Pengaruh Bioamelioran Terhadap Variabel Tanaman Saat Vegetatif Maksimum (Bintil Akar, N Jaringan , Tinggi Tanaman, dan Berat Kering Tanaman)
D. Pengaruh Bioamelioran Terhadap Variabel Tanaman Saat Vegetatif Maksimum (Bintil Akar, N Jaringan , Tinggi Tanaman, dan Berat Kering Tanaman)
1. Bintil Akar
Tanaman kacang tanah memiliki bintil akar yang didalamnya berisi mikrobiota yang mampu menambat N dari udara (Anonim, 2000). Berdasarkan uji F, perlakuan bioamelioran berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap jumlah bintil akar tanaman kacang tanah tanah pada saat vegetatif maksimum (Lampiran 16). Hal ini dikarenakan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) mampu menghasilkan bintil akar dari bentuk simbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Rata-rata jumlah bintil akar tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan hasil uji DMR setelah perlakuan disajikan Tabel 4.5.
Berdasarkan Tabel 4.5., dapat diketahui bahwa jumlah bintil akar tidak significan pada tiap perlakuan. Hal ini diduga karena aktivitas pembentukan bintil tanaman dimulai pada waktu tanaman kacang tanah berumur 25-30 hari (Simanjuntak, 2007), sehingga pembentukan bintil akar pada waktu vegetatif maksimum belum optimal. Meskipun populasi Rhizobium sp. di tanah Vertisol meningkat, namun belum tentu Rhizobium sp. tersebut efektif dalam penambatan N. Simbiosis antara bakteri dengan tanaman inang bersifat spesifik, karena hanya spesies tertentu yang dapat
2008). Berdasarkan Anonim d (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan bintil akar adalah sumber makanan (BO dan perakaran), mikroorganisme lain sebagai kompetitor di perakaran, lingkungan yang mempengaruhi dalam menyediakan energi bagi bakteri, pH, suhu, ketersediaan air dan hara, senyawa racun, serta kesesuaian genetik antara bakteri dan tanaman. Tabel 4.5. Rata-rata jumlah bintil akar tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.)
No
Perlakuan Jumlah Bintil Akar
1 A0 30ab
2 A1 33ab
3 A2 27a
4 A3 50ab
5 A4 38ab
6 A5 52ab
7 A6 57b
8 A7 24a
9 A8 46ab
Keterangan : A0: Kontrol;A1: P.corethrurus;A2: P.corethrurus+100% seresah jati;A3;
P.corethrurus +100%
pukan;A4:
P.corethrurus +50%seresah jati+50%pukan; A5: P.corethrurus+50% seresah jati+50%phonska; A6: P.corethrurus +50% pukan+50% phonska;A7: P.corethrurus+25%seresah jati + 25% pukan+50% phonska; A8: P.corethrurus+100%phonska (Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan)
Bioamelioran berupa cacing tanah jenis P.corethrurus belum berperan dalam meningkatkan jumlah bintil akar, namun berperan dalam meningkatkan populasi Rhizobium sp. di tanah Vertisol, sedangkan bioamelioran berupa pupuk kandang sapi, seresah jati, dan phonska menghasilkan unsur hara seperti nitrogen yang berguna pada awal stadia pertumbuhan kacang tanah dan memberikan nutrisi bagi Rhizobium sp. di tanah Vertisol. Menurut Simanjuntak (2007), pemberian nitrogen pada awal penanaman digunakan tanaman kacang tanah untuk pemenuhan kebutuhan awal pertumbuhan tanaman sebelum bersimbiosis dengan
Di dalam tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) terkandung carbon sebagai makanan bagi Rhizobium sp.. Tanaman akan memberikan energi berupa karbon bagi Rhizobium sp. sedangkan Rhizobium sp. akan memfiksai N yang ditandai dengan terbentuknya bintil. Rhizobium sp. disebut sebagai mikrosimbion sedang tanaman inangnya disebut sebagai makrosimbion . Tanaman (makrosimbion) mendapatkan tambahan nitrogen
yang berasal dari penambatan N 2 atmosfer oleh mikrosimbion, sedangkan
Rhizobium mendapatkan
tempat
perlindungan
dan sumber karbon/fotosintat dari makrosimbion (Hadisudarmo, 2008). Mekanisme penambatan nitrogen dengan bantuan enzim nitrogenase secara biologis dapat digambarkan melalui persamaan di bawah ini :
N 2 + 8H + + 8e - + 16 ATP = 2NH 3 + H2 + 16 ADP + 16 Pi (Simanungkalit et al., 2011)
2. N Jaringan
N jaringan merupakan banyaknya unsur N yang terdapat pada jaringan tanaman. Nitrogen dalam tanaman dijumpai baik dalam bentuk anorganik maupun organik, yang berkombinasi dengan C, H, O dan kadang – kadang dengan S membentuk asam amino, enzim, asam nukleat, klorofil dan alkaloid. Walaupun N anorganik dapat terakumulasi dalam bentuk nitrat, akan tetapi bentuk N organik tetap dominan di dalam tanaman sebagai senyawa protein yang mempunyai berat molekul tinggi (Winarso, 2005).
Berdasarkan uji F, perlakuan bioamelioran berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) terhadap N jaringan pada saat vegetatif maksimum (Lampiran 19). Rata-rata hasil N jaringan tanaman dan hasil uji DMR pada saat vegetatif maksimum disajikan pada Gambar 4.11. dan 4.12.
Gambar 4.11. Rata-rata hasil N jaringan saat vegetatif maksimum Keterangan : Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena
bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan
Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan (Gambar 4.11.), dapat diketahui bahwa bioamelioran berupa inokulasi P.corethrurus saja maupun dengan campuran seresah jati, pupuk kandang sapi, dan phonska meningkatkan kandungan N jaringan, namun memberikan peningkatan yang bervariasi tergantung bahan campurannya. Pemberian bioamelioran berupa campuran cacing tanah, pupuk kandang sapi, dan phonska memberikan N jaringan tertinggi (4,22%). Untuk lebih memperjelas perbedaan peran bioamelioran terhadap peningkatan N jaringan disajikan rerata data pada Gambar 4.12.
Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan (Gambar 4.12.), dapat diketahui bahwa bioamelioran berupa campuran cacing tanah, sisa organik, dan anorganik meningkatkan N jaringan secara significan. Bioamelioran berupa campuran cacing tanah dengan pupuk anorganik memberikan N jaringan tertinggi (81,4%) dari kontrol.
Keterangan : A0 : kontrol
A4: A1+50%seresah jati+50%pukan
A8: A1+100% Phonska A1 : P. corethrurus
A5: A1+50%seresah jati+50%phonska
A2 : A1+100%seresah jati
A6: A1+50%pukan+50%phonska
A3 : A1+100%pukan A7: A1+25%seresah jati+25%pukan+50%phonska
Gambar 4.12. Pengaruh terhadap hasil N jaringan dari bioamelioran Keterangan : Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena
bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan
Bioamelioran dengan phonska secara langsung berperan dalam meningkatkan N jaringan. Pupuk anorganik seperti phonska adalah jenis pupuk yang menyediakan unsur hara secara cepat tersedia ke dalam tanah sehingga langsung cepat pula diserap oleh tanaman. Pupuk phonska pada perlakuan ini mempunyai kandungan N sebesar 16,53% (Tabel 4.4.).
Bioamelioran berupa sisa organik berperan dalam meningkatkan N jaringan karena sisa organik akan termineralisasi dan menghasilkan unsur hara N yang tersedia di tanah, sehingga kebutuhan tanaman akan hara N tercukupi. Selain itu, sisa organik yang telah terdekomposisi menjadi bahan organik memiliki kemampuan yang paling utama dalam meningkatkan sifat fisik tanah antara lain merubah struktur tanah menjadi remah (Himawan, 2010). Sifat fisik tanah meningkat, maka penyerapan N akan semakin maksimal, sehingga bioamelioran berupa pupuk kandang sapi dan seresah jati memberikan nilai N jaringan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Bioamelioran berupa cacing tanah berperan dalam meningkatkan N jaringan tanaman akibat dari aktivitasnya memakan
Keterangan :
A : kontrol (A0)
B : cacing tanah (A1)
C : cacing tanah+sisa organik
D : cacing tanah +sisa organik+anorganik
(A2+A3+A4)
(A5+A6+A7)
E : cacing tanah+anorganik (A8)
dihasilkan mengandung nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan tanah disekitarnya, nitrogen tersebut dalam bentuk nitrat sehingga langsung dapat terserap oleh tanaman (Adianto, 2004).
Berdasarkan uji korelasi (Lampiran 21), variabel yang menunjukkan keeratan hubungan dengan N jaringan adalah serapan N (r = 0,74**), KTK (r = 0,60**), jumlah bintil akar (r = 0,46**), tinggi tanaman (r = 0,40**), berat kering tanaman (r = 0,45**), dan berat kascing. Berdasarkan hasil korelasi tersebut dilanjutkan dengan uji stepwise (Lampiran 22). Berdasarkan uji tersebut, variabel yang paling menentukan N jaringan tanaman adalah serapan N, berat kering tanaman, dan berat kascing (R-Sq (adj) = 0,91*). Berdasarkan hasil uji stepwise tersebut, variabel yang paling berpengaruh adalah serapan N dengan persamaan regresi, yaitu N jaringan = 2,16 + 16,2 Serapan N (R-Sq (adj) = 0,54*). Semakin banyak unsur hara N yang terdapat di dalam jaringan tanaman menunjukkan bahwa semakin banyak unsur hara N yang diserap oleh tanaman.
3. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Kusumastuti, 2007). Berdasarkan uji F, perlakuan bioamelioran berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap tinggi tanaman kacang tanah tanah pada saat vegetatif maksimum (Lampiran 20). Meskipun demikian, tetap ada peningkatan tinggi tanaman dari kontrol. Inokulasi P.corethrurus, pemberian sisa organik dan phonska berpengaruh dalam meningkatkan N total tanah dan bahan organik tanah, tetapi kacang tanah tidak responsif terhadap N karena mampu menambat melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium sp..
terhadap tinggi tanaman. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan hasil uji DMR setelah perlakuan disajikan Tabel 4.5. Tabel 4.6. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
No
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
1 A0 23,5a
2 A1 25,2a
3 A2 24,7a
4 A3 24,3a
5 A4 24,0a
6 A5 28,0a
7 A6 27,0a
8 A7 25,5a
9 A8 26,7a
Keterangan : A0: Kontrol;A1: P.corethrurus;A2: P.corethrurus+100% seresah jati;A3;
P.corethrurus +100%
pukan;A4:
P.corethrurus +50%seresah jati+50%pukan; A5: P.corethrurus+50% seresah jati+50%phonska; A6: P.corethrurus +50% pukan+50% phonska; A7: P.corethrurus+25%seresah jati + 25% pukan+50% phonska A8: P.corethrurus+100%phonska (Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan)
Berdasarkan Gambar 4.6., tinggi tanaman tidak significan pada tiap perlakuan, namun semua perlakuan mengalami peningkatan tinggi tanaman apabila dibandingkan dengan kontrol. Menurut Kusumastuti (2007), tinggi tanaman lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, suhu tanah dan udara, kelembapan, dan kandungan hara tanah. Faktor lingkungan tersebut sangat mempengaruhi proses fotosintesis yang akhirnya akan ditampakkan salah satunya dalam tinggi tanaman.
Berdasarkan uji korelasi (Lampiran 21), variabel yang menunjukkan keeratan hubungan dengan tinggi tanaman adalah berat kering tanaman (r = 0,62**). Salah satu unsur hara yang diserap oleh tanaman kacang tanah adalah unsur hara N, yang berguna dalam pertumbuhan tanaman pada saat vegetatif maksimum (Sigit dan Marsono, 2011)
4. Berat Kering Tanaman
Berat kering tanaman didapatkan dari berat segar tanaman yang telah dioven kemudian ditimbang pada kondisi berat konstan. Berat segar tanaman yang tinggi menjadikan berat kering tanaman tinggi pula. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar air dalam jaringan tanaman. Berdasarkan uji F, perlakuan bioamelioran berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap berat kering tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada saat vegetatif maksimum (Lampiran 18). Hal ini disebabkan berat kering tanaman sangat tergantung dari laju fotosintesis dan respirasi. Rata-rata hasil berat kering tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan hasil uji DMR setelah perlakuan disajikan pada table 4.7. Tabel 4.7. Rata-rata berat kering tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea
Berat Kering Tanaman (g/tanaman)
1 A0 1,74a
2 A1 1,94a
3 A2 1,75a
4 A3 2,18a
5 A4 1,89a
6 A5 2,04a
7 A6 2,39a
8 A7 1,81a
9 A8 2,54a
Keterangan : A0: Kontrol;A1: P.corethrurus;A2: P.corethrurus+100% seresah jati;A3;
P.corethrurus +100%
pukan;A4:
P.corethrurus +50%seresah jati+50%pukan; A5: P.corethrurus+50% seresah jati+50%phonska; A6: P.corethrurus +50% pukan+50% phonska; A7: P.corethrurus+25%seresah jati + 25% pukan+50% phonska; A8: P.corethrurus+100%phonska (Angka-angka pada hasil yang diikuti huruf yang sama karena bioamelioran menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan)
Berdasarkan Gambar 4.7., hasil berat kering tanaman tidak significant pada tiap perlakuan. Perlakuan yang menunjukkan berat kering tanaman tertinggi adalah bioamelioran berupa cacing tanah dan phonska (A8), sedangkan berat kering tanaman terendah pada kontrol. Berat kering Berdasarkan Gambar 4.7., hasil berat kering tanaman tidak significant pada tiap perlakuan. Perlakuan yang menunjukkan berat kering tanaman tertinggi adalah bioamelioran berupa cacing tanah dan phonska (A8), sedangkan berat kering tanaman terendah pada kontrol. Berat kering