37
memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat biasanya menjual biji kapulaga kering ke pedagang dengan harga Rp 20.000,- per kg.
Dalam perdagangan internasional, kapulaga Amomum cardamomum dikenal dengan nama false cardamon. Menurut Indo 1989 ekspor kapulaga
Amomum cardamomum dari Indonesia hanya dari buah kapulaga. Ekspor kapulaga Amomum cardamomum di Indonesia umumnya ke Singapura dan Cina.
5.5 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga
Dalam pengembangan TOGA dibutuhkan stimulus atau dorongan untuk membentuk sikap dan prilaku pro konservasi. Sikap dan prilaku pro konservasi ini
diwujudkan dalam 3 kelompok stimulus AMAR Alamiah, Manfaat, dan Rela. Ketiga stimulus AMAR digunakan dalam pemilihan spesies TOGA yang akan
menjadi unggulan dalam pengembangan TOGA di Kampung Babakan-Cengal yang diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan dan budidaya oleh masyarakat
Gambar 16.
Gambar 16 Strategi pengembangan TOGA. Sumber : Modifikasi Zuhud 2007
1. Stimulus Alamiah Stimulus alamiah merupakan stimulus yang dipahami oleh masyarakat
tentang bagaimana sifat-sifat alamiah dari tumbuhan dan lingkungan yang ada disekitarnya. Sebagian besar masyarakat Kampung Babakan-Cengal sudah bisa
membedakan sifat-sifat ekologis tumbuhan, hal tersebut terlihat dari tumbuhan yang tedapat dilingkungan sekitar. Lahan pekarangan dimanfaatkan masyarakat
untuk ditanami tumbuhan berukuran kecil, tumbuhan tersebut ditanam langsung
Stimulus Stimulus
Manfaat Prilaku
Sikap
Stimulus Rela
Stimulus Alamiah
38
dipekarangan atau melalui pot-pot plastik sebagai media tempat tumbuhnya. Tumbuhan yang terdapat di pekarangan rata-rata tumbuhan yang dapat digunakan
juga untuk keperluan bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai merah, jeruk nipis, kencur, dan lain-lain. Sedangkan tumbuhan yang
berukuran besar, masyarakat menanamnya dilahan perkebunan. 2. Stimulus manfaat
Stimulus manfaat merupakan dorongan yang paling diminati masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat merasakan langsung manfaat dari tumbuhan
tersebut. Selain manfaat kesehatan yang menjadi manfaat utama dari TOGA untuk masyarakat, TOGA juga memiliki nilai ekonomi. Tumbuhan obat yang memiliki
nilai manfaat ekonomi tinggi diantaranya kapulaga, pisang, alpukat, kelapa, dan cengkeh. Sedangkan tumbuhan obat yang memiliki nilai manfaat tinggi yaitu
tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit yang dideritanya.
3. Stimulus rela Stimulus rela adalah stimulus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan,
terutama ganjaran dari sang pencipta alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan, budaya dan tradisional, kepuasan batin,
dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kerelaan dalam melakukan sesuatu Zuhud 2007. Stimulus rela merupakan stimulus utama dan paling mendasar
yang memiliki nilai paling tinggi. Stimulus rela didorong juga dengan adanya kepastian akses dalam pemanfaatan TOGA bagi masyarakat. Stimulus kerelaan ini
sudah terbangun pada masyarakat Kampung Babakan-Cengal karena masyarakat sudah memiliki lahan sendiri sehingga masyarakat memiliki kepastian akses
dalam pemanfaatan tumbuhan obat yang mereka tanam sendiri. Berdasarkan strategi pengembangan TOGA, TOGA yang merupakan
potensi Kampung Babakan-Cengal stimulus alamiah, memiliki nilai manfaat yang penting stimulus manfaat, dan sudah dibudidayakan dan digunakan
stimulus rela yang harus menjadi prioritas dalam pengembangan dan budidaya diantaranya kapulaga Amomum cardamomum, jeruk nipis Citrus aurantifolia,
jahe Zingiber officinale, alpukat Persea gratissima, jambu biji Psidium guajava, kunyit Curcuma domestica, bawang merah Allium cepa.
39
Selain tiga stimulus itu dimiliki oleh masyarakat, partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, sistem pembangunan yang terencana dan terintegrasi
memungkinkan pencapaian tujuan pengembangan tumbuhan obat secara maksimal. Keterlibatan antar insitusi seperti dinas kesehatan, pendidikan,
kehutanan, pertanian, dan perguruan tinggi sangat diperlukan. Dalam konteks implementasi praktis, masyarakat dapat mengembangkan spesies tumbuhan obat
dengan membudidayakan tumbuhan obat keluarga TOGA secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam
pengobatan keluarga. Program yang dapat membantu masyarakat dalam upaya pengembangan
tumbuhan obat agar potensi yang ada bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin yaitu dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Penyuluhan mengenai pengenalan spesies tumbuhan obat keluarga TOGA
serta memberikan pelatihan tumbuhan obat. Pelatihan tumbuhan obat yang diberikan meliputi pengenalan tumbuhan obat dan pemanfaatannya, membahas
beberapa kasus penyakit dan cara pengobatannya, dan memberikan pelatihan demo cara meracik ramuan tumbuhan obat yang sederhana skala rumah
tangga 2.
Pembinaan kader TOGA yang nantinya dapat menjadi wadah informasi bagi masyarakat lainnya untuk berbagi wawasan dan keterampilan yang
berhubungan dengan TOGA. 3.
Kunjungan kader TOGA ke kebun percontohan tumbuhan obat yang sudah maju. Mengenal spesies tumbuhan obat dengan buku panduan didampingi oleh
para pemandu yang berpengalaman di bidangnya. Program kunjungan tumbuhan obat adalah melihat, memetik, dan belajar menanam aneka
tumbuhan obat pada lahan pekarangan, yang diharapkan masyarakat akan termotivasi untuk mengembangkan TOGA di pekarangan maupun kebun yang
nantinya selain kesehatan masyarakat meningkat, masyarakat juga dapat memperoleh nilai ekonomi dari usahanya.
4. Sosialisasi mengenai TOGA melalui pembuatan poster atau iklan-iklan
layanan masyarakat yang berkaitan dengan TOGA dan pemeliharaan kesehatan
40
secara alami serta memberikan buku lengkap tentang tumbuhan obat yang berkhasiat agar dapat dipelajari.
5. Diskusi masalah kesehatan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan
masyarakat. Selain memberikan solusi kesehatan, dengan adanya diskusi ini pengetahuan masyarakat bertambah dalam hal tindakan yang harus dilakukan
sebelum mereka sakit preventif. Dalam pengembangan nilai ekonomi, pengembangan tumbuhan obat yang
dipilih untuk diterapkan di masyarakat adalah pengembangan tumbuhan obat yang sederhana. Fokus pengembangan tumbuhan obat dengan skala home industry
diharapkan dapat dilakukan dan berkelanjutan, yang akhirnya dari kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
masyarakat sekitar dan berdampak pada kesejahteraan hidup yang lebih baik. Program yang akan dilaksanakan diharapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program menjadi lebih tinggi.
41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Masyarakat Kampung Babakan-Cengal telah menggunakan tumbuhan obat
secara turun temurun untuk mengobati berbagai macam penyakit, sehingga tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal potensial dikembangkan
untuk kemandirian masyarakat. Teridentifikasi sebanyak 88 spesies tumbuhan obat, dimana Zingiberaceae merupakan famili tertinggi
sebanyak 9 spesies dan herba merupakan habitus tertinggi sebanyak 34 spesies yang ditemukan di kampung tesebut. Tumbuhan obat tersebut
paling banyak ditemukan di pekarangan rumah masyarakat.
2. Pengetahuan masyarakat Kampung Babakan-Cengal terhadap tumbuhan
obat cukup tinggi. Pengetahuan tersebut diperoleh secara turun menurun. Kegiatan konservasi berupa budidaya tumbuhan obat masih dilakukan oleh
beberapa masyarakat, tumbuhan yang dibudidayakan sebagian besar tumbuhan obat yang juga bermanfaat sebagai penghasil bumbu dapur dan
penghasil buah-buahan. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat tidak hanya terbatas pada bagian tumbuhan yang masih segar tapi juga
dalam bentuk keringsimplisia.
6.2 Saran
1. Diperlukan media seperti buku, kegiatan pendampingan, serta pembinaan
secara terus menerus untuk lebih meningkatkan dan menyambungkan pengetahuan masyarakat terkini mengenai tumbuhan obat. Masyarakat
diharapkan tetap mempertahankan pemanfaatan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit dan memelihara kesehatannya.
2. Perlu pengembangan tumbuhan obat keluarga TOGA dengan jenis
kapulaga, jeruk nipis, jahe, alpukat, jambu biji, kunyit, bawang merah melalui pembudidayaan dan pemanfaatan oleh masyarakat di kampung
Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor secara sistematis dan berkelanjutan, sehingga juga dapat menjadi sumber mata pencaharian baru bagi
masyarakat.