6
2003 TOGA ialah Tanaman Obat Keluarga, dahulu disebut sebagai “Apotik
Hidup”, dalam pekarangan atau halaman rumah ditanam beberapa tanaman obat yang digunakan secara empirik oleh masyarakat untuk mengatasi penyakit atau
keluhan-keluhan yang dideritanya. Beberapa tanaman obat telah dibuktikan efek farmakologinya pada hewan coba dan beberapa tanaman telah dilakukan uji klinik
tahap awal. Dalam kondisi tertentu TOGA dapat pula dibuat dengan memanfaatkan pot,
atau benda-benda lain yang dapat dan cocok untuk menumbuhkan tumbuhan yang berkhasiat obat. Spesies-spesies TOGA yang ditanam harus memiliki kriteria atau
pernyataan sebagai berikut Deryanti 2010: a.
Tumbuhan tersebut sudah terdapat di daerah pemukiman yang bersangkutan. b.
Tumbuhan mudah dikembangbiakan, tidak perlu cara penanaman khusus dan tidak memerlukan cara pemeliharaan yang rumit.
c. Dapat dipergunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk sumber makanan,
bumbu dapur, kayu bakar, bahan kerajinan tangan dan sebagainya. d.
Dapat diolah menjadi simplisia dengan cara sederhana. e.
Tumbuhan sudah terancam kepunahannya.
2.5 Pekarangan
Pekarangan adalah taman rumah tradisional yang besifat pribadi yang merupakan sistem terintegrasi dengan hubungan yang erat antara manusia,
tanaman dan hewan Arifin et al 2009. Pekarangan juga merupakan ruang terbuka yang sering dimanfaatkan untuk acara kekerabatan dan kegiatan sosial.
Pekarangan mempunyai fungsi yaitu agroforestri, konservasi sumberdaya alam yang bersifat genetika, tanah dan air, produksi pertanian, serta hubungan sosial
budaya di area pedesaan. Karakteristik dan struktur pekarangan sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya masyarakat setempat,
sifat ekologis tanaman dan jenis hewan. Salah satu manfaat pekarangan pedesaan adalah sebagai apotik hidup atau
apotik hijau. Tumbuhan yang ditanam adalah tumbuhan obat yang dimanfaatkan sebagai sarana pengobatan dan usaha menjaga kesehatan keluarga. Usaha
7
memberdayakan sistem pekarangan sebagai sumberdaya sudah lama menjadi bagian integrasi dalam usaha tani terpadu masyarakat pedesaan Wahab 1998.
Fungsi lahan pekarangan yang paling dirasakan manfaatnya adalah produksi, baik secara subsisten maupun komersial Karyono 1985 diacu dalam
Bahro 1991. Kedua fungsi tersebut sukar dipisahkan karena berfungsi subsisten tetapi pada saat lain akan berfungsi komersial. Fungsi komersial ditunjukkan oleh
produksi yang berlebih, atau sengaja dijual untuk dapat membeli komoditi pangan yang lebih banyak walaupun kualitasnya lebih rendah.
2.6 Masyarakat Desa
Masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan Soekanto 1982. Struktur masyarakat terdiri dari
beberapa unsur yaitu manusia yang hidup bersama, berkumpul dalam waktu yang cukup lama sehingga terjadi sistem komunikasi dan timbul peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan kelompok tersebut sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan dan satu sistem hidup bersama sehingga menimbulkan
kebudayaan Soekanto 1982. Masyarakat digolongkan menjadi dua yaitu masyarakat desa dan masyarakat
kota. Masyarakat desa adalah kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sudah
sebagai suatu kesatuan dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka mencapai tujuan Soekanto 1982. Sistem kehidupan masyarakat desa biasanya
berkelompok, atas dasar sistem berkeluarga. Masyarakat desa di Indonesia dapat dipandang sebagai suatu bentuk
masyarakat yang ekonomis terbelakang dan yang harus dikembangkan dengan berbagai cara Sajogyo Sajogyo P 2005. Ciri-ciri kehidupan masyarakat desa
itu salah satunya yaitu selalu menerapkan sistem tolong menolong, aktivitas- aktivitas tolong menolong itu hidup dalam berbagai macam bentuk masyarakat
desa di Indonesia. Disamping adat istiadat tolong menolong antara warga desa dalam berbagai macam lapangan aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan
hubungan tetangga, ataupun hubungan kekerabatan atau lain-lain hubungan yang
8
berdasarkan efisiensi dan sifat praktis, ada pula aktivitas-aktivitas bekerjasama yang lain yang secara populer biasanya juga disebut gotong royong
Dasar-dasar dari aktivitas tolong menolong dan gotong royong sebagai suatu gejala sosial dalam masyarakat desa pertanian telah beberapa kali dianalisa oleh
ahli-ahli ilmu sosial. Selain tolong menolong dan gotong royong, musyawarah pun merupakan salah satu gejala sosial yang ada pada masyarakat pedesaan,
artinya yaitu bahwa keputusan-keputusan yang diambil dalam rapat tidak berdasarkan suatu mayoritas yang menganut suatu pendirian tertentu melainkan
seluruh rapat seolah-olah menjadi suatu badan Sajogyo Sajogyo P 2005. Kehidupan masyarakat tradisional adalah kehidupan yang harmoni dengan
alam sekitar, sedangkan masyarakat modern dibentuk oleh jalan pikiran yang menyatakan bahwa manusia mempunyai hak untuk memanipulasi dan mengubah
alam meskipun dewasa ini masyarakat modern telah meningkat kepeduliannya terhadap lingkungan dan alam sekitar Kusumaatmadja 1995.
9
BAB III METODE PENELITIAN