Budidaya Tumbuhan Obat HASIL DAN PEMBAHASAN

35

5.4 Budidaya Tumbuhan Obat

Budidaya tumbuhan adalah mengelola pertumbuhan tumbuhan dari mulai tanam hingga panen serta memenuhi persyaratan tumbuh tanaman yang dikelola tersebut MTIC 2002. Budidaya merupakan salah satu upaya penting dalam menjaga kelestarian manfaat dari suatu spesies tumbuhan obat, dengan demikian spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan dan banyak dimanfaatkan akan tetap terjaga kelestariannya. Kegiatan budidaya terhadap tumbuhan obat juga menjadi salah satu kegiatan beberapa masyarakat Kampung Babakan Cengal. Kegiatan budidaya dianggap efektif oleh beberapa masyarakat, karena menurut mereka dengan membudidayakan tumbuhan obat keluarga dapat melestarikan dan memudahkan masyarakat dalam pemanfaatannya. Masyarakat biasanya membudidayakan tumbuhan-tumbuhan obat tersebut di pekarangan rumah maupun kebun milik mereka. Tumbuhan obat yang berada di Kampung Babakan-Cengal berdasarkan status budidaya dibagi kedalam 2 klasifikasi yaitu tumbuhan obat yang dibudidaya dan tumbuhan obat yang belum dibudidaya atau liar. Tumbuhan yang dibudidaya oleh masyarakat merupakan tumbuhan yang sering digunakan. Lahan pekarangan dan kebun menjadi tempat yang digunakan masyarakat untuk membudidayakan tumbuhan obat. Di Kampung Babakan-Cengal tumbuhan obat liar paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 57,95 dan sisanya sebanyak 42,05 adalah tumbuhan obat yang dibudidayakan Gambar 15. Gambar 15 Status budidaya tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Kampung Babakan-Cengal Desa karacak yaitu tumbuhan obat yang juga bermanfaat sebagai penghasil bumbu dapur dan penghasil buah-buahan, seperti kapulaga Amomum Budidaya 42,05 Liar; 57,95 36 cardamomum, kencur Kaempferia galanga, jahe Zingiber officinale, kunyit Curcuma domestica, bawang merah Allium cepa, bawang putih Allium sativum, alpukat Persea gratissima, cabai rawit Capsicum frutescens, cabai merah Capsicum annum, jeruk nipis Citrus aurantifolia, pepaya Carica papaya, pisang Musa Paradisiaca, dan lain-lain. Dari semua tumbuhan obat yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat, kapulaga Amomum cardamomum merupakan tumbuhan obat yang paling banyak dibudidayakan. Beberapa masyarakat membudidayakan kapulaga tersebut di kebun milik mereka, hal ini sesuai dengan penyataan Syukur dan Hernani 2002 bahwa lokasi yang baik untuk penanaman kapulaga antara lain di bawah tegakan hutan atau di tempat terbuka. Kapulaga Amomum cardamomum banyak dibudidayakan masyarakat karena selain memiliki banyak manfaat, kapulaga Amomum cardamomum juga mempunyai nilai ekonomis tinggi dan berprospek cerah, selain itu pemeliharaan tumbuhan ini tidak sulit. Menurut Santoso 1989 salah satu keunggulan lain dari budidaya kapulaga Amomum cardamomum adalah siklus hidup tumbuhan yang panjang dan dalam setahun dapat dipanen berulang kali. Kapulaga Amomum cardamomum dengan sistem tanam tumpangsari pada populasi 1.400 tanaman per hektar, akan mampu berproduksi sekitar 2,8 sampai dengan 3 ton buah basah per tahun. Kapulaga Amomum cardamomum sudah mampu berproduksi pada umur 1,5 tahun setelah tanam dengan bibit anakan yang baik hari. Waktu panen kapulaga Amomum cardamomum di Kampung Babakan-Cengal yaitu setiap 40 hari sekali, hal ini sesuai dengan pernyataan Santoso 1989 bahwa waktu panen kapulaga Amomum cardamomum dapat dilakukan setiap 35-45 hari sekali. Masyarakat Kampung Babakan-Cengal biasanya memanfaatkan biji kapulaga untuk dikeringkan lalu dimanfaatkan sebagai rempah dan obat serta memanfaatkan buah kapulaga untuk diambil minyak atsirinya yang kemudian bisa digunakan sebagai penyedap atau pengharum makanan. Minyak atsiri tersebut terdiri dari senyawa sineol, terpen dan terpinol Syukur dan Hernani 2002. Selain dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri, biji yang sudah dikeringkan dan minyak atsiri dari ekstrak buah kapulaga pun biasanya dijual oleh masyarakat untuk 37 memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat biasanya menjual biji kapulaga kering ke pedagang dengan harga Rp 20.000,- per kg. Dalam perdagangan internasional, kapulaga Amomum cardamomum dikenal dengan nama false cardamon. Menurut Indo 1989 ekspor kapulaga Amomum cardamomum dari Indonesia hanya dari buah kapulaga. Ekspor kapulaga Amomum cardamomum di Indonesia umumnya ke Singapura dan Cina.

5.5 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga