Pemanjangan Konstituen Pengisi Subjek

5.4 Pemanjangan Konstituen Pengisi Subjek

Sebagaimana telah dipaparkan pada subbab 1.4.3 bahwa ke- luasan konstituen kalimat berkaitan dengan kuantitas informasi yang dinyatakannya. Konstituen kalimat yang panjang cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas pula. Sebaliknya, kon- stituen kalimat yang lebih pendek cenderung mengungkapkan infor- masi yang lebih pendek pula.

Panjang pendeknya konstituen kalimat juga mempengaruhi pola urutan. Konstituen kalimat yang lebih panjang cenderung ditem- patkan di akhir kalimat (Maryani dan Ruddyanto, 1995:27). Adanya penginversian salah satunya disebabkan oleh konstituen subjek yang lebih panjang daripada konstituen predikatnya. Perhatikan contoh berikut.

(505) Ana randha manggon neng ngarep omahku. ‘Ada janda bertempat tinggal di depan rumah saya.’ (506) Ana rasa adhem ing dhadhane pengemis tuwa iku.

‘Ada rasa sejuk di dada pengemis tua itu.’ (507) Ngono pitakone sawetara wartawan marang ‘Begitulah pertanyaan beberapa wartawan kepada Tarmizi Tahir Tarmizi Tahir.’

(508) Apa oleh-olehe saka Buminghum Inggris? ‘Apa oleh-olehnya dari Buminghum Inggris?’ (509) Penen gabah sing neng mbagor ing mburi omah kae!

‘Jemurlah gabah yang ada di bagor di belakang rumah itu!’

(510) Dijlentrehake menawa penduduk ing Irian Jaya kekurangan ‘Dijelaskan bahwa penduduk di Irian Jaya kekurangan pangan. makanan.’ (511) Diterangake menawa raja pati mau kadadean ing ‘Diterangkan bahwa pembunuhan itu terjadi pada tengah wengi . tengah malam.’

Contoh (505) dan (506) memiliki predikat yang sama, yaitu kata ana ‘ada’. Subjek kedua contoh tersebut adalah randha manggon ing ngarep omahku ‘janda bertempat tinggal di depan rumahku’ dan rasa adhem ing dhadhane pengemis tuwa iku ‘rasa sejuk si dada pengemis tua itu! Konstituen pengisi fungsi subjek pada kedua con- toh itu lebih panjang daripada konstituen pengisi fungsi predikat- nya. Pola urutan pada contoh (505) dan (506) itu tidak dapat dikem- balikan ke pola urutan biasa.

Kalimat pengemis tua itu’. Konstituen pengisi fungsi subjek pada kedua contoh itu lebih inversi (507) terdiri dari predikat ngono ‘begitu’ dan subjek pitakone sawatara wartawan marang Tarmizi Tahir ‘pertanyaan beberapa wartawan kepada Tarmizi Tahir’. Pada con- toh (507) juga tampak jelas bahwa konstituen pengisi fungsi subjek lebih panjang daripada konstituen pengisi fungsi predikatnya. Pola Kalimat pengemis tua itu’. Konstituen pengisi fungsi subjek pada kedua contoh itu lebih inversi (507) terdiri dari predikat ngono ‘begitu’ dan subjek pitakone sawatara wartawan marang Tarmizi Tahir ‘pertanyaan beberapa wartawan kepada Tarmizi Tahir’. Pada con- toh (507) juga tampak jelas bahwa konstituen pengisi fungsi subjek lebih panjang daripada konstituen pengisi fungsi predikatnya. Pola

Kalimat (508) merupakan kalimat inversi interogatif yang terdiri dari predikat apa ‘apa’ dan subjek oleh-olehe saka Buminghum Inggris ‘oleh-olehnya dari Buminghum Inggris’. Pada contoh (508) itu konstituen pengisi fungsi subjek lebih panjang daripada konsti- tuen pengisi fungsi predikatnya. Perbedaan contoh (508) dengan contoh (505)—(507) adalah bahwa kalimat inversi (508) dapat di- ubah menjadi kalimat yang berpola urutan biasa.

Kalimat (509) merupakan kalimat inversi imperatif yang ter- diri dari predikat penen ‘jemurlah’ dan subjek gabah sing neng mbagor ing mburi omah kae ‘gabah yang di bagor di belakang rumah itu’. Pada contoh (509) tersebut konstituen pengisi fungsi subjek juga lebih panjang daripada konstituen pengisi fungsi predikatnya. Se- perti halnya contoh (508), kalimat inversi (509) juga dapat diubah menjadi kalimat yang berpola urutan biasa.

Kalimat inversi (510) dan (511) adalah kalimat inversi maje- muk, yaitu kalimat majemuk subordinatif. Subjek pada kedua kali- mat itu diisi klausa, yaitu menawa penduduk ing Irian Jaya kekurangan pangan ‘bahwa penduduk di Irian Jaya kekurangan makanan’ (510) dan menawa raja pati mau kedadeyan ing tengah wengi ‘bahwa pembunuhan itu terjadi pada tengah malam’ (511). Predikat kedua kalimat itu adalah dijlentrehake ‘dijelaskan’ pada kalimat (510) dan diterangake ‘diterangkan’ pada kalimat (511) yang juga lebih pendek daripada subjeknya. Kedua kalimat inversi tersebut tidak dapat diubah menjadi kalimat berpola urutan biasa.