sehingga seiring dengan kenaikan minyak bumi maka biaya untuk memproduksi CPO juga meningkat.
Peningkatan harga CPO mencapai puncaknya pada awal 2008 yang kemudian diikuti dengan penurunan harga CPO secara tajam. Hal ini merupakan
imbas dari krisis di Amerika yang kemudian merambat menjadi krisis global sehingga perekonomian dunia menjadi lesu. Tak terkecuali untuk komoditi CPO
baik internasional Rotterdam dan Malaysia maupun di dalam negeri. Berdasarkan penjelasan akan pergerakan harga yang terjadi di ketiga pasar
CPO tersebut maka timbul pertanyaan penelitian yaitu : 1. Bagaimana pergerakan harga CPO di masing-masing pasar spot Indonesia,
Malaysia dan pasar forward Rotterdam serta hubungan integrasi antarpasar? 2. Bagaimana implikasinya terhadap kebijakan CPO di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk: 1. Menganalisis integrasi pasar di Indonesia, Malaysia dan Kota Rotterdam.
2. Merumuskan implikasi kebijakan Pembentukan Harga CPO di Indonesia.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan meliputi keterpaduan harga yang terjadi antara transaksi yang dilakukan dengan spot di Indonesia dan Malaysia serta yang
dilakukan dengan forward di Rotterdam. Komoditi yang menjadi objek penelitian adalah komoditi CPO yang merupakan komoditi ekspor Indonesia.
1.5. Keterbatasan Penelitian
1. Data harga CPO domestik adalah harga CPO di pasar spot Medan dan didapatkan dari data yang dikumpulkan oleh Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi Bappebti begitu pula dengan data harga CPO di Rotterdam adalah merupakan harga yang terbentuk di pasar forward yang
dikumpulkan oleh Bappepti. 2. Harga CPO domestik Malaysia diasumsikan adalah harga yang terbentuk
melalui transaksi spot. Data harga domestik Malaysia ini didapatkan dari International Financial Statistics
yang dikeluarkan oleh IMF. 3. Penelitian ini tidak mengkaji pengaruh faktor-faktor nonharga terhadap
integrasi antarpasar CPO.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Integrasi Pasar
Konsep teori dari integrasi pasar adalah hukum satu harga untuk seluruh pasar, dimana diasumsikan apabila tidak ada biaya transaksi, komoditi yang sama
pada pasar yang berbeda akan memiliki harga yang sama pula. Lebih lanjut dijelaskan, jika suatu barang diperdagangkan pada dua harga yang berbeda orang-
orang akan memilih untuk membeli pada pasar yang menjual barang dengan harga terendah dan produsen akan mencoba menjual barang pada pasar yang menjual
barang dengan harga tertinggi. Akibatnya seiring dengan naiknya permintaan harga akan naik namun pada pasar yang sebelumnya memiliki harga yang tinggi
seiring dengan naiknya penawaran harga akan turun sehingga tindakan ini membuat harga antarpasar menjadi sama Nicholson, 2000.
Integrasi pasar dapat juga dipahami dari dua aspek yaitu integrasi vertikal dan integrasi horizontal. Konsep yang pertama dipahami sebagai integrasi industri
yang mencerminkan sifat dari agribisnis. Integrasi pasar vertikal menunjukkan perubahan harga di suatu pasar akan direfleksikan pada perubahan harga di pasar
lain secara vertikal dalam produk yang sama. Integrasi vertikal adalah keterkaitan hubungan antara suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya
dalam suatu rantai pemasaran Suparmin, 2005 dalam Irawan dan Rosmayanti,
2007. Pengertian integrasi atau keterpaduan pasar juga dapat dipahami sebagai
sampai seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran tertentu dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran