Populasi Rhizobium sp.
b. Populasi Rhizobium sp. Di Saluran Pencernaan Cacing Tanah
Berdasarkan uji F, perlakuan bioamelioran sangat berpengaruh nyata (p < 0,01) terhadap populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah (Lampiran 8). Rata-rata hasil populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah dan hasil uji DMR setelah perlakuan disajikan pada Gambar 4.3. dan 4.4.
Gambar 4.3. Populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing
tanah saat vegetatif maksimum
Keterangan : Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan
Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan (Gambar 4.3.), dapat diketahui bahwa bioamelioran berupa inokulasi P.corethrurus saja maupun dengan campuran seresah jati, pupuk kandang sapi, dan phonska meningkatkan populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah, namun memberikan peningkatan yang bervariasi tergantung bahan campurannya. Pemberian bioamelioran berupa campuran cacing tanah dan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah tertinggi
(37 x 10 11 cfu). Untuk lebih memperjelas perbedaan peran
Keterangan : A0 : kontrol
A5: A1+50%seresah jati+50%phonska
A1 : P. corethrurus
A6: A1+50%pukan+50%phonska
A2 : A1+100%seresah jati
A7: A1+25%seresah jati+25%pukan+50%phonska
A3 : A1+100%pukan
A8: A1+100% phonska
A4: A1+50%seresah jati+50%pukan *) : Saluran pencernaan cacing tanah A4: A1+50%seresah jati+50%pukan *) : Saluran pencernaan cacing tanah
Gambar 4.4. Pengaruh terhadap populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah dari bioamelioran Keterangan : Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan
Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan (Gambar 4.4.), dapat diketahui bahwa bioamelioran berupa cacing tanah saja tidak berbeda nyata dengan bioamelioran berupa campuran cacing tanah dengan pupuk anorganik. Pupuk anorganik berupa phonska bukan merupakan makanan Rhizobium sp.. Bioamelioran berupa campuran cacing tanah dengan berbagai tambahan sisa organik mampu meningkatkan populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah secara significan. Pencampuran cacing tanah dengan sisa organik mampu meningkatkan populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah tertinggi berupa peningkatan 5 kali lipat dari bioamelioran berupa cacing tanah saja.
Bioamelioran berupa pupuk kandang sapi memiliki C/N ratio sebesar 9,68 (Tabel 4.2.) sehingga mudah terdekomposisi. Kualitas pupuk kandang sapi tersebut lebih disukai oleh cacing tanah jenis
Keterangan :
A : kontrol (A0)
B : cacing tanah (A1)
C : cacing tanah+sisa organik
D : cacing tanah +sisa organik+anorganik
(A2+A3+A4)
(A5+A6+A7)
E : cacing tanah+anorganik (A8)
*) : Saluran pencernaan cacing tanah
tanah menyukai bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. Meskipun seresah jati memiliki C/N ratio sebesar 26,13 (Tabel 4.3.), namun masih merupakan makanan bagi cacing tanah, karena mengandung nitrogen yang digunakan oleh cacing tanah untuk membentuk jaringan tubuh (Letik, 2008). Unsur karbon yang terdapat dalam saluran pencernaan cacing tanah dapat dimanfaatkan oleh Rhizobium sp. sebagai sumber nutrisi.
Selain itu, aktivitas cacing tanah dalam memakan bahan organik menarik perhatian mikrobiota dalam tanah (Anjangsari, 2010) sehingga terdapat banyak Rhizobium sp. yang tertarik sehingga ikut tertelan oleh cacing tanah kemudian populasinya meningkat di saluran pencernaan cacing tanah. Sebelum inokulasi P.corethrurus ke tanah Vertisol, jumlah populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan adalah
sebanyak 5 x 10 7 cfu/gut (Lampiran 3). Berdasarkan uji korelasi (Lampiran 21), variabel yang menunjukkan keeratan hubungan dengan populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah adalah populasi Rhizobium sp. di kascing (r = 0,79**), berat kascing (r = 0,39*) dan berat cacing tanah (r = 0,54**). Berdasarkan hasil korelasi tersebut dilanjutkan dengan uji stepwise (Lampiran 22). Berdasarkan uji tersebut, variabel yang paling menentukan populasi Rhizobium sp. di saluran pencernaan cacing tanah adalah populasi Rhizobium sp. di kascing (R Sq (adj) = 0,61*). Edwards (2004) menyatakan banyak mikrobiota yang ditemukan di saluran pencernaan (gut) cacing tanah jenis P.corethrurus. Pakan berupa sisa organik kemudian dikeluarkan melalui mucus, bersamaan dengan mikrobiota didalamnya.
c. Populasi Rhizobium sp. Di Kascing
Berdasarkan uji F, perlakuan bioamelioran sangat berpengaruh nyata (p < 0,01) terhadap populasi Rhizobium sp. di Berdasarkan uji F, perlakuan bioamelioran sangat berpengaruh nyata (p < 0,01) terhadap populasi Rhizobium sp. di
4.5. dan 4.5.
Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan (Gambar 4.5.), dapat diketahui bahwa bioamelioran berupa inokulasi P.corethrurus saja maupun dengan campuran seresah jati, pupuk kandang sapi, dan phonska meningkatkan populasi Rhizobium sp. kascing, namun memberikan peningkatan yang bervariasi tergantung bahan campurannya. Bioamelioran berupa campuran cacing tanah dan pupuk kandang sapi memberikan hasil populasi Rhizobium sp. tertinggi (47 x
10 10 cfu). Untuk lebih memperjelas perbedaan peran bioamelioran terhadap peningkatan populasi Rhizobium sp. kascing disajikan rerata data pada Gambar 4.6.
Gambar 4.5. Rata-rata populasi Rhizobium sp. di kascing saat vegetatif
maksimum
Keterangan : Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan
Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan (Gambar 4.6.), dapat diketahui bahwa bioamelioran berupa cacing tanah saja tidak berbeda nyata dengan bioamelioran berupa campuran cacing tanah dengan pupuk anorganik. Pupuk anorganik berupa phonska bukan
Keterangan : A0 : kontrol
A4: A1+50%seresah jati+50%pukan A8: A1+100% phonska
A1 : P. corethrurus A5: A1+50%seresah jati+50%phonska A2 : A1+100%seresah jati A6: A1+50%pukan+50%phonska A3 : A1+100%pukan A7: A1+25%seresah jati+25%pukan+50%phonska A1 : P. corethrurus A5: A1+50%seresah jati+50%phonska A2 : A1+100%seresah jati A6: A1+50%pukan+50%phonska A3 : A1+100%pukan A7: A1+25%seresah jati+25%pukan+50%phonska
Gambar 4.6. Pengaruh terhadap populasi Rhizobium sp. di kascing dari
bioamelioran
Keterangan : Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan
Bioamelioran dengan campuran cacing tanah, seresah jati, dan pupuk kandang sapi secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah mikrobiota seperti Rhizobium sp. di dalam kascing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adianto (2004) bahwa penambahan sisa organik sebagai makanan bagi cacing tanah menghasilkan kascing yang berguna bagi pertumbuhan mikrobiota seperti Rhizobium sp..
Berdasarkan uji korelasi (Lampiran 21), variabel yang menunjukkan keeratan hubungan dengan populasi Rhizobium sp. di kascing adalah berat kascing (r = 0,54**) dan berat cacing tanah (r = 0,61**). Berdasarkan hasil korelasi tersebut dilanjutkan dengan uji
Keterangan :
A : kontrol (A0)
B : cacing tanah (A1)
C : cacing tanah+sisa organik
D : cacing tanah +sisa organik+anorganik
(A2+A3+A4)
(A5+A6+A7)
E : cacing tanah+anorganik (A8) E : cacing tanah+anorganik (A8)