis lakukan meliputi; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi:
1. Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behaviour, pelancaran tes diagnostik
untuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran dapat disebut juga dengan RPP, penggadaan alat-alat dalam rangka implementasi
PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu, juga diuraikan alternatif-
alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikkan masalah. 2. Pelaksanaan tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan digelar, skenario
kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. 3. Observasi dan interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman,
penafsiran data mengenai proses dan produk, serta pelaksanaan tindakan perbaikkan yang dirancang.
34
4. Refleksi dan Analisis, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikkan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan, dan kriteria serta rencana bagi tindakan siklus berikutnya.
1
Keempat konsep penelitian tersebut, peneliti akan memaparkan pada siklus gambar menurut Model Kurt Lewin, sebagai berikut:
Gambar 3. 1 Siklus Kegiatan PTK menurut Kurt Lewin
Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis. Bila pada siklus pertama belum berhasil, maka perlu dilakukan kembali pada
kesempatan siklus kedua, karena tujuan diadakannya PTK untuk membuktikan bahwa model pembelajaran Student Teams Achievement Divisoin dapat
meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak. Refleksi pertama dapat dilakukan guru bersama teman sejawat dengan tujuan
untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini dengan jalan mengidentifikasikan baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh
1
Mansur Muslich, Melaksanakan PTK itu Mudah Class Room Action Research, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012, cet.6, h. 204-205
Perencanaan Planning
Pengamatan Observing
Refleksi reflecting
Tindakan Acting
35
maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak. Hasil refleksi
digunakan untuk memeperbaiki rencana tindakan pada siklus kedua, atau seterusnya sampai hasil akhir yang memuaskan.
Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis.
2
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau sesuatu yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
3
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi ialah seluruh siswa-siswi
MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat- Tangerang Selatan.
Adapun istilah sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.
4
Peneliti memilih kelas VIII-3 bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran Fiqih di kelas VIII-3.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peranan komparatif. Dalam melaksanakan tugas atau berjalannya penelitian ini, guru tidak mungkin berkerja sendirian dan mengandalkan kemampuannya
secara individual. Karena itu, para guru perlu bekerja sama antara sesama guru dan dengan pekerja-pekerja sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan dengan
2
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet. 2, h. 2009
3
Wiratna Sujarweni dan Poli Endrayanto, Statistika untuk Penelitia,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, cet. 1, h.13
4
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, h. 130-131
36
persatuan orang tua murid. Peran kerja sama dalam pengajaran diantara guru-guru secara formal dikembangkan dalam sistem pengajaran beregu.
5
Peran dan posisi peneliti dalam tindakan ini adalah peneliti berperan sebagai pengajar yang melaksanakan proses pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di kelas VIII-3
MTs. Jam’yyatul Khair Ciputat-Timur. Peneliti berperan sebagai observe yang bekerja sama dengan guru
bidang Fiqih kelas VIII.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tindakan pertama adalah implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan pengumpul
data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran selesai. Guru juga
dapat meminta bantuan kolega guru lainnya untuk melakukan pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan. Selama proses belajar akan dilakukan
observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis dengan
cara guru melakukan refleksi. Tindakan kedua berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran
yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan dilakukan observasi
menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Refleksi kedua juga dilakukan guru bersama teman sejawat bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan jalan
mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah di peroleh maupun
5
Mukhtar dan Martinis Yamis, Metode Pembelajaran yang Berhasil, Jakarta: PV. Sasama Mitra Suksesa, 2003, cet. 3, h. 83
37
kekurangan-kekuranagan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Adapun siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:
6
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3. 2 Alur dalam Penelitian Tindakan
6
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Indeks, 2012, cet. 5, h. 41-44
REFLEKSI Reflecting
TINDAKAN Acting
PENGAMATAN Observing
PERUBAHAN PERENCANAAN
Planning
TINDAKAN Acting
PENGAMATAN Observing REFLEKSI
Reflecting PERENCANAAN
Planning