57
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Puskesmas Rawat Inap Pekan Labuhan kecamatan Medan Labuhan tahun 2013. Terdapat beberapa
kelemahan data sekunder ini, antara lain: 1. Validitas pengukuran berat badan balita tidak dapat di pertanggungjawabkan
karena peneliti tidak melihat langsung pengukuran berat badan balita.
2. Pemberian PMT-P tidak dapat dipertanggungjawabkan karena pada saat pemberian petugas hanya menanyakan PMT-P habis atau tidak sehingga
dikhawatirkan PMT-P di makan juga oleh anggota keluarga lainnya.
3. Data umur yang ada perhitungannya kurang tepat.
4. Tidak ada pemeriksaan penyakit penyerta pada saat PMT-P berlangsung, hanya ada rekam medis pada saat balita datang ke puskesmasRS
5. Pengukuran berat badan menggambarkan status saat kini, klasifikasi berat badan menurut umur memiliki banyak kelemahan seperti sulit menentukan umur
yang benar – benar tepat, dapat mengakibatkan interpretasi yang keliru jika ada
oedema.
5.2 Berat Badan Sebelum dan Sesudah Mendapatkan PMT-P
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensisitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
lebih lambat dari keadaan normal. Dalam penelitian ini seluruh balita yang diamati adalah balita gizi buruk
sebanyak 18 orang dimana variabel yang diamati adalah Berat Badan balita gizi buruk setelah mendapatkan PMT-P selama 3 bulan berturut-turut.
Dari hasil penelitian pada balita gizi buruk, setelah mendapatkan PMT-P mengalami perubahan atau peningkatan. Dimana pada bulan I pemberian PMT-P
ada 7 balita 39 yang mengalami peningkatan BB dan 11 balita 61 tidak mengalami perubahan. Pada bulan II, keseluruhan balita 100 mengalami
peningkatan BB meskipun perubahannya tidak signifikan. Pada bulan ke III pemberian PMT-P semua balita mengalami perubahan yang semakin baik
meskipun sebagian balita tidak mengalami penambahan BB yang signifikan karena ada balita yang BB-nya hanya meningkat 2 ons selama 3 bulan pemberian
PMT-P. Hal ini bisa disebabkan karena riwayat penyakit balita seperti ISPA. Menurut Pudjadi 2003, dampak penyakit infeksi terhadap pertumbuhan dan
status gizi adalah menurunnya berat badan. Keadaan demikian disebabkan oleh
hilangnya nafsu makan pada penderita infeksi ISPA sehingga masukan gizi dan energi kurang dari kebutuhan.
5.3 Gambaran PMT-P