Amplifikasi dan Visualisasi DNA Rekonstruksi Filogeni

B. Amplifikasi dan Visualisasi DNA

Amplifikasi gen 12S rRNA dan 16S rRNA berhasil dilakukan pada 9 sampel dari 17 sampel yang diamplifikasi. Amplifikasi menggunakan pasangan primer AF05 dan AF08 berukuran panjang sekitar 1500 pb Gambar 9. Gambar 9 Visualisasi amplikon gen 12S rRNA dan 16S rRNA pada PAGE 6. Ket: M = Marker, 3-17 = nomor sampel Sebanyak 9 sampel menampakkan pita DNA target dan dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing. Setelah DNA target dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing, maka diperoleh 6 sampel yang terbaca jelas. Keenam sampel tersebut adalah P. leucomystax, P. aspera, O. hosii, F. limnocharis, L. microdiscus, dan R. margaritifer.

C. Kongruensi Identifikasi Berdasarkan Morfologi dan Genetik

Hasil analisis dengan menghitung jumlah perbedaan nukleotida dan jarak genetik menunjukkan bahwa hasil penentuan spesies berdasarkan data genetik dapat berbeda dengan data morfologi. Tabel 4 menunjukkan jumlah perbedaan nukleotida dan jarak genetik antara sekuen DNA spesies pada penelitian ini dengan sekuen referensi dari GenBank. Berdasarkan nilai terendah dari jumlah perbedaan nukleotida dan jarak genetik, hasil identifikasi yang kongruen antara identifikasi molekuler dan morfologi adalah pada spesies P. leucomystax, P. aspera, L. microdiscus dan R. margaritifer. Hasil identifikasi yang tidak kongruen adalah spesies F. limnocharis, sedangkan spesies O. hosii belum dapat dipastikan karena kualitas data kurang. 1500 pb 3 5 7 8 10 11 12 16 17 Tabel 4. Jumlah perbedaan nukleotida bawah diagonal dan jarak genetik atas diagonal berdasarkan gen 12S rRNA dan 16S rRNA antar sampel berudu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 B. japonicus 11 - 0.12 0.20 0.34 0.34 0.30 0.30 0.38 0.32 0.25 0.30 0.31 0.33 0.29 0.35 0.33

0.14 0.36

0.34 0.50 0.34 0.77 2 B. melanostictus 12 35 - 0.22 0.35 0.40 0.31 0.31 0.40 0.34 0.24 0.31 0.32 0.30 0.32 0.37 0.34 0.16 0.35 0.38 0.50 0.36 0.75 3 H. japonica 13 57 61 - 0.34 0.32 0.28 0.29 0.31 0.34 0.12 0.26 0.27 0.31 0.30 0.36 0.38 0.22 0.37 0.33 0.41 0.35 0.87 4 F. cancrivora 2 88 91 88 - 0.21 0.23 0.24 0.38 0.31 0.38 0.33 0.30 0.25 0.25 0.21 0.43 0.35 0.42 0.36 0.48 0.20 0.88 5 F. limnocharis 1 88 99 84 60 - 0.24 0.27 0.33 0.31 0.40 0.30 0.30 0.26 0.28 0.18 0.46 0.36 0.44 0.32 0.44 0.18 0.96 6 L. bannaensis 9 82 82 77 65 67 - 0.24 0.28 0.26 0.31 0.27 0.24 0.09 0.24 0.25 0.40 0.33 0.40 0.30 0.35 0.25 0.88 7 R. plancyi 5 80 82 78 68 73 66 - 0.27 0.25 0.32 0.27 0.19 0.24 0.02 0.28 0.40 0.33 0.39 0.27 0.35 0.28 0.84 8 P. megacephalus 4 97 101 82 97 87 76 73 - 0.28 0.33 0.28 0.28 0.27 0.27 0.32 0.44 0.42 0.43 0.27 0.11 0.32 0.83 9 R. schlegelii 3 85 88 89 82 82 72 69 76 - 0.31 0.31 0.25 0.28 0.25 0.30 0.35 0.36 0.34

0.21 0.32

0.29 0.82 10 H. chinensis 14 69 67 36 96 100 82 84 88 83 - 0.33 0.29 0.33 0.32 0.37 0.36 0.24 0.36 0.32 0.40 0.36 0.76 11 M. ornata 7 81 82 71 87 81 74 75 77 83 86 - 0.17 0.27 0.27 0.35 0.38 0.32 0.37 0.31 0.38 0.35 0.83 12 K. pulchra 8 84 85 75 80 80 67 55 77 70 78 49 - 0.27 0.18 0.31 0.40 0.31 0.38 0.28 0.32 0.31 0.83 13 L. fujianensis 10 87 81 82 70 71 29 66 75 77 88 75 73 - 0.24 0.24 0.40 0.35 0.41 0.31 0.36 0.24 0.87 14 R. nigromaculata 6 79 85 79 70 75 68 6 74 69 85 73 53 68 - 0.29 0.39 0.34 0.39 0.26 0.35 0.29 0.81 15 F. iskandari 15 90 94 91 59 52 70 77 85 80 94 90 83 68 79 - 0.41 0.38 0.44 0.31 0.46 0.01 0.89 16 L. hasseltii 16 88 89 96 107 110 100 100 108 92 93 96 100 101 98 103 - 0.35 0.03 0.36 0.52 0.41 0.51 17 P. aspera 17 41 46 62 91 92 86 87 104 92 67 84 83 92 89 96 90 - 0.36 0.37 0.52 0.38 0.81 18 O. hosii 20 93 90 95 105 108 101 99 107 89 92 95 96 103 98 107 9 92 - 0.36 0.50 0.44 0.47 19 R. javanus 19 90 97 87 93 86 81 75 74 61 86 82 77 82 73 83 93 96 94 - 0.31 0.31 0.82 20 P. leucomystax 18 118 118 102 114 106 91 92 34 85 101 97 85 94 92 110 121 121 119 83 - 0.45 0.93 21 F. limnocharis 22 89 93 90 58 51 69 76 84 79 93 90 83 67 78 3 103 96 107 83 109 - 0.89 22 L. microdiscus 21 158 155 167 169 176 168 165 164 163 156 164 163 168 162 170 121 162 115 163 174 170 - Keterangan: No. akses GenBank mengikuti Tabel 2 Angka bercetak tebal adalah jumlah perbedaan nukleotida dan jarak genetik terkecil antara spesies yang diperbandingkan 24

D. Rekonstruksi Filogeni

Urutan basa nukleotida yang analisis berjumlah 1362 nt, terdiri dari 504 nt gen 12S rRNA dan 858 nt gen 16S rRNA. Pada rekonstruksi filogeni berdasarkan gen 12S rRNA, spesies P. leucomystax tidak disertakan dalam analisis karena jumlah nukleotida spesies tersebut dalam penelitian ini sangat pendek 20 nt. Tabel 5 menunjukkan nilai konsistensi dan kestabilan pohon filogeni yang direkonstruksi berdasarkan masing-masing gen dan gabungan gen 12S dan 16S rRNA selanjutnya disimbolkan dengan 12S-16S rRNA. Berdasarkan tabel tersebut, nilai CI dan RI hasil rekonstruksi filogeni berdasarkan gen 16S rRNA tertinggi di antara dua rekonstruksi lainnya. Hal ini menujukkan bahwa pohon filogeni berdasarkan gen 16S rRNA merupakan pohon filogeni yang paling konsisten dan stabil. Tabel 5. Nilai CI Consistency Index, RI Retention index, RC Rescaled consistency index ketiga pohon filogeni Anura Gen CI RI RC 12S rRNA 0.4540 0.5702 0.2589 16S rRNA 0.5169 0.6103 0.3155 12S-16S rRNA 0.4786 0.5667 0.2713 Hasil rekonstruksi filogeni menghasilkan topologi yang yang berbeda pada gen 12S rRNA Gambar 10a. Topologi pohon berdasarkan gen 16S rRNA Gambar 10b sama dengan topologi pohon berdasarkan gen 12S-16S rRNA Gambar 11, di mana posisi basal ditempati oleh kelompok Rhacophorid dan posisi terluar ditempati oleh kelompok Bufonid. Posisi basal topologi pohon filogeni gen 12S rRNA ditempati oleh kelompok Dicroglossid dan posisi terluar ditempati oleh kelompok Ranid. Kesamaan dari ketiga pohon filogeni tersebut adalah Bufonid berkelompok dengan Hylid dalam satu kelompok monofiletik. Kelompok-kelompok monofiletik lainnya antara lain Mycrohylid dan Ranid. Dicroglossid merupakan kelompok monofiletik pada topologi pohon gen 16S rRNA dan gen 12S-16S rRNA sedangkan berdasarkan gen 12S rRNA kelompok tersebut terpisah pada 2 kelompok, yaitu kelompok genus Fejervarya dan kelompok genus Limnonectes. Pada ketiga topologi pohon filogeni, kelompok Rhacophorid terpisah secara parafiletik. Genus Polypedates membentuk cabang monofiletik dan berhubungan dekat dengan Rhacophorus. Pada ketiga rekonstruksi filogeni, spesies L. microdiscus, L. hasseltii dan O. hosii selanjutnya disebut kelompok Megophryid membentuk kelompok monofiletik dengan dukungan bootstrap 90, sedangkan spesies F. limnocharis menempati posisi lebih dekat dengan F. iskandari pada kelompok Dicroglossid dengan dukungan bootstrap 100. Spesies P. aspera menempati posisi lebih dekat dengan genus Bufo berdasarkan gen 12S rRNA dan gen 16S rRNA, sedangkan berdasarkan gen 12S-16S rRNA spesies ini menempati posisi lebih dekat dengan spesies B. japonicus dengan dukungan bootstrap rendah 50. Posisi basal kelompok Rhacophorid berbeda pada ketiga topologi pohon. Spesies R. schlegelii menempati posisi basal Rhacophorid berdasarkan gen 12S rRNA, spesies anggota genus Polypedates menempati posisi basal berdasarkan gen 16S rRNA, sedangkan berdasarkan gen 12S-16S rRNA posisi basal Rhacophorid ditempati oleh R. javanus. a b Gambar 10 Hasil rekonstruksi filogeni dengan metode Maximum Parsimony berdasarkan: a gen 12S rRNA, b gen 16S rRNA. Bufonid Ranid Rhacophorid Hylid Microhylid Dicroglossid Ranid Bufonid Dicroglossid Microhylid Hylid Rhacophorid Dicroglossid Megophryid Megophryid Gambar 11 Hasil rekonstruksi filogeni dengan metode Maximum Parsimony berdasarkan gen 12S dan 16S rRNA. Bufonid Hylid Microhylid Ranid Dicroglossid Rhacophorid Megophryid

V. PEMBAHASAN

A. Kongruensi Identifikasi Morfologi dan Molekuler

Ukuran tubuh sampel berudu O. hosii dan L. microdiscus sekitar 1-2 kali lebih kecil daripada berudu L. hasseltii pada tahap perkembangan yang sama. Perbedaan ukuran tubuh tersebut diduga sebagai akibat dari perbedaan peletakan telur oleh induk betina. Pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk meletakkan telur di genangan air di lantai hutan, katak betina L. hasseltii dapat meletakkan telur pada tempat lain seperti di tepi sungai berarus lambat atau tenang. Fenomena seperti ini juga terlihat pada jenis katak pohon Kusrini et al. 2009. Berudu yang hidup pada kolam temporer, misal genangan air, akan lebih cepat tumbuh dan bermetamorfosis dibandingkan dengan berudu yang hidup pada kolam permanen, misal sungai. Hal ini dikarenakan kolam temporer memiliki kelebihan dalam hal potensi pakan Wassersug 1975; Wilbur 1987 dengan lebih sedikit jumlah predator Brendonck et al. 2002; Petranka Kennedy 1999. Sifat sementara dari kolam menguntungkan dari aspek tersebut namun mengharuskan berudu untuk bermetamorfosis pada waktu tertentu. Formula geligi O. hosii berbeda satu baris pada geligi atas dengan L. hasseltii. Iskandar 1998 menyebutkan bahwa pada berudu terdapat variasi formula geligi dalam satu spesies yang sama. Formula geligi berudu sempurna pada awal fase larva, namun proporsi relatif formula geligi dan oral disc terus berubah selama metamorfosis. Pada berudu Scaphiopus dan kelompok Ranid jumlah baris geligi bertambah selama metamorfosis Gosner 1960. Genus Philautus merupakan salah satu Anura yang seluruh fase metamorfosisnya terjadi di dalam telur sehingga pada akhir metamorfosis telur menetaskan katak muda Inger 1996. Metamorfosis pada spesies P. vittiger diketahui memiliki berudu yang hidup bebas di dalam air Kusrini et al. 2008, sehingga pengelompokkan spesies ini perlu dipelajari lebih lanjut untuk memastikan posisinya dalam taksonomi Anura. Pada awal perkembangannya, data molekuler hanya digunakan oleh para taksonomis sebagai alat untuk mempelajari kekerabatan antar taksa dan proses evolusi sebuah kelompok organisme. Namun, saat ini data molekuler telah