Uji Coba Produk

C. Uji Coba Produk

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan kelayakan, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan.

1. Desain Uji Coba

Uji coba dalam pengembangan media pembelajaran puzzle, dimulai dari review ahli meteri terhadap materi dalam media puzzle. Setelah materi dinilai baik maka dilanjutkan review oleh ahli media untuk menentukan kelayakan media puzzle. Setelah dinyatakan baik maka pengujian dilanjutkan pada siswa.

2. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam pengembangan ini terdiri atas siswa, guru Fisika pakar materi dan pakar media. Subjek yang pertama adalah siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Paron sebagai pengguna media pembelajaran puzzle. Siswa kelas X dipilih karena pada usia ini adalah tahap peralihan dari SMP ke SMA. Pada tahap ini siswa masih senang bermain-main dalam kelompok dan permainan di sesuaikan dengan tingkat kecerdasan mereka. Adapun pemilihan Madrasah Aliyah Negeri Paron adalah lokasinya yang dekat dengan rumah

commit to user

pernah dilakukan penelitian yang serupa sehingga diharapkan hasil penelitian ini bisa maksimal dan lebih bermanfaat.

Sebagai pengguna siswa dapat memberikan respon mengenai media pembelajaran puzzle. Respon tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kriteria kelayakan media. Subjek berikutnya adalah guru Fisika. Guru Fisika merupakan sumber informasi yang ikut menilai proses pembelajaran dan media yang digunakan. Selanjutnya adalah pakar materi dan pakar media. Pakar materi adalah orang yang ahli dalam materi pembelajaran dan pakar media adalah orang yang ahli mengenai media pembelajaran. kedua pakar tersebut berperan sebagai evaluator media puzzle sebelum diujikan di kelas.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Wawancara. Metode wawancara digunakan untuk menghimpun data yang berkaitan dengan : Informasi keadaan siswa dan lingkungan untuk identifikasi dalam perencanaan media puzzle, respon terhadap media puzzle serta respon terhadap materi dalam media puzzle. Wawancara dilakukan terhadap guru fisika, pakar materi dan pakar media.

b. Kajian dokumentasi. Metode dokumentasi ini dipakai untuk menghimpun data yang berhubungan dengan prosedur pengembangan media pembelajaran. Kajian dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada.

c. Angket Angket diberikan kepada siswa untuk menghimpun data yang berkaitan dengan respon para siswa sebagai pengguna media pembelajaran ini. Angket diberikan pada akhir kegiatan ujicoba untuk menentukan kriteria kelayakan media puzzle.

d. Tes Tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif Fisika siswa.

commit to user

4. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini ada tiga macam yaitu instrumen pembelajaran, angket dan instrumen penilaian.

a. Instrumen pembelajaran meliputi: (1) Silabus (2) Rencana pelaksanaan pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran disusun dengan tujuan agar pengujian media puzzle dalam pelaksanaan PBM saat pengujian lapangan akan terstruktur dengan baik. Silabus bisa dilihat pada lampiran1 dan Rencana pelaksanaan pembelajaran pada lampiran 2.

b. Instrumen Pengambilan Data

1) Instrumen Angket Instrumen angket untuk mengukur kelayakan isi, sajian, dan kegrafisan tampilan media pembelajaran puzzle. Instrumen yang digunakan dengan teknik angket yaitu daftar cek dengan skala bertingkat (rating scale). Instrumen yang digunakan terlebih dahulu dibuktikan validitas isinya, dengan berkonsultasi dengan para ahli agar diperoleh masukan terhadap kesesuaian aspek atau komponen penelitian dengan indikator. Prosedur yang penulis tempuh dalam penyusunan angket selama penelitian adalah sebagai berikut:

a) Menetapkan tujuan Tujuan penyusunan angket ini adalah untuk menentukan bahwa media yang dibuat telah memenuhi kriteria baik.

b) Menetapkan aspek yang ingin diungkap

Untuk memperjelas aspek yang ingin diungkap, digunakan kisi-kisi angket.

c) Menentukan jenis dan bentuk angket

Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup.

d) Menyusun angket

Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket.

commit to user

e) Menentukan skor Dalam angket ini setiap item mempunyai alternatif jawaban dan skor. Dari alternatif jawaban tersebut diberikan skor. Dalam penelitian ini, digunakan Skala Rating Scale. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban dengan interval skor 1-5 yaitu: 1 = sangat tidak baik/sesuai, 2 = kurang baik,

3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik/sesuai. Instrumen angket dalam penelitian ini terdiri atas 4 macam yaitu angket untuk ahli materi, angket untuk ahli media, angket untuk guru Fisika dan angket untuk siswa. Hasil pembuatan kisi-kisi angket dapat dilihat pada lampiran 3 dan lembar angket. pada lampiran 4.

2) Instrumen kemampuan kognitif Fisika siswa. Untuk penilaian kemampuan kognitif atau prestasi belajar fisika, menggunakan bentuk tes objektif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari :

a) Membuat kisi-kisi soal tes

b) Menyusun soal tes Tes objektif tersebut terdiri dari 10 butir soal. Sebelum tes digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, tes diujicobakan terlebih dahulu. Kisi-kisi soal tes dan susunan soal try-out dapat dilihat pada lampiran 5. Uji Coba untuk mengetahui apakah instrumen tes kognitif tersebut telah memenuhi persyaratan tes yang baik yaitu dalam hal validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

(1) Taraf kesukaran Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Untuk menentukan taraf kesukaran dari tiap item soal digunakan rumus

Js

B P  (Suharsimi Arikunto, 2002 : 208)

commit to user

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal betul Js = jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut ketentuan indeks kesukaran sering terjadi klasifikasi sebagai berikut :

(a) Jika 0,00  P  0,30 maka soal dikategorikan sukar (b) Jika 0,30  P  0,70 maka soal dikategorikan sedang (c) Jika 0,70  P  1,00 maka soal dikategorikan mudah

(2) Daya pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (kemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumus sebagai berikut :

B D     (Suharsimi Arikunto, 2002 : 211)

keterangan : J

= jumlah peserta tes J A = banyaknya siswa kelompok atas

J B = banyaknya siswa kelompok bawah

B A = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

B B = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar P A = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar

Daya pembeda (nilai D) diklsifikasikan sebagi berikut : (a) Jika 0,00  D  0,20 maka soal dikategorikan jelek

(b) Jika 0,20  D  0,40 maka soal dikategorikan cukup (c) Jika :0,40  D  0,70 maka soal dikategorikan baik (d) Jika 0,70  D  1,00 maka soal dikategorikan baik sekali

commit to user

Sebuah tes valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item tes obyektif pilihan ganda dan esai adalah dengan teknik korelasi point Biserial dengan rumus :

  (Suharsimi Arikunto, 2002 :79)

Keterangan :  pbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab benar Mt = rerata skor total St

= standar deviasi dari skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar q

= proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p) Kriteria

jika pbi tabel    maka soal valid jika

pbi tabel    maka soal tidak valid (invalid) (4) Reliabilitas

Reliabilitas sering diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang tidak sama pada waktu yang sama.

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson yang dihitung dengan rumus K-R 20, sebagai berikut :

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 101)

commit to user

r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q

= proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p) Σpq

= jumlah hasil perkalian antara p dan q

= banyaknya item

= standar deviasi dari tes Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Apabila harga r hitung >r tabel , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen reliabel. Kriteria nilai reliabilitas : jika 0,8

  11 r 1 maka reliabilitas tes sangat tinggi

jika 0,6

  11 r 0,8 maka reliabilitas tes tinggi

jika 0,4

  11 r 0,6 maka reliabilitas tes cukup

jika 0,2

  11 r 0,4 maka reliabilitas tes rendah

jika 0,0

  11 r 0,2 maka reliabilitas tes sangat rendah

(Suharsimi Arikunto, 2002:109) Hasil uji coba soal tes dan pengolahannya berupa taraf kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas disajikan dalam tabel pada lampiran 6.

Dari 30 soal tes obyektif yang diujicobakan 9 soal dinyatakan invalid yaitu soal nomor 5, 7, 11, 13, 15, 18, 20, 22, dan 29. Sedangkan berdasarkan daya pembeda soal yang dinyatakan jelek adalah soal dengan nomor 1, 4, 5, 7, 9, 12,13,

15, 18, 22, 25, 27,28, 29 dan 30. Soal yang dinyatakan cukup adalah soal dengan nomor 2, 6, 8, 10, 17, 19, 20, dan 21. Soal yang dinyatakan baik adalah soal dengan nomor 3, 11, 14, 16, 23, 24, dan 26. Dengan pertimbangan hal tersebut maka soal yang diambil untuk tes kognitif untuk digunakan sebagai pre tes dan pos tes adalah 10 soal dengan nomor 2, 3, 6, 8, 10, 14, 16, 21, 23, dan 26, dapat dilihat pada lampiran 7.

commit to user

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Sebelum dianalisis, dilakukan proses kuantifikasi data dari angket selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Untuk data hasil wawancara, dan dokumentasi dianalisis dengan analisis kualitatif.

Penentuan kriteria penilaian terhadap media pembelajaran yang telah dikembangkan dilakukan berdasarkan kriteria seperti yang digunakan oleh Sugiyono (2010:141) berdasarkan angket rating scale. Adapun teknik analisis datanya adalah sebagai berikut:

a. Angket yang telah diisi responden, diperiksa kelengkapan jawabannya, kemudian disusun sesuai dengan kode responden.

b. Mengkuantitatifkan jawaban setiap pertanyaan dengan memberikan skor sesuai dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya.

c. Membuat tabulasi data.

d. Menghitung prosentase dari komponen angket dengan rumus sebagai berikut:

Skor =

Jumlah total skor penilaian Jumlah skor maksimum

x 100%

e. Dari prosentase yang telah diperoleh kemudian ditransformasikan ke dalam table supaya pembacaan hasil penelitian menjadi mudah. Untuk menentukan kriteria kualitatif dilakukan dengan cara persentase yang telah diperoleh kemudian ditransformasikan ke dalam interval seperti pada Gambar 3.2 agar pembacaan hasil penelitian menjadi mudah karena data akan diubah menjadi data kualitatif.

Gambar. 3.2. Interval Kriteria Penilaian. Sugiyono (2010:144)

Kurang Baik

Cukup Baik Tidak Baik Cukup Baik 0% 25%

50% 75%

100%

Sangat Baik

commit to user

masih termasuk dalam kriteria kurang baik, maka akan dilakukan revisi sampai diperoleh media pembelajaran puzzle yang sudah masuk ke dalam kriteria baik. Adapun hasil pretes dan posttest dianalisis dengan gain ternormalisasi yaitu dengan mengukur gain nilai sisiwa sebelum dan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan persamaan gain ternormalisasi Hake berikut:

g = gain S f = nilai rata-rata kelas akhir

S i = nilai rata-rata kelas mula-mula Keputusan uji:

1. jika (<g>) ≥ 0.7 maka g dikategorikan tinggi;

2. jika 0.7 > (<g>) ≥ 0.3 maka g dikategorikan sedang;

3. jika (<g>) < 0.3 maka g dikategorikan rendah. Indikator keberhasilan penelitian pengembangan ini adalah peningkatan perolehan gain hasil analaisis pre test dan post test sekurang-kurangnya sedang (medium). Ini berarti apabila gain yang diperoleh lebih dari 0,3 maka penelitian pengembangan ini dikatakan berhasil.

commit to user