II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Integrasi Pasar
Konsep teori dari integrasi pasar adalah hukum satu harga untuk seluruh pasar, dimana diasumsikan apabila tidak ada biaya transaksi, komoditi yang sama
pada pasar yang berbeda akan memiliki harga yang sama pula. Lebih lanjut dijelaskan, jika suatu barang diperdagangkan pada dua harga yang berbeda orang-
orang akan memilih untuk membeli pada pasar yang menjual barang dengan harga terendah dan produsen akan mencoba menjual barang pada pasar yang menjual
barang dengan harga tertinggi. Akibatnya seiring dengan naiknya permintaan harga akan naik namun pada pasar yang sebelumnya memiliki harga yang tinggi
seiring dengan naiknya penawaran harga akan turun sehingga tindakan ini membuat harga antarpasar menjadi sama Nicholson, 2000.
Integrasi pasar dapat juga dipahami dari dua aspek yaitu integrasi vertikal dan integrasi horizontal. Konsep yang pertama dipahami sebagai integrasi industri
yang mencerminkan sifat dari agribisnis. Integrasi pasar vertikal menunjukkan perubahan harga di suatu pasar akan direfleksikan pada perubahan harga di pasar
lain secara vertikal dalam produk yang sama. Integrasi vertikal adalah keterkaitan hubungan antara suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya
dalam suatu rantai pemasaran Suparmin, 2005 dalam Irawan dan Rosmayanti,
2007. Pengertian integrasi atau keterpaduan pasar juga dapat dipahami sebagai
sampai seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran tertentu dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran
lainnya. Dalam suatu sistem pasar terpadu yang efisien akan terlihat adanya korelasi yang tinggi sepanjang waktu dari beberapa pasar Heytens, 1986.
Konsep yang kedua adalah integrasi yang didalamnya termasuk integrasi pasar spasial, integrasi pasar temporal, integrasi harga silang dan integrasi silang
bentuk produk. Integrasi pasar silang mencerminkan efek perubahan harga di satu tingkat pemasaran terhadap harga pada tingkat di atasnya misalnya perubahan
harga di tingkat petani akan mempengaruhi harga di tingkat pedagang. Integrasi dikatakan terjadi apabila terdapat kondisi harga di tingkat selanjutnya sama
dengan harga ditingkat sekarang ditambah dengan biaya pemasaran. Integrasi pasar temporal mencerminkan pengaruh dari perubahan harga di waktu sekarang
terhadap harga di waktu yang akan datang. Integrasi silang bentuk produk mencerminkan pengaruh perubahan harga pada satu produk terhadap harga
produk turunannya. Integrasi pasar spasial merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara
pasar regional dan pasar regional lainnya. Integrasi pasar spasial mencerminkan efek dari perubahan harga pada satu pasar terhadap pasar lainnya dimana hal ini
diasumsikan pada integrasi sempurna dengan dua daerah yang berbeda. Dua pasar dikatakan terintegrasi apabila perubahan harga pada satu pasar akan
mempengaruhi harga pasar lainnya dengan arah yang sama dan tingkat yang sama pula.
Integrasi pasar spasial digambarkan sebagai hubungan harga dari pasar- pasar yang terpisah secara geografis. Konsep ini diterangkan dengan
menggunakan model keseimbangan spasial spatial equilibrium model. Model ini dikembangkan dengan menggunakan kurva kelebihan penawaran excess supply
a b
c
d
D
A
D
B
S
A
S
B
P
1
P
1
P
2
Harga
Jumlah a. Pasar A: Surplus
b. Pasar B: Defisit
ES
ED
Jumlah Harga
dan kelebihan permintaan excess demand pada dua wilayah yang melakukan perdagangan. Harga yang terbentuk pada masing-masing pasar dan jumlah
komoditi yang diperdagangkan dapat diduga melalui model keseimbangan parsial Tomek dan Robinson, 1990.
Prinsip yang digunakan untuk mengembangkan model perdagangan antar daerah digambarkan dengan bantuan diagram yang menunjukkan fungsi
penawaran dan permintaan dari masing-masing pasar seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Sumber: Tomek dan Robinson, 1990 Gambar 2. Model Keseimbangan Spasial Dua Kawasan
Analisis pasar dibagi dalam dua kategori antara lain pasar yang memiliki potensi surplus dan pasar yang berpotensi defisit. Misalkan pada pasar A adalah
pasar yang berpotensi surplus dan pasar B adalah pasar yang berpotensi defisit, dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pasar A tidak ada perdagangan maka harga
yang terbentuk adalah P
1
di Pasar A dan P
2
di pasar B dimana P
1
P
2
. Kelebihan cadangan konsumsi di pasar A akan mendorong pelaku pasar di pasar tersebut
untuk menjual kelebihan cadangannya ke pasar lain sedangkan pelaku di pasar B akan mendatangkan komoditi dari pasar lain untuk memenuhi permintaan pada
pasar B. Model keseimbangan spasial ini digunakan untuk menjelaskan hubungan
harga akibat perdagangan yang terjadi antara dua pasar. Kelebihan penawaran adalah selisih antara jumlah yang ditawarkan dengan jumlah yang diminta pada
suatu tingkat harga pada waktu tertentu, yang akan meningkat dengan semakin tingginya harga dan akan bernilai nol pada saat terjadi keseimbangan pasar A P
1
. Kelebihan permintaan adalah selisih antara jumlah yang diminta dengan jumlah
yang ditawarkan pada suatu tingkat harga dan waktu tertentu, akan meningkat dengan semakin rendahnya harga dan waktu tertentu, dan akan bernilai nol pada
saat keseimbangan pasar B P
2
. Kurva yang terbentuk tersebut berlaku jika memenuhi beberapa asumsi.
Pertama adalah tidak adanya hambatan perdagangan. Prakteknya integrasi yang sempurna yang ditandai dengan terciptanya law of one price ini sangat mungkin
tidak terjadi hal ini dapat dijelaskan berdasarkan alasan berikut kawasan tidak terkait secara arbitrase berarti masing-masing kawasan tidak terbuka untuk
dimasuki oleh pelaku pasar lainnya. Halangan untuk terjadinya keterpaduan karena adanya hambatan dalam perdagangan, informasi yang tidak sempurna dan
adanya pengalihan resiko yang ketiga dapat juga karena terjadi kompetisi yang tidak sempurna.
Ada beberapa alasan kenapa suatu kawasan atau negara tidak terbuka untuk dimasuki oleh pelaku pasar dari kawasan lain, salah satunya karena
pemerintah negara tersebut menciptakan pembatas atau hambatan dalam perdagangan, sehingga pelaku pasar tidak dapat keluar masuk pasar dengan bebas.
Hambatan perdagangan yang umum diterapkan oleh pemerintah suatu negara dalam bentuk hambatan tarif maupun nontarif. Hambatan tarif adalah dalam
bentuk pajak, sedangkan hambatan nontarif misalnya dalam bentuk ketentuan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pelaku pasar. Hambatan yang diterapkan itu
akan meningkatkan biaya transfer sehingga perdagangan akan terus berlangsung sampai biaya transfer sama dengan selisih harga atau bahkan melebihi. Jika hal ini
terjadi maka pelaku pasar tidak akan memperoleh keuntungan melakukan perdagangan antarpasar. Akibatnya transfer kelebihan permintaan maupun
kelebihan penawaran tidak akan terjadi dan harga akan bergerak secara individu pada masing-masing pasar.
Asumsi kedua yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat biaya transaksi yang terjadi di masing-masing pasar. Informasi dapat diakses oleh seluruh pelaku
pasar dengan baik sehingga dapat digunakan seluruhnya untuk memprediksikan harga di masa depan. Perubahan harga yang terjadi di salah satu pasar Pasar A
dan Pasar B akan ditransmisikan dengan sempurna dalam waktu yang singkat. Sesuai dengan Gambar 2 maka dengan adanya informasi harga yang dapat
diakses oleh seluruh pihak dapat dijelaskan dengan melihat seberapa besar persentase perubahan harga di Pasar A menyebabkan persentase perubahan pula
di Pasar B dan sebaliknya. Perbaikan arus informasi menyebabkan perubahan harga pada satu pasar akan langsung ditransmisikan dengan sempurna, besarnya
PB
1
PE
B2
PE PE
A2
PA
1
PB
1
-PA
1
TC x
y Excess Supply
di pasar 1 ES
A
Excess Demand di pasar 2 ED
B
QE
2
QE
1
nilai
1 2
1 1
P P
P P
atau dengan kata lain adalah persentase perubahan harga di Pasar A akan sama dengan persentase perubahan harga di Pasar B.
Sumber: Tomek dan Robinson, 1990 Gambar 3. Model Perdagangan Pasar A dan Pasar B
Kurva excess supply dan excess demand dapat berubah searah dengan perubahan kekuatan penawaran dan permintaan pada masing-masing pasar.
Berdasarkan Gambar 3 jika tidak ada biaya transfer antarpasar A dan B maka total unit komoditi yang akan ditransfer dari pasar A ke pasar B sebesar OQE
1
dengan tingkat harga yang sama antara keduanya yaitu sebesar OPE. Volume perdagangan antarkedua pasar akan semakin menurun dengan adanya biaya
transfer. Jika biaya transfer lebih besar dari PB
1
PA
1
maka tidak akan ada perdagangan antara keduanya. Pada kasus ini permintaan dan penawaran akan
Harga P Transfer Biaya TC
Komoditi Q
sama antarkedua daerah sedangkan perbedaan harga akan semakin kecil dibandingkan biaya transfer.
Efek perubahan biaya transfer yang terjadi antardua pasar A dan B dapat dijelaskan dengan membangun garis volume perdagangan xy. Pada garis ini
dapat dilihat apabila biaya transfer yang terjadi sebesar nol maka perdagangan akan maksimum dan sebaliknya bila biaya transfernya adalah sebesar PB
1
PA
1
maka tidak akan terjadi perdagangan. Perdagangan yang terjadi akan menyebabkan harga komoditi di pasar A akan naik menjadi OPE
B2
dan di pasar B akan turun menjadi OPE
A2
. Keterangan tersebut menjelaskan bahwa perubahan harga di suatu pasar akibat perubahan kekuatan pasar akan menyebabkan
perubahan harga di pasar lain yang melakukan perdagangan dengan pasar tersebut. Hal ini menunjukkan adanya integrasi pasar antara kedua daerah yang melakukan
perdagangan. Integrasi pasar vertikal digunakan untuk melihat tingkat keeratan
hubungan antarsuatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran. Integrasi pasar vertikal dipengaruhi oleh
penyebaran informasi harga yang merata ke seluruh lembaga pemasaran produsen grosir retail-konsumen. Apabila informasi tersebut tidak tersebar
secara sempurna sampai ke konsumen maka harga yang terbentuk di pasar tidak menunjukkan adanya integrasi pasar vertikal yang baik.
2.2. Konsep Persaingan Sempurna
Pasar adalah suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitas jual beli barang dan jasa Sugiarto, 2002. Adapun pengertian pasar secara definisi
ekonomi menurut Dahl dan Hammond 1977 adalah ruang atau dimensi tempat bekerjanya penawaran dan permintaan dengan kekuatannya masing-masing,
sehingga mampu menentukan dan mengubah harga. Sebuah konsep pasar yang ideal didefinisikan sebagai suatu pasar dimana kompetisi yang terjadi
mencerminkan pasar persaingan sempurna. Adapun ciri dari pasar persaingan sempurna adalah komoditas yang diperjualbelikan adalah sama dengan jumlah
pembeli dan penjual yang sangat banyak, indikasi dari barang yang sama ini adalah semua pelaku pasar bertindak sebagai penerima harga, tidak ada satu pihak
pun yang mampu merubah harga keseimbangan yang terjadi. Harga terbentuk sepenuhnya karena proses tarik menarik antara kurva permintaan dan penawaran.
Seluruh pelaku pasar bebas untuk berusaha dan pihak satu tidak dapat mempengaruhi keputusan pelaku lainnya.
Ciri penting lainnya dari pasar persaingan sempurna adalah masing- masing pihak yang terlibat dalam pasar memiliki pengetahuan yang sempurna
mengenai harga. Akibatnya harga yang berlaku di pasar tidak bisa dipengaruhi oleh salah satu pihak saja dan pelaku pasar adalah price taker. Akibat banyaknya
pelaku pasar maka hambatan pasar tidak ada dan pembeli maupun penjual dapat dengan mudah untuk keluar masuk pasar.
Tanpa adanya informasi yang jelas mengenai kualitas dan harga suatu barang maka akan mengurangi ketepatan pelaku pasar dalam mengambil suatu
keputusan. Berdasarkan perbedaan penguasaan informasi yang ada antarpelaku pelaku pasar akan menimbulkan pergerakan ke arah kombinasi keseimbangan
antara harga dan kuantitas namun dengan kecepatan penyesuaian yang berbeda antara harga dan kuantitas. Penjelasan dari adanya jeda waktu untuk mencapai
keseimbangan karena adanya biaya transaksi. Biaya ini dikeluarkan oleh pelaku pasar untuk mendapatkan informasi contohnya, produsen akibat tidak mengetahui
seberapa besar permintaan terhadap produk yang akan dihasilkan maka mereka harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan dan penyesuaian stok Nicholson,
2000. Pada pasar berjangka informasi antara lain tentang harga dan volume dapat
diakses sepenuhnya oleh para pelaku pasar sehingga masing-masing dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tepat. Membaiknya arus
informasi yang berhubungan dengan harga, produksi, konsumsi, volume perdagangan dan juga perkiraan ekspektasi pasar, membuat pasar berjangka
lebih transparan dan bersaing competitive. Semakin banyak informasi tentang pasar diketahui orang, akan membuat mereka semakin mampu mengantisipasi
pembentukan harga di pasar. Menurut suatu hasil studi yang dilakukan oleh Bappebti tentang pasar
berjangka ternyata bahwa pendapatan yang diperoleh mereka yang menggunakan pasar berjangka untuk tujuan untuk lindung nilai lebih stabil dibandingkan dengan
mereka yang tidak menggunakannya. Bagi para penggunanya, pasar berjangka
memberi kesempatan untuk menstabilkan pendapatan mereka.
2.3. Konsep Pasar Berjangka
Perdagangan dengan menggunakan kontrak berjangka pertama kali diperkenalkan di Chicago pada tahun 1860an. Perbedaan antara penjualan tunai
dengan kontrak berjangka adalah pada penjualan tunai melibatkan pengiriman barang sebenarnya dari komoditi dan kebanyakan penjualan tunai tidak dibuat di
pasar sentral sedangkan penjualan dengan menggunakan kontrak berjangka melibatkan pembelian dan penjualan kontrak yang terstandarisasi untuk
pengiriman komoditi di masa yang akan datang Tomek dan Robinson, 1972. Pelaksanaan pasar berjangka adalah dengan menandatangani kontrak yang
menentukan harga, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan. Pengiriman barang berdasarkan pada waktu yang spesifik dengan ukuran yang jelas dan pada harga
tertentu dimana dalam kontrak disebutkan pula grade yang spesifik dan lokasi penyerahan. Patut diingat bahwa tidak ada pasar sekunder untuk kontrak pada
perdagangan berjangka dimana kontrak diciptakan di pasar berjangka yang disebut bursa. Sebagai pasar yang terorganisasi, transaksi di bursa hanya
dilakukan anggota bursa yang terdiri dari pialang berjangka dan pedagang berjangka. Para pengguna bursa yang bukan anggota bursa tetapi ingin
memanfaatkan bursa untuk tujuan lindung nilai hedging atau spekulasi harus menyalurkan keinginannya tersebut melalui anggota bursa yang berstatus pialang
berjangka. Lebih lanjut dijelaskan bahwa fungsi dari pasar berjangka adalah sebagai
alokasi sementara dari komoditi musiman yang diproduksi. Pasar berjangka membantu pembeli sehingga dapat menghemat biaya penyimpanan karena
komoditi yang dibelinya akan datang pada saat dibutuhkan saja sesuai dengan tanggal kontrak yang sudah disepakati. Fungsi yang kedua adalah untuk
pengalihan resiko, dimana kerugian yang dialami dalam penjualan tunai akan dapat tertutupi dengan penjualan pada penjualan di pasar berjangka. Walaupun
pada pasar berjangka tidak mendapatkan harga yang benar-benar tinggi namun juga tidak akan didapatkan harga yang benar-benar rendah seperti pada penjualan
tunai. Harga cenderung stabil karena harga yang dimasa akan datang sudah ditetapkan pada saat sekarang. Fungsi yang ketiga adalah bursa berjangka sebagai
lindung nilai pada operasional dan marjin. Contohnya pabrik pengolahan tepung dapat membeli gandum di pasar tunai dan kemudian menjual tepungnya dengan
menggunakan pasar berjangka, sehingga diharapkan biaya penyimpanan tepung akan mampu ditutupi oleh penjualan tepung.
Fungsi yang keempat adalah sebagai tempat pembentukan harga dimana harga yang terjadi di pasar berjangka forward merefleksikan konsensus antara
sejumlah besar pembeli dan penjual yang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan penjualan dan pembelian di pasar. Harga tersebut tidak hanya
merefleksikan keadaan pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang bersangkutan namun juga perkiraan pasokan dan permintaan untuk masa
yang akan datang. Harga di pasar berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang terjadi. Hal ini penting bagi
perencanaan produksi, pengolahan dan pemasaran komoditi, sehingga membantu mengurangi biaya-biaya operasional yang pada akhirnya memberikan manfaat
bagi ekonomi. Setiap pelaku pasar berjangka harus selalu siap dengan informasi yang
akurat mengenai harga di pasar spot. Prinsipnya adalah pembentukan harga terjadi akibat adanya kebutuhan barang untuk penyimpanan dan untuk hedging
tergantung dari permintaan dan penawaran yang berlangsung, dengan adanya fungsi ini maka pembentukan harga pada pasar berjangka sangat dipengaruhi oleh
perubahan informasi yang terjadi dimana hipotesisnya harga pada pasar berjangka akan bereaksi berlebihan terhadap informasi baru. Selain itu dengan adanya
spekulator perubahan sedikit harga tapi dilakukan dalam jumlah yang besar akan ikut mempengaruhi pembentukan harga yang baru.
Antara pasar berjangka dan pasar spot terdapat hubungan satu sama lainnya. Harga pada pasar berjangka saat jatuh tempo akan dijadikan sebagai
pedoman untuk menentukan harga pada pasar spot pada waktu yang sama, sehingga ada kemungkinan harga pada pasar berjangka saat jatuh tempo akan
sama dengan harga spot pada waktu yang sama. Adapun perbedaan harga yang terjadi antara pasar berjangka dengan harga spot pada waktu yang sama disebut
dengan basis. Mekanisme dalam perdagangan berjangka, seorang nasabah tidak perlu
menyetor uang sebesar nilai kontrak yang diperjualbelikan, tetapi hanya dalam sejumlah persentase kecil berkisar 3-5 persen dari nilai kontrak. Sejumlah uang ini
disebut dengan marjin. Setiap saat nasabah dapat melepas atau menjual kontraknya sebelum kontrak jatuh tempo, namun harus diingat bahwa transaksi
jual beli yang terjadi adalah suatu bisnis yang tidak hanya senilai marjin yang disetorkan, tetapi sesungguhnya sebesar nilai kontrak tersebut, dengan demikian,
bila terjadi kenaikan harga komoditi yang menjadi subyek suatu kontrak di pasar yang amat besar maka marjin yang disetorkan bisa berlipat atau hilang dalam
waktu singkat. Lebih lanjut Kang dan Mahajan 2006, menerangkan tentang keuntungan
dari dilaksanakannya market based instrument yang menerapkan pasar berjangka sebagai salah satu alat dalam manajemen resiko dibandingkan dengan kebijakan
lainnya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi volatilitas harga. Adapun keuntungan dilaksanakannya market based instrument adalah pendekatan
ini menyediakan penerimaan yang pasti di masa yang akan datang sehingga pengguna dapat merencanakan aliran dana. Pada kebijakan lain pemerintah
menerapkan pendekatan stabilisasi dalam mengatasi gejolak harga. Pemerintah berusaha mempengaruhi harga di pasar dengan cara mengalirkan dana ke
produsen sehingga harga dapat seimbang saat harga rendah. Konsepnya adalah terjadi transfer resiko dari produsen ke pemerintah. Kelemahan dari cara ini
adalah dibutuhkan dana yang besar untuk dapat dilaksanakan dan tindakan ini tidak membangun pasar menjadi lebih baik karena semuanya tergantung pada
pemerintah. Penerapan market based instrument lebih kearah harga pasar daripada harga yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga harga dapat bergerak secara
wajar dan komoditi turunan akan memperbaiki pembiayaan. Pasar berjangka komoditi juga memiliki mekanisme pembentukan harga yang lebih efisien karena
dalam pasar ini menerapkan instrumen pembiayaan berdasarkan strategi harga di depan yang melibatkan penetapan harga, batasan harga bagi produk yang akan
dikirimkan dimasa depan. Kemudian dijelaskan keuntungan lain dari diterapkannya market based
instrument adalah pasar berjangka komoditi memiliki mekanisme pembentukan
harga yang lebih efisien, menyediakan informasi yang bisa diandalkan pada perdagangan fisik karena banyak kalangan yang dapat menggunakan pasar ini,
setiap partisipan memiliki andil dalam proses pembentukan harga dan akan menghasilkan informasi bagi permintaan di masa datang dan kondisi penawaran.
Sebaliknya dibandingkan dengan pasar cash pasar berjangka lebih transparan sehingga manipulasi harga lebih sulit untuk dilakukan.
Fakta yang menunjukkan selalu bergejolaknya harga-harga untuk masa mendatang secara sederhana merefleksikan berubahnya konsensus di antara
peserta pasar karena diterimanya informasi terkini mengenai situasi pasokanpermintaan komoditi yang diperdagangkan oleh mereka. Harga di pasar
berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang terjadi. Hal ini penting bagi perencanaan produksi, prosesing dan
pemasaran komoditi, sehingga membantu mengurangi biaya-biaya operasional yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi ekonomi. Adanya pasar berjangka
juga dapat membantu terintegrasinya pasar-pasar lokal ke dalam pasar nasional atau bahkan internasional. Makna terintegrasinya pasar nasional adalah harga di
berbagai tingkat pemasaran yang berbeda akan bergerak mendekati pasar-pasar nasional dan internasional. Hal ini akan menjamin lebih realistisnya harga
komoditi. Yang, Bessler dan Leatham 2001 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa harga pada pasar berjangka adalah refleksi dari estimasi harga di spot
periode kedepannya. Termasuk dalam transaksi spot antara lain adalah serah terima barang saat
transaksi berlangsung dan langsung dibayar tunai pada saat itu juga, atau dapat juga serah terima barang saat transaksi dan dibayar kemudian sesuai kesepakatan
atau dengan melakukan ijon yaitu membayar sekarang saat komoditi masih diproses. Contoh dari pasar spot yang ada di dalam negeri adalah pasar spot CPO
di Medan. Pelaksanaan kontrak berjangka adalah dengan menandatangani kontrak
yang menentukan harga kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan. Kontrak ini dalam prakteknya dapat diperjual belikan sebelum jatuh tempo penyerahan
dimana dengan harga yang bergerak harga beli bisa lebih besar, sama atau lebih kecil dibandingkan dengan harga jual spekulatif. Lebih jauh dijelaskan bahwa
walaupun berjangka transaksi ini pada akhirnya bermaksud melakukan serah terima barang secara fisik. Pelaksanaan dengan cara ini dilakukan untuk
mengurangi resiko produsen dari biaya antara lain membayar denda barang di dalam kapal yang sudah berlabuh atau pembayaran sewa gudang, saat pembeli
mangkir. Contoh pasar berjangka forward adalah di pasar forward di Rotterdam. Di pasar forward ini harga CPO dunia terbentuk dimana transaksinya berasal dari
produsen dan konsumen CPO termasuk Indonesia yang merupakan negara produsen.
Mengenai cara pelaksanaan manajemen resiko harga dalam tulisannya Kang dan Mahajan 2006, menyebutkan bahwa instrumen yang digunakan dalam
penentuan harga komoditi ada dua kategori yang pertama adalah instrumen yang terstandarisasi yang memperdagangkan komoditi yang diperjualbelikan. Kategori
selanjutnya adalah over the counter yaitu transaksi bilateral antara dua perusahaan tanpa adanya pertukaran dimana harga ditentukan oleh keputusan perdagangan
daripada lelang. Definisi dari kontrak forward adalah persetujuan antara penjual dan pembeli untuk mengirimkan sejumlah barang yang spesifik di satu waktu
tertentu pada waktu yang akan datang dengan harga yang sudah ditentukan. Terdapat tiga konsep penting dalam definisi ini yaitu: 1 tidak ada transfer tunai
ketika kontrak dibuat, 2 tidak terdapat resiko default tergantung dari reputasi penjual dan pembeli yang terlibat, dan 3 dalam kontrak ini kedua belah pihak
harus saling menaati perjanjian.
Terdapat beberapa tipe kontrak forward yaitu: 1 kontrak harga tetap fixed price pontract dimana dalam kontrak ini digunakan harga yang tetap flat
price produsen berjanji untuk mengirim pada saat yang ditentukan dan dibayar
saat pengiriman, dengan cara ini ada kemungkinan produsen kehilangan kesempatan potensial apabila harga naik, 2 kontrak harga yang ditetapkan price
to be fixed contracts dimana dengan tipe ini pelaku pasar memiliki kemampuan
untuk menetapkan harga pada saat yang paling menguntungkan, 3 harga yang tertunda atau harga ditetapkan nanti dengan tipe ini terjadi transfer resiko
penyimpanan ke pembeli, 4 kontrak untuk menunda pembayaran deffered payment contract
biasanya untuk menghindari pajak, 5 kontrak harga minimum, dan 6 kontrak harga forward dengan referensi reference price forward contract.
Pelaksanaan forward contract dalam manajemen resiko harga oleh pelaku pasar terbagi dalam dua posisi. Posisi pertama disebut sebagai posisi short apabila
pelaku harga yang bertindak sebagai produsen atau pedagang membeli komoditas pada pasar fisik sekarang untuk dijual pada pasar yang akan datang dengan tingkat
harga yang telah disepakati. Apabila pedagang atau produsen membeli komoditas untuk waktu pengiriman yang akan datang maka posisinya dalam bursa berjangka
dalam posisi long. Adapun definisi dari future contract adalah untuk menjelaskan forward
yang terstandarisasi dimana sebuah future contract bukanlah suatu stok atau komoditi tapi bisa diperdagangkan sebagai stok. Penjual dan pembeli pada
perjanjian future contract bertransaksi sebagaimana pada forward contract namun dapat saja tidak berupa penjualan yang aktual dan dapat ditutup dengan
pengalihan kontrak kepada pihak lain. Penting untuk diketahui bahwa cara ini
bukan untuk meningkatkan pendapatan produsen namun sebagai media untuk meminimalkan resiko karena pergerakan harga.
Definisi dari option adalah perdagangan komoditi dimasa datang dengan range
harga dimana penjual mendapatkan semacam asuransi berupa penerimaan harga penjualan minimum dan bagi pembeli akan membayar dengan harga
tertinggi. Option dapat digunakan untuk menyediakan perlindungan cadangan sementara di sisi lain pelaku pasar berusaha mendapatkan keuntungan potensial.
Adapun SWAP dikembangkan sebagai instrumen manajemen resiko jangka panjang. Sebuah komoditi kontrak SWAP diobligasi dalam dua perusahaan untuk
menyikapi harga yang mengambang dengan harga tetap atau kebalikannya untuk ukuran tertentu komoditi pada interval waktu tertentu. Artinya suatu perjanjian
SWAP antara dua perusahaan hedger dan penyedia hedge dimana hedger pengguna komoditi atau produsen setuju untuk membayar harga yang tetap dan
menerima harga yang mengambang untuk volume tertentu dari komoditi untuk periode tertentu.
Berdasarkan UU No. 321997, tentang perdagangan berjangka komoditi, disebutkan beberapa institusi yang terlibat dalam aktivitas Perdagangan Berjangka,
yakni: 1 penggunapemakai, yaitu dunia usaha dan masyarakat umum yang terdiri lagi atas kelompok hedger dan kelompok investorspekulator yang
memanfaatkan pergerakan harga komoditi yang terjadi di pasar berjangka untuk mencari keuntungan, 2 penyelenggara, yang terdiri dari Bursa Berjangka Jakarta
dan Kliring Berjangka Indonesia, dan 3 pelaku dan penunjang. Pengguna dari pasar berjangka antara lain adalah produsen, pengolah,
pedagang, eksportir dan konsumen yang ingin melindungi dirinya dari resiko
fluktuasi harga. Mereka yang menggunakan pasar berjangka untuk tujuan ini disebut dengan hedger yaitu pihak-pihak yang ingin mengurangi resiko flutuasi
harga. Selain hedger maka ada pelaku yang disebut spekulator yaitu mereka yang ingin mencari keuntungan dari adanya fluktuasi harga dimana mereka membeli
kontrak berjangka pada saat harga rendah dan menjualnya pada saat harga naik. Terdapat beberapa definisi yang sering dihubungkan dengan spekulator
pada pasar berjangka. Pertama adalah spreaders yaitu pihak yang berperan dalam transaksi dengan melihat perbedaan harga. Fungsi dari spreaders adalah untuk
melihat perbedaan harga di kedua pasar dan berdasarkan selisih harga di kedua pasar tersebut dia akan membeli di pasar yang harganya rendah untuk dijual
kembali di pasar yang harganya tinggi sehingga dengan aktivitasnya tersebut kedua pasar akan mengalami penyesuaian dan harga menjadi relatif sama. Kedua
adalah scalpers adalah spekulan yang fungsinya melakukan spekulasi pada transaksi harian. Akibat adanya scalpers maka akan terjadi kesinambungan
transaksi karena seorang scalpers akan mengumpulkan informasi-informasi yang dapat mempengaruhi keseimbangan harga pada hari itu baik formal maupun
informal Hakim, 2009. Bursa Berjangka Indonesia merupakan institusi yang menyediakan
fasilitas bagi terselenggaranya kegiatan transaksi
berjangka. Sebagai
penyelenggara akitivitas perdagangan berjangka, Bursa Berjangka Jakarta BBJ melakukan fungsi pengawasan dan memiliki wewenang membuat peraturan
sendiri dengan persetujuan Bappebti untuk dipatuhi oleh anggota dan pihak- pihak lain yang terlibat dalam transaksi, adalah badan hukum yang bertugas
menyelesaikan semua tertib administrasi bagi tiap transaksi. Selain BBJ yang
bertindak sebagai penyelenggara pada pasar berjangka adalah lembaga kliring. Tugas lembaga kliring adalah untuk mencatat posisi setiap anggota pasar saat
transaksi berakhir. Kliring Berjangka Indonesia melakukan kegiatan administrasi pelaporan, pemantauan dan pemeriksaan terhadap anggotanya untuk memastikan
aktivitas perdagangan berjangka komoditi dijalankan sebagaimana peraturannya. Tugas lembaga kliring lainnya adalah memungut marjin, dimana definisi
dari marjin adalah sejumlah dana yang harus dipertahankan seorang nasabah kepada broker anggota kliring dari suatu bursa atau oleh broker kepada lembaga
kliring untuk menjamin broker atau lembaga kliring yang bersangkutan terhadap kerugian yang mungkin terjadi.
Pelaku dan penunjang dalam pasar berjangka terdiri dari unsur pelaku adalah Pialang Berjangka dan Perdagangan Berjangka. Pialang Berjangka adalah
badan hukum yang boleh menerima amanat order dari nasabah. Pialang Berjangka harus memiliki izin usaha dari Bappebti, menjadi anggota Bursa
Berjangka Jakarta dan dapat pula menjadi anggota Kliring Berjangka Indonesia. Pialang Berjangka dalam melaksanakan kegiatannya wajib menunjuk wakil
Pialang Berjangka sebagai tenaga ahli yang telah lulus ujian profesi yang diselenggarakan oleh pihak Bappebti.
Pedagang Berjangka adalah anggota Bursa Berjangka Jakarta harus memiliki sertifikat pendaftaran Bappebti. Pedagang Berjangka adalah orang yang
melakukan transaksi untuk rekeningnya sendiri dan atau kelompok usahanya. Unsur penunjang adalah Penasehat Berjangka analisis pasar berjangka dan
komoditi yang diperdagangkan bertugas memberikan nasehat kepada kliennya, Pengelola Sentra Dana Berjangka badan hukum dengan ijin usaha dari Bappebti
bertugas sebagai penyelenggara kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, perbankan, tenaga ahli akutansi, hukum, pergudangan, serta lembaga penguji
mutu. Pengawas, yakni Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
adalah pembina, pengatur dan pengawasan sehari-hari seluruh kegiatan perdagangan berjangka komoditi di Indonesia. Bappebti mewujudkan kegiatan
perdagangan berjangka komoditi agar teratur, wajar, efisien dan efektif, serta menumbuhkan suasana persaingan yang sehat. Untuk itulah Bappebti juga
bertindak sebagai pelindung kepentingan semua pihak dalam perdagangan berjangka komoditi sehingga terwujud perdagangan berjangka komoditi yang
berfungsi sebagai pengelola resiko dan pembentukan harga.
2.4. Model Analisis dengan Pendekatan Vector Autoregression
Untuk menyelesaikan permasalahan pada data time series salah satu alat analisis yang dapat digunakan adalah menggunakan Vector Autoregression VAR
dimana jenis pendekatan ini biasanya digunakan untuk meramalkan perubahan dari error term inovasi suatu sistem time series. VAR dibentuk dengan
menyusun sistem persamaan dimana semua variabel diperlakukan endogenous variabel dependen.
Definisi dari VAR adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap variabel sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai selang lampau dari
variabel itu sendiri serta nilai selang dari variabel lain yang ada dalam sistem. Panjangnya selang variabel yang optimal diperlukan untuk menangkap pengaruh
dari setiap variabel terhadap variabel yang lain di dalam sistem VAR. Penentuan
panjangnya selang optimal ini bisa menggunakan beberapa kriteria antara lain Akaike Information Criteri
a AIC, Schwartz Information Criteria SIC, Hannah- Quin Criteria
HQ, Likehood Ratio LR, maupun Final Prediction Error FPE. Panjang selang yang optimal terjadi jika nilai-nilai kriteria yang telah disebutkan
mempunyai nilai absolut paling kecil dan pada beberapa kriteria panjang selang optimal terjadi jika nilai adjusted R
2
adalah paling tinggi. Thomas 1997 menjelaskan bahwa kelebihan dari metode ini dapat
digunakan untuk data dari berbagai waktu, hasil yang diperoleh tidak spurious palsu, dapat menentukan besar integrasi, arah transformasi harga, pasar yang
menjadi pemimpin atau pengikut harga maupun pasar yang terisolasi. Struktural VAR tidak hanya menghasilkan rekomendasi berdasarkan keluaran modelnya
dalam merespon adanya suatu shock tetapi juga sesuai dengan model teoritik dan dapat melihat respon jangka panjang berdasarkan data historisnya. Selain itu
model VAR adalah model linier sehingga model VAR mudah diestimasi dengan menggunakan model OLS.
Tulisan lain terkait tentang penggunaan pendekatan VAR untuk menyelesaikan masalah ekonomi dibahas oleh Widarjono 2007, dimana dalam
tulisannya dinyatakan bahwa model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar mampu menangkap fenomena
ekonomi dengan baik, dengan demikian VAR adalah model nonstruktural atau merupakan model tidak teoritis ateoritis. Pada pembentukan VAR nonstruktural
model tidak dibuat berdasarkan bangunan teori yang ada namun lebih menekankan pada ada tidaknya saling ketergantungan antar variabel ekonomi.
Syarat agar VAR dapat digunakan dalam analisis data adalah semua variabel tak
bebas harus bersifat stasioner artinya data time series yang dipakai tidak memiliki trend
. Apabila dilakukan analisis pada data yang tidak stasioner akan menghasilkan hasil regresi yang palsu dan akan menyebabkan nilai standard error
menjadi kecil dan t besar sebaran t tidak valid. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah semua sisaan bersifat white noise yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan
dan diantara variabel tidak bebas tidak ada korelasi. Lebih lanjut dijelaskan dalam VAR tidak perlu membedakan variabel yang
menjadi eksogen maupun yang menjadi endogen. Semua variabel baik endogen maupun eksogen yang dipercaya saling berhubungan seharusnya dimasukkan
dalam model dan untuk melihat hubungan antara variabel di dalam VAR kita membutuhkan sejumlah selang variabel yang ada. Selang variabel ini dibutuhkan
untuk menangkap efek dari variabel tersebut terhadap variabel lain dalam model. Kemudian Widarjono menjelaskan bahwa proses pembentukan model
VAR langkah pertamanya adalah dengan melakukan uji stasionaritas data. Uji ini adalah untuk melihat apakah pergerakan data yang akan diuji memiliki trend atau
tidak. Uji kestasioneran data dapat menggunakan uji Augmented Dickey Fuller ADF. Uji ADF terdiri dari perhitungan regresi yang dirumuskan sebagai
berikut :
t m
i t
t t
Y Y
t Y
1 1
1 2
1
dimana: Yt = Selisih variabel harga
t = Trend waktu ,
, ,
2 1
= Koefisien k = Jumlah selang
t
= Galat persamaan
Jika data adalah stasioner pada level maka disebut dengan model VAR biasa unrestricted VAR, VAR in level atau model nonstruktural disebut begitu
karena tidak memerlukan keberadaan hubungan secara teoritis antarvariabel, dan sebaliknya jika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses
differensi data, maka harus diuji apakah data mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi. Rumus umum dari uji
kointegrasi ini adalah sebagai berikut :
t t
p t
p t
t
BX Y
A Y
A Y
...
1 1
dimana: Yt = k vektor dari variabel nonstasioner I1
Xt = d vektor dari variabel determinastik
t
= vektor dari inovasi. Suatu persamaan dikatakan terkointegrasi apabila antarvariabel memiliki
hubungan jangka panjang. Mengenai hal ini Widarjono menjelaskan sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Engle dan Granger bahwa walaupun suatu data
time series seringkali tidak stasioner pada level atau disebut nonstasionaritas data
tetapi kombinasi linier antara dua atau lebih data nonstasioner dapat menjadi stasioner, menurutnya data time series yang tidak stasioner ini dikatakan
terkointegrasi. Lebih lanjut dijelaskan salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam VAR adalah semua variabel tak bebas bersifat stasioner. Apabila data
tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji kointegrasi, dimana jika data yang tidak stasioner terkointegrasi, maka kombinasi linier variabel-variabel dalam sistem
akan bersifat stasioner, sehingga dapat diperoleh sistem persamaan jangka panjang yang stabil Enders, 1995.
Suatu deret waktu dikatakan terintegrasi pada selang ke-d atau Id jika data tesebut bersifat stasioner setelah pendiferensian sebanyak d kali. Variabel-variabel
tidak stasioner yang terintegrasi pada tingkat yang sama dapat membentuk kombinasi linier yang bersifar stasioner. Komponen dari vektor Y
t
dikatakan terkointegrasi jika ada vektor
=
1, 2,......, n
sehingga kombinasi linier Y
t
bersifat stasioner, dengan syarat ada unsur matrikas bernilai tidak sama dengan
nol. Vektor dinamakan vektor kointegrasi. Rank kointegrasi r dari vektor
adalah banyaknya vektor kointegrasi yang saling bebas. Nilai r dapat diketahui melalui uji Johansen. Hipotesisnya adalah:
H = rank r
H
1
= rankr Apabila rank kointegrasi lebih besar dari nol, maka model yang digunakan adalah
VECM dan apabila rank kointegrasi sama dengan nol, maka model yang digunakan adalah VAR dengan pendiferensian sampai selang ke d. Apabila
terdapat kointegrasi maka model yang terbentuk disebut Vector Error Correction Model
VECM. Model VECM ini merupakan model yang terestriksi restricted VAR
karena adanya kointegrasi yang menunjukkan hubungan teoritis jangka panjang antar variabel dalam sistem VAR. Spesifikasi VECM merestriksi
hubungan perilaku jangka panjang antar variabel yang ada agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi namun tetap membiarkan perubahan-perubahan
dinamis dalam jangka pendek. Terminologi kointegrasi ini dikenal sebagai koreksi kesalahan error correction karena bila terjadi deviasi terhadap keseimbangan
jangka panjang akan dikoreksi secara bertahap melalui penyesuaian parsial jangka pendek. Apabila data stasioner pada proses differensi namun variabel tidak
terkointegrasi disebut dengan model VAR dengan data diferensi VAR in difference
. Persamaan VAR dapat ditulis sebagai berikut:
1 1
1 p
i t
t i
t i
t t
BX Y
Y Y
dimana:
p i
i
I A
1 p
i j
j i
A
1
Teorema Granger menerangkan bahwa jika koefisien matriks telah
mengurangi pangkat rk kemudian terdapat matriks k x r masing-masing dan
dengan pangkat r sehingga = dan Yt adalah I0. r adalah jumlah hubungan
kointegrasi pangkat kointegrasi dan tiap kolom dari adalah vektor kointegrasi.
Metode Johansen adalah untuk menduga matriks dari suatu unrestriksi VAR
VAR yang tidak dibatasi dan untuk menguji apakah kita bisa menolak batasan yang diimplikasikan dengan pengurangan pangkat dari .
VAR digunakan sebagai sebuah sistem peramalan dari variabel time series yang saling berhubungan dan digunakan untuk menganalisis dampak dinamis dari
gangguan yang bersifat random di dalam sistem VAR. Untuk itu sistem VAR memerlukan sebuah pembuatan model setiap variabel endogen didalam sistem
sebagai fungsi dari selang semua variabel endogen didalam sistem VAR. Spesifikasi model VAR dengan demikian meliputi dua hal yaitu pemilihan
variabel endogen dan penentuan panjangnya selang setiap variabel endogen. Sebagai sebuah persamaan persamaan simultan maka suatu model VAR harus
diidentifikasi apakah model tersebut dapat diestimasi atau tidak, dimana terdapat
tiga kemungkinan hasil identifikasi model yaitu: 1 tidak teridentifikasi terjadi jika jumlah informasi kurang dari jumlah parameter yang diestimasi, 2 tepat
teridentifikasi terjadi jika jumlah informasi sama dengan jumlah parameter yang diestimasi, dan 3 over identifikasi terjadi jika informasi melebihi jumlah
parameter yang diestimasi.
2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang integrasi yang telah dilakukan di berbagai penelitian biasanya bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan yang melibatkan satu
pasar dengan pasar lainnya terkait dengan harga yang terjadi di kedua pasar tersebut seperti yang dilakukan dengan oleh Adiyoga, Keith dan Suherman 2006,
dalam penelitian tentang integrasi pasar kentang dimana dengan penelitian mereka itu akan memberikan informasi penting menyangkut cara kerja pasar yang dapat
berguna untuk memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar, memantau pergerakan harga melakukan peramalan harga dan memperbaiki kebijakan investasi
infrastruktur pemasaran kentang. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan dan Rosmayanti 2007, mempelajari mekanisme perambatan harga dari satu pasar ke
pasar lain dengan integrasi harga sehingga dapat membantu pemerintah untuk memahami struktur, tingkah laku dan efektivitas pasar sehingga dapat mengambil
kebijakan harga yang tepat untuk mengatasi masalah ketahanan pangan di Bengkulu. Hal ini juga yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan oleh
Sitorus 2004, yang ingin mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan harga ikan tuna segar yang terjadi di pasar tujuan di Jepang memiliki pengaruh terhadap
perubahan harga di pasar lokal di Benoa Indonesia. Sejalan dengan hal diatas
Anwar 2005, juga melakukan kajian tentang Integrasi untuk pengambilan kebijakan pengembangan ekspor dan pemasaran karet alam khususnya pasar
domestik. Hal ini adalah pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Simatupang dan Situmorang 1988 yang membahas tentang
integrasi pasar dan mekanisme rambatan harga karet Jakarta dan Singapura. Kajian tentang integrasi pasar merupakan langkah yang tepat untuk
menjawab hal itu. Penelitian integrasi pasar digunakan untuk menegtahui efisiensi suatu pasar dan untuk melihat apakah pasar tesebut bersifat persaingan sempurna
ataukah parsial monopolioligopoli. Menurut Sitorus 2004, integrasi atau keterpaduan pasar dapat terjadi jika terdapat informasi pasar yang memadai dan
informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar yang lain, dengan demikian perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat dengan segera
tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama. Senada dengan Sitorus, Adiyoga, et al. 2006, menjelaskan bahwa pasar
akan memeragakan fungsinya secara efisien jika memanfaatkan semua informasi yang tersedia. Dengan kata lain jika pasar menggunakan harga yang lalu past
price secara tepat dalam penentuan harga pada saat ini current price
determination sistem pemasaran yang berlaku dapat dikategorikan efisien.
Informasi harga dalam sistem tersebut dan kemungkinan substitusi produk antarpasar selalu berpengaruh terhadap prilaku penjual dan pembeli. Transmisi
dan pemanfaatan informasi diantara berbagai pasar dapat mengakibatkan harga dari komoditas tertentu bergerak secara bersamaan di berbagai pasar tersebut.
Jika suatu pasar tidak terintegrasi maka ditingkat nasional dan regional secara agregat akan banyak kehilangan informasi spesifik pada pasar individual.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika pasar tidak terintegrasi maka kondisi pasar persaingan sempurna tidak terpenuhi antarpasar yang tersegmentasi. Pasar yang
tersegmentasi berarti memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi harga masing-masing misalnya harga suatu komoditi sekarang X
t
hanya dipengaruhi oleh harga komoditi pada periode sebelumnya X
t-1
Irawan dan Rosmayanti, 2007.
Mendukung pendapat Irawan dan Rosmayanti, penelitian yang dilakukan Anwar 2005, menerangkan konsekuensi jika tidak terbentuk pasar persaingan
sempurna dan malahan terbentuk pasar tidak sempurna baik itu dalam kondisi monopoli, monopsoni, oligopoli atau oligopsoni. Kesimpulan yang diturunkan
dari asumsi persaingan sempurna tidak dapat digunakan untuk menetapkan suatu kebijakan. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis
integrasi pasar yaitu pendekatan dengan metode korelasi antara harga yang bergerak secara bersamaan pada pasar yang diuji Autoregressive Distributed
Lag , metode regresi sederhana, dan metode kointegrasi dengan pendekatan
Vector Autoregressio n VAR. Kesemua metode tersebut digunakan untuk
menganalisis keterpaduan pasar dengan menggunakan harga komoditi dalam bentuk time series sebagai input yang dianalisis. Metode regresi sederhana bisa
menjelaskan bahwa harga di suatu pasar merupakan fungsi dari harga pada pasar lainnya. Kelebihan metode ini adalah dapat menunjukkan nilai keeratan hubungan
antarpasar yang terintegrasi. Tetapi terdapat kelemahan pada metode ini yaitu tidak dapat memisahkan harga sebagai variabel dependen maupun variabel
independen karena model regresi sederhana memiliki sifat inverse.
Analisis dengan menggunakan Model Index of Market Conection IMC dengan pendekatan Autoregressive Distributed Lag, contohnya seperti yang
dilakukan oleh Sitorus 2005, untuk komoditi tuna. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan persamaan yang diturunkan dan dimodifikasi dari model Ravallion
1986. Model keterpaduan pasar dengan IMC dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar lokal dapat dipengaruhi harga referensi acuan dengan
mempertimbangkan harga pada waktu t tertentu dan harga pada waktu sebelumnya t-1. Dengan menggunakan parameter hasil estimasi model maka
dapat dihitung IMC. Secara umum persamaan Ravallion menunjukkan bagaimana harga di pasar lain lokal dengan mempertimbangkan pengaruh pada waktu
tertentu t dengan harga pada waktu sebelumnya t-1 pada rentang waktu tertentu bertujuan untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi. Interpretasi dari nilai
IMC yang didapatkan dapat menjelaskan apakah dua pasar terintegrasi atau tidak dimana kedua tingkat pasar terpadu secara sempurna jika nilai IMC sama dengan
nol dan masih cukup kuat jika IMC1 dan jika IMC1 berarti integrasi lemah dan bila IMC nilainya tidak hingga maka hal tersebut mengindikasikan bahwa dua
tingkatan pasar tersebut sama sekali tidak berhubungan. Berbeda dengan Sitorus, Simbolon 2005, menggunakan metode korelasi
dalam melakukan kajian integrasi ini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penggunaan metode korelasi dapat digunakan apabila arus perdagangan komoditi antarpasar
tidak terlalu jelas arah atau arah transmisi harga bukan fokus utama penelitian. Kelemahan metode ini diatasi dengan menggunakan data harga riil berdasarkan
indeks harga konsumen pada setiap pasar sehingga pengaruh perubahan harga akibat inflasi dapat dikoreksi. Metode ini hanya dapat menjelaskan keterkaitan
harga antarpasar namun tidak dapat menentukan besarnya pengaruh dan saling mempengaruhi antarpasar yang diuji. Kelemahan lain dari model ini adalah
memberikan kesimpulan yang keliru, karena pergerakan harga dapat terjadi sebagai akibat pasar memiliki kesamaan faktor yang mempengaruhi harga.
Sehingga harga di kedua pasar menunjukkan korelasi yang tinggi walaupun tidak terintegrasi.
Alat analisis lain yang dapat digunakan dalam kajian tentang integrasi pasar adalah dengan menggunakan uji kointegrasi yang bisa membuktikan adanya
keterkaitan harga pada jangka pendek dan jangka panjang antarpasar dalam suatu kawasan. Kelemahan metode ini yaitu tidak adanya prosedur yang sistematis
untuk mengestimasi vektor kointegrasi berganda secara terpisah, selain itu tahapan estimasi dalam model ini melalui dua tahap dimana apabila terjadi
pendugaan yang salah pada tahap pertama akan berlanjut ke tahap kedua. Lebih jauh Widarjono 2007, menjelaskan bahwa hasil estimasi VAR seringkali tidak
memuaskan dilihat dari uji t. Selang variabel endogen di dalam sistem VAR kemungkinan tidak nyata secara statistik. Selain itu secara individual koefisien di
dalam model VAR sulit diinterpretasikan. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada VAR maka model VAR digunakan untuk analisis dinamis data
time series antara lain untuk: 1 peramalan, 2 impulse response, 3 variance
decompotision , dan 4 uji kausalitas. Penelitian terdahulu yang menggunakan
metode ini sebagai alat analisisnya adalah seperti yang dilakukan oleh Anwar 2005, dengan komoditinya adalah karet, Adiyoga, et al. 2006, untuk melihat
integrasi pasar kentang, dan Rifin 2008, untuk melihat integrasi antara pasar CPO dan minyak goreng. Mereka menggunakan pendekatan dua tahap Engel
Granger. Tahap pertama ditempuh dengan melakukan pengujian apakah data harga yang dikaji bersifat nonstasioner berdasarkan uji Augmented Dickey
Fuller atau berdasarkan uji unit root lainnya. Tahap kedua dilakukan dengan mengestimasi suatu model statis sederhana dari serial harga I1 terhadap serial
harga lainnya I1 serta menguji apakah residualnya bersifat stasioner I0. Selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa harga-harga menyebar menuju suatu
ekuilibrium jangka panjang dan bahwa pasar terintegrasi jika hipotesis nol dari simpangan nonstasioner ditolak. Prasyarat uji kointegrasi adalah melakukan
verifikasi bahwa suatu serial harga bersifat nonstasioner dan menetapkan urutan order integrasi variabel. Alat uji yang paling sering digunakan untuk
menentukan sifat nonstasioner dari suatu serial harga adalah uji unit root ADF. Pada pengujian ini hipotesis nol adalah data bersifat nonstasioner mengandung
suatu unit root melawan hipotesis alternatifnya yaitu data yang bersifat stasioner. Lebih lanjut dalam Adiyoga, et al. 2006, dijelaskan bahwa diferensiasi
suatu variabel bersifat nonstasioner biasanya dapat menghasilkan variabel yang bersifat stasioner, namun suatu data yang didefferensiasi hingga beberapa kali
diindikasikan akan mengakibatkan terjadinya kehilangan informasi jangka pendek. Jika suatu data serial waktu didefferensiasikan sebanyak d kali sampai menjadi
stasioner mengandung d unit root maka data ini disebut terintegrasi dengan order d atau dikenal sebagai Id. Variabel-variabel yang bersifat stasioner dalam
tingkatannya yaitu I0 harus dihilangkan dari analisis kointegrasi. Pada kebanyakan kasus bukanlah suatu keharusan bahwa semua variabel memiliki
order integrasi yang sama. Alternatif pengujian untuk mengkaji kointegrasi adalah menggunakan VAR yang dikembangkan oleh Johansen.
Tulisan terdahulu yang telah dilakukan terkait dengan komoditi yang diteliti dalam penelitian ini yaitu tentang produk kelapa sawit khususnya Crude
Palm Oil CPO antara lain dilakukan oleh Amiruddin, Rahman dan Shariff
2005. Tujuan penelitian mereka adalah untuk mengkaji pasar potensial dan tantangannya bagi industri kelapa sawit Malaysia dalam menghadapi kompetisi
dari minyak nabati lainnya. Adapun metodologi yang mereka pakai untuk menjawab tujuan tersebut adalah dengan menggunakan VECM untuk melihat
hubungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang antara variabel harga minyak nabati dimana hasilnya adalah CPO adalah pemimpin pasar
dibandingkan dengan harga minyak nabati lainnya. Tulisan lainnya terkait dengan komoditi yang sama dengan yang diteliti
pada penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Rahman, Shariff, Abdullah dan Sharif 2007 dimana mereka mengkaji volatilitas harga domestik dari beberapa
produk CPO di Malaysia dan faktor yang menyebabkannya. Penelitian lain adalah Amiruddin et al. 2005 dimana karena CPO adalah pemimpin harga
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya maka agar harga beberapa minyak nabati stabil, volatilitas harga CPO haruslah diminimalkan. Stabilitas dari harga
minyak sawit khususnya CPO dapat dilakukan dengan membangun kekuatan pasar melalui pembentukan pasar monopolistik yang dilakukan oleh produsen
minyak kelapa sawit atau membentuk kartel produsen atau melalui perjanjian internasional komoditi antara pembeli dan penjual. Dipercayai bahwa dengan
membangun aliansi antara Malaysia dan Indonesia akan meningkatkan kekuatan tawar menawar diantara kedua negara dalam menentukan harga CPO dan
mengontrol output akan mengurangi volatilitas produk CPO dan turunannya di
masa yang akan datang. Apabila volatilitas harga sudah dapat diminimalisasi maka industri kelapa sawit akan lebih menguntungkan dan dapat berkonstribusi
lebih kepada negara. Tulisan ini dimaksudkan untuk mencari hubungan integrasi pasar CPO dengan menggunakan VAR dimana jika pada penelitian sebelumnya
konsep VAR dipakai untuk melihat hubungan integrasi pada jenis pasar yang sama maka tulisan ini mencoba untuk melihat hubungan pasar spot dan forward
di negara yang berbeda.
III. METODE PENELITIAN