Aspek Semantis Kalimat Inversi Imperatif Pasif

4.2.2 Aspek Semantis Kalimat Inversi Imperatif Pasif

Kalimat pasif merupakan imbangan dari kalimat aktif (ban- dingkan Mastoyo, 1993:45). Maksudnya, kalimat yang benar-benar aktif dapat dipasifkan dan yang benar-benar pasif dapat diubah menjadi kalimat aktif (bandingkan Sudaryanto dkk., 1991:142). Oleh karena itu, kalau kalimat aktif berarti kalimat yang fungsi P-nya diisi oleh verba aktif, kalimat pasif pun berarti kalimat yang fungsi P-nya diisi oleh verba pasif.

Dalam bahasa Jawa, kalimat pasif yang memiliki imbangan bentuk aktif adalah kalimat pasif yang fungsi P-nya berpengisi ver-

ba berprefiks di-, tak-, dan kok- . Perhatikanlah kalimat yang berikut. (436) Aku diparingi dhuwit sewu dening ibu. ‘Saya diberi uang seribu oleh ibu.’ (437) Bukumu takgawakake. ‘Bukumu saya bawakan.’ (438) Mejane aja kokkebaki barang-barang. ‘Mejanya jangan kamu penuhi banyak barang.’

Kalimat (436) - (438) merupakan kalimat pasif yang dapat diubah menjadi kalimat aktif. Caranya adalah dengan mengubah pengisi fungsi P, yaitu verba pasif diparingi ‘diberi’, takgawakake ‘saya bawakan’, dan kokkebaki ‘kamu penuhi’, ke dalam bentuk ver-

ba aktif, yaitu maringi ‘memberi’, aku nggawakake ‘saya membawa- kan’, dan kowe ngebaki ‘kamu memenuhi’; mengubah fungsi S, yaitu aku ‘saya’, bukumu ‘bukumu’, dan mejane ‘mejanya’, menjadi fungsi O; mengubah fungsi K, yaitu dening ibu ‘oleh ibu’, menjadi fungsi S, seperti terlihat dalam kalimat (436a)—438a) berikut.

(436a) Ibu maringi dhuwit sewu aku. ‘Ibu memberi saya uang seribu.’ (437a) Aku nggawakake bukumu. ‘Saya membawakan bukumu.’ (438a) Kowe ngebaki barang-barang mejane. ‘Kamu jangan memenuhi meja dengan banyak barang.’

Dalam bahasa Jawa, ada juga kalimat berbentuk pasif yang tidak memiliki imbangan bentuk aktif. Kalimat pasif yang demi- kian merupakan kalimat pasif yang kadar kepasifannya rendah. Kalimat pasif seperti itu adalah kalimat pasif yang fungsi P-nya diisi oleh verba berafiks ke-, ke-an, dan -in-. Contoh kalimatnya sebagai berikut.

(439) Malinge wis ketangkep. ‘Pencurinya sudah tertangkap.’ (440) Aku ketutupan rambutmu. ‘Saya ketutupan/tertutupi rambutmu.’ (441) Bab iku wus sineksenan dening wong akeh. ‘Hal itu sudah disaksikan oleh orang banyak.’

Kalimat pasif dapat diubah strukturnya menjadi bentuk inver- si. Perubahan struktur dari struktur biasa ke struktur inversi itu dilakukan dengan cara memindahkan fungsi S ke posisi akhir kali- mat. Berikut ini disajikan bentuk inversi kalimat (436)—(438) di atas.

(436b) Diparingi dhuwit sewu dening ibu / aku. ‘Diberi uang seribu oleh ibu / saya.

(437b) Takgawakake bukumu. ’Saya bawakan bukumu.’ (438b) Aja kokkebaki barang-barang mejane. ‘Jangan kamu penuhi banyak barang mejanya.’ (439a) Wis ketangkep malinge. ‘Sudah tertangkap / pencurinya.’ (440a) Ketutupan rambutmu / aku. ‘Tertutup rambutmu / saya.’ (441a) Wus sineksenan dening wong akeh / bab iku. ‘Sudah disaksikan oleh orang banyak / hal itu.’

Kalimat pasif dimungkinkan pula diubah menjadi bentuk im- peratif. Namun, kemungkinan itu hanya berlaku untuk kalimat pasif intensional, khususnya kalimat pasif intensional yang fungsi P-nya diisi oleh verba (tindakan) pasif berprefiks di- dan tak. Kali- mat pasif jenis lain, ialah kalimat pasif eventif, yaitu kalimat pasif yang fungsi P-nya diisi oleh verba pasif berprefiks ke- dan kalimat pasif adversatif, yakni kalimat pasif yang fungsi P-nya diisi oleh verba pasif berafiks ke-an, tidak dapat dijadikan bentuk imperatif. Jadi, kalau kalimat (436) dan (437) dapat diubah menjadi bentuk imperatif, kalimat (439)—(441) tidak dapat. Perhatikanlah kalimat (436c) dan (437c) dan (439b)—(441b) berikut ini.

(436c) Bu, aku paringana dhuwit sewu! ‘Bu, berilah saya uang seribu!’ (437c) Bukuku gawakna! ‘Bawakanlah bukuku!’ (439b) *Malinge wis ketangkepa. (440b) *Ketutupana rambutmu! (441b) *Bab iku wus sineksanana dening wong akeh!

Dalam bahasa Jawa terdapat kalimat imperatif pasif bentuk inversi. Dalam bentuk inversi itu, pihak yang harus melaksanakan perintah ditempatkan pada akhir kalimat. Perhatikanlah contoh kalimat yang berikut.

(442) Kana, mase gawekna mimik dhisik, Min! ‘Sana, kakakmu buatkanlah minuman dulu, Min!’

(443) Tinimbang nyewa omahe wong liya, senajan murah,

‘Daripada menyewa rumah orang lain, meskipun murah, iku wae enggonana, Ning! itu saja tempatilah, Ning!’

(444) Yen kowe wis ora kuwat meneh karo tumindake bojomu,

‘Bila kamu sudah tidak kuat lagi dengan tingkah laku istrimu, jaluken bali getih pitung tetes iku, Ki sanak! mintalah kembali darah tujuh tetes itu, Kawan!’

Kalimat (442)—(444) itu merupakan kalimat inversi imperatif pasif. Keinversian ketiga kalimat itu ditunjukkan dengan penem- patan pihak yang melaksanakan perintah, yaitu Min, Ning, dan Ki sanak ‘kawan’, pada akhir kalimat. Hal imperatifnya dinyatakan de- ngan pengisi fungsi P, yaitu gawekna ‘buatkanlah’, enggonana ‘tem- patilah’, dan jaluken bali ‘mintalah kembali’, yang berpenanda sufiks imperatif -na, -ana, dan -en. Ihwal pasifnya ditunjukkan dengan ke- mungkinannya diparalelkan dengan bentuk pasif yang berikut.

(442a) Kana, mase digawekake mimik dhisik, Min! ‘Sana, kakakmu dibuatkan minuman dulu, Min! (443a) Tinimbang nyewa omahe wong liya, sanajan murah,

’Daripada menyewa rumah orang lain, meskipun murah, Iku wae dienggoni, Ning! itu saja ditempati Ning!’

(444a) Yen kowe wis ora kuwat meneh karo tumindake ‘Bila kamu sudah tidak kuat lagi dengan kelakuan bojomu dijaluk bali getih pitung tetes iku, Ki sanak! Istrimu diminta kembali darah tujuh tetes itu, kawan!’