Tanda dalam Cerpen Payudara Nai Nai
D. Tanda dalam Cerpen Payudara Nai Nai
1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan
1) “Ketika anak-anak perempuan lain harus selalu siaga dari incaran tangan-tangan usil anak-anak laki yang kapan saja siap menarik tarik tali kutang mereka dari belakang, Nai yang hanya memakai kaus kutang biasa melenggang dengan bebas merdeka” (Djenar Maesa Ayu, 2008:107).
2) “Tidak terkecuali, sensasi yang mereka rasakan ketika pacar pertama menggerayangi payudara” (Djenar Maesa Ayu, 2008:108).
3) “Ketika Nai membaca, ia adalah perempuan berkaus kutang yang digarap di atas meja direktur” (Djenar Maesa Ayu, 2008:111).
4) “Ia adalah perempuan berpayudara besar yang dapat menjepit penis laki-laki di antara payudaranya saat mengalami menstruasi” (Djenar Maesa Ayu, 2008:111).
5) “Ia adalah perempuan yang bisa menjepit penis laki-laki di antara payudaranya” (Djenar Maesa Ayu, 2008:111).
6) “Bahkan ia adalah perempuan yang dapat berhubungan seksual dengan empat laki-laki sekaligus! Dengan menggunakan lubang vaginanya, lubang anusnya, lubang mulutnya, dan … sela payudaranya” (Djenar Maesa Ayu, 2008:111).
7) “Ia bukan hanya perempuan idaman yang bisa yang bisa menggarap beberapa laki-laki bersamaan”(Djenar Maesa Ayu, 2008:114).
8) “Tapi ia adalah perempuan berkaus kutang, berpayudara kecil, yang bisa menggarap laki-laki” (Djenar Maesa Ayu, 2008:114).
9) “Berharap akan kehangatan tubuh Nai yang berpayudara rata namun piawai melumat penis dan menelan habis sperma itu” (Djenar Maesa Ayu, 2008:114-115).
10) “Berharap akan kehangatan lubang vagina dan juga anus itu” (Djenar MAesa Ayu, 2008:115).
11) “Berpaling dari perempuan-perempuan yang hanya berani merelakan payudaranya tanpa berani menyerahkan keperawanannya dengan alasan menjaga nama baik keluarga” (Djenar Maesa Ayu, 2008:115).
12) “Kenapa Nai tidak mencicipi laki-laki yang mendekatinya ketimbang hanya menjual cerita dari buku-buku stensilan yang dibacanya?” (Djenar Maesa Ayu, 2008:116).
Dari kutipan di atas, ditemukan pernyataan berunsur erotis yang mengandung unsur sentuhan dan rabaan di dalamnya. Pada kutipan nomor 1 dan
2, terdapat pernyataan “… menarik tarik tali kutang ….” dan “… menggerayangi payudara” yang dalam cerpen Payudara Nai Nai bermakna, pelecehan seksual yang dilakukan oleh laki-laki (teman laki-laki Nayla di sekolah dan pacar teman Nayla) terhadap perempuan (teman-teman Nayla) dengan menyentuh bagian payudara mereka.
Pada kutipan nomor 3, 7 dan 8, terdapat pernyataan “… digarap ….” dan “… menggarap ….” yang bermakna hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang didominasi oleh satu orang saja dalam pasangan tersebut. Kemudian pada kutipan nomor 4, 5, 9 dan 10, terdapat pernyataan “… menjepit penis laki-laki di antara payudaranya ….”, “… melumat penis ….” dan “… kehangatan lubang vagina dan anus ….” yang dalam cerpen Payudara Nai Nai Pada kutipan nomor 3, 7 dan 8, terdapat pernyataan “… digarap ….” dan “… menggarap ….” yang bermakna hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang didominasi oleh satu orang saja dalam pasangan tersebut. Kemudian pada kutipan nomor 4, 5, 9 dan 10, terdapat pernyataan “… menjepit penis laki-laki di antara payudaranya ….”, “… melumat penis ….” dan “… kehangatan lubang vagina dan anus ….” yang dalam cerpen Payudara Nai Nai
Pada kutipan nomor 11 terdapat pernyataan “… merelakan payudaranya ….” yang dalam cerpen Payudara Nai Nai bermakna seorang perempuan merelakan payudaranya untuk disentuh oleh laki-laki. Kemudian pada kutipan nomor 12 terdapat pernyataan “… mencicipi laki-laki ….” yang dalam cerpen Payudara Nai Nai bermakna keinginan seorang perempuan untuk mencoba merasakan berhubungan seksual dengan laki-laki.
2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural
1) “Apakah orangtuanya punya pertimbangan tertentu ketika menamainya, Nai Nai tidak tahu menahu. Yang ia tahu dalam bahasa moyangnya, bahasa Mandarin, Nai Nai artinya payudara” (Djenar Maesa Ayu, 2008:107).
2) “Kutang menjadi simbol kebanggaan perempuan, satu nilai lebih ketimbang hanya mengenakan miniset, apalagi hanya sebatas kaus kutang” (Djenar Maesa Ayu, 2008:108).
3) “Hari jadinya yang jatuh pada bulan Juni seolah menjadi peringatan bahwa usianya bertambah namun payudaranya juga tidak tumbuh. Selain itu sebagian besar kartu ucapan yang diterimanya tidak pernah luput dari kalimat semisal, “Semoga payudaramu cepat tumbuh” atau “Semoga payudaramu membesar” ” (Djenar Maesa Ayu, 2008:108).
4) “Ketika Ayah bekerja di siang hari, Nai sering membaca buku-buku stensilan yang sudah ayahnya persiapkan untuk dijual malam harinya. Disantapnya berbagai cerita pengalaman seksual seperti yang kerap didengar dari mulut teman-temannya, berikut ilustrasi yang melengkapinya” (Djenar Maesa Ayu, 2008:110-111).
5) “Tanpa tenggang rasa sedikit pun sesaat setelah mengerling ke payudaranya, Yongki mengatakan nama Nai kurang pas kalau tidak ditambah dengan kata ‘kecil’ ” (Djenar Maesa Ayu, 2008:112).
6) “Hingga suatu hari ketika teman-temannya sedang saling berbagi cerita tentang pengalaman pertama kencan, Nai memberanikan diri untuk mengemukakan apa yang sering dibacanya dari buku-buku stensilan sebagai pengalaman pribadinya” (Djenar Maesa Ayu, 2008:113).
7) “Semua laki-laki yang sudah mendengar pengalaman seksual Nai berlomba-lomba mendapatkan Nai” (Djenar Maesa Ayu, 2008:114).
Pada kutipan nomor 1, terdapat pernyataan “Apakah orangtuanya punya pertimbangan tertentu ketika menamainya ….” dan “… Nai Nai artinya payudara”. Dalam cerpen Payudara Nai Nai, pernyataan tersebut bermakna bahwa Nai Nai tidak mengerti alasan orangtuanya memberinya nama Nai Nai yang dalam bahasa Mandarin memiliki arti payudara. Ditinjau dari segi kode-
kode kultural, pernyataan tersebut bertentangan dengan kultur yang ada dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam kultur masyarakat, terutama kultur masyarakat keturunan Cina, memberikan nama pada seorang anak adalah bentuk doa dan harapan orangtua kepada anaknya. Nama bayi Cina harus memberikan arti yang positif dengan harapan agar anak tersebut nantinya hidup sukses, selamat dan berhasil dengan memperhatikan arti makna bila beberapa suku kata tersebut digabung, karena nama orang Cina memang sedikit berbeda dibandingkan nama orang dari negara lain (http://perkembangananak.net/bagaimanakah-orang-china- memberi-nama-untuk-bayi-laki-laki-dan-perempuannya.html). Diharapkan saat orangtua memberi nama putra putrinya, nama anak tersebut memiliki arti yang indah dan bermakna luhur karena nama seorang anak digambarkan sebagai bentuk harapan dan doa orang tua kepada kehidupan putra putrinya kelak. Masyarakat masih mempercayai bahwa jika memberikan nama seorang anak dengan makna yang kurang baik, maka kehidupan anak tersebut akan menjadi kurang baik pula. Hal tersebut digambarkan Djenar dalam cerpen Payudara Nai Nai. Dalam cerpen tersebut Djenar menggambarkan Nai Nai adalah seorang perempuan yang memiliki permasalahan dalam hidup akibat payudara miliknya yang rata dan nama Nai Nai sendiri memiliki arti payudara dalam bahasa Mandarin. Dari sini, Djenar seolah-olah ingin menggambarkan bahwa terdapat hubungan sebab akibat dari pemberian nama Nai Nai dengan permasalahan payudara Nai-Nai saat itu.
Nama Nai-Nai juga dapat diindikasikan sebagai sebuah paraban (dalam bahasa Jawa) atau propername. Paraban dalam bahasa Jawa berarti nama panggilan atau sapaan, tapi penggunaannya terbatas pada kalangan atau komunitas tertentu saja (http://albertobroneo.blogspot.com/2009/05/paraban.html). Paraban Nama Nai-Nai juga dapat diindikasikan sebagai sebuah paraban (dalam bahasa Jawa) atau propername. Paraban dalam bahasa Jawa berarti nama panggilan atau sapaan, tapi penggunaannya terbatas pada kalangan atau komunitas tertentu saja (http://albertobroneo.blogspot.com/2009/05/paraban.html). Paraban
Pada kutipan nomor 2, terdapat pernyataan “Kutang menjadi simbol kebanggan perempuan …”. Dalam cerpen Payudara Nai Nai pernyataan tersebut bermakna kutang atau bh menjadi salah satu dari simbol kebanggaan perempuan. Hal tersebut terjadi karena saat menginjak usia remaja, sebagian perempuan menganggap dengan memakai kutang atau bh, menjadikan mereka terlihat sebagai perempuan dewasa dan mereka selanjutnya bukan lagi dianggap sebagai gadis kecil. Sementara bagi perempuan yang masih menggunakan miniset atau kaos kutang, mereka masih dianggap oleh sebagian orang sebagai gadis kecil. Hal ini menjadikan kutang atau bh dianggap sebagai salah satu simbol kedewasaan perempuan. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut kurang sesuai dengan kultur masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam masyarakat, seorang perempuan dikatakan telah dewasa bukan hanya dilihat dari segi telah menggunakan kutang atau bh untuk menyangga payudaranya yang telah tumbuh, tetapi biasanya perempuan dikatakan telah dewasa atau akil baliq saat perempuan tersebut telah mengalami menstruasi. Menstruasi menjadi salah satu tanda kedewasaan perempuan disebabkan karena, saat perempuan telah mengalami masa tersebut, jika berhubungan seksual dengan laki-laki secara lazim, dapat Pada kutipan nomor 2, terdapat pernyataan “Kutang menjadi simbol kebanggan perempuan …”. Dalam cerpen Payudara Nai Nai pernyataan tersebut bermakna kutang atau bh menjadi salah satu dari simbol kebanggaan perempuan. Hal tersebut terjadi karena saat menginjak usia remaja, sebagian perempuan menganggap dengan memakai kutang atau bh, menjadikan mereka terlihat sebagai perempuan dewasa dan mereka selanjutnya bukan lagi dianggap sebagai gadis kecil. Sementara bagi perempuan yang masih menggunakan miniset atau kaos kutang, mereka masih dianggap oleh sebagian orang sebagai gadis kecil. Hal ini menjadikan kutang atau bh dianggap sebagai salah satu simbol kedewasaan perempuan. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut kurang sesuai dengan kultur masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam masyarakat, seorang perempuan dikatakan telah dewasa bukan hanya dilihat dari segi telah menggunakan kutang atau bh untuk menyangga payudaranya yang telah tumbuh, tetapi biasanya perempuan dikatakan telah dewasa atau akil baliq saat perempuan tersebut telah mengalami menstruasi. Menstruasi menjadi salah satu tanda kedewasaan perempuan disebabkan karena, saat perempuan telah mengalami masa tersebut, jika berhubungan seksual dengan laki-laki secara lazim, dapat
Pada kutipan nomor 3 dan 5, terdapat pernyataan “Semoga payudaramu cepat tumbuh”, “Semoga payudaramu membesar” dan “… nama Nai kurang pas kalau tidak ditambah dengan kata ‘kecil’ ’’. Dalam cerpen Payudara Nai Nai pernyataan tersebut bermakna bahwa sebagian besar kartu ucapan yang diberikan saat Nai Nai ulang tahun berisi harapan agar payudara Nai Nai cepat tumbuh dan ejekan Yongki tentang ukuran payudara Nai Nai yang kecil atau rata. Selain itu, ucapan-ucapan yang diterima Nai Nai dalam kartu ucapan ulang tahun, dapat diartikan sebagai suatu simbol yang bermakna harapan dari orang-orang terdekat Nai Nai agar dia semakin bertambah dewasa. Tumbuh atau membesarnya payudara dianggap sebagai simbol kedewasaan bagi perempuan. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut kurang sesuai dengan kultur masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam kultur masyarakat Indonesia, perbincangan mengenai alat genital perempuan dan laki-laki masih dianggap tabu. Ini disebabkan karena masih ada sebagian orang yang merasa risih saat membicarakan mengenai seksualitas dalam ranah publik. Begitupun dengan pernyataan-pernyataan yang dilontarkan orang-orang kepada Nai Nai mengenai payudaranya yang rata, karena secara tidak mereka sadari, pernyataan-pernyataan tersebut dapat melukai hati seseorang dan membuat orang tersebut merasa rendah diri, dalam konteks ini adalah Nai Nai. Dampak yang kemudian dirasakan adalah orang-orang yang merasa rendah diri karena kekurangannya seperti Nai Nai, akan Pada kutipan nomor 3 dan 5, terdapat pernyataan “Semoga payudaramu cepat tumbuh”, “Semoga payudaramu membesar” dan “… nama Nai kurang pas kalau tidak ditambah dengan kata ‘kecil’ ’’. Dalam cerpen Payudara Nai Nai pernyataan tersebut bermakna bahwa sebagian besar kartu ucapan yang diberikan saat Nai Nai ulang tahun berisi harapan agar payudara Nai Nai cepat tumbuh dan ejekan Yongki tentang ukuran payudara Nai Nai yang kecil atau rata. Selain itu, ucapan-ucapan yang diterima Nai Nai dalam kartu ucapan ulang tahun, dapat diartikan sebagai suatu simbol yang bermakna harapan dari orang-orang terdekat Nai Nai agar dia semakin bertambah dewasa. Tumbuh atau membesarnya payudara dianggap sebagai simbol kedewasaan bagi perempuan. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut kurang sesuai dengan kultur masyarakat. Hal ini disebabkan karena dalam kultur masyarakat Indonesia, perbincangan mengenai alat genital perempuan dan laki-laki masih dianggap tabu. Ini disebabkan karena masih ada sebagian orang yang merasa risih saat membicarakan mengenai seksualitas dalam ranah publik. Begitupun dengan pernyataan-pernyataan yang dilontarkan orang-orang kepada Nai Nai mengenai payudaranya yang rata, karena secara tidak mereka sadari, pernyataan-pernyataan tersebut dapat melukai hati seseorang dan membuat orang tersebut merasa rendah diri, dalam konteks ini adalah Nai Nai. Dampak yang kemudian dirasakan adalah orang-orang yang merasa rendah diri karena kekurangannya seperti Nai Nai, akan
Pada kutipan nomor 4 dan 6, terdapat pernyataan “… Nai sering membaca buku-buku stensilan ….”, “Disantapnya berbagai cerita pengalaman seksual ….” dan “… Nai memberanikan diri untuk mengemukakan apa yang sering dibacanya dari buku-buku stensilan sebagai pengalaman pribadinya”. Dalam cerpen Payudara Nai Nai, pernyataan tersebut bermakna bahwa selama ini di usianya yang masih remaja, Nai Nai telah membaca buku-buku stensilan yang berisi pengalaman seksual seseorang. Stensilan menurut pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Hasil merekam atau mencetak dengan stensil (alat lembaran) untuk merekam tulisan, gambaran, dan sebagainya) (Moeliono, 1990:859). Buku stensilan dapat diartikan sebagai sebuah buku murah berbahan kertas stensil dengan tema cerita cinta yang dibumbui fantasi atau imajinasi tentang cinta dan seks dewasa (http://cerita-stensilan.html). Dalam cerpen Payudara Nai Nai, buku- buku stensilan digambarkan sebagai buku-buku yang dihasilkan dari cetakan stensil yang bersisi cerita tentang pengalaman seksual seseorang. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kultur yang ada
dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena bagi masyarakat, tidak pantas untuk seorang remaja ataupun anak-anak yang belum cukup dewasa membaca atau mendengarkan cerita tentang pengalaman seksual seseorang. Dikhawatirkan karena umur mereka yang belum dewasa, maka para remaja atau anak-anak tersebut meniru adegan seksual dalam cerita itu karena perbuatan itu belum pantas dilakukan oleh seseorang yang belum menikah dan belum dewasa. Selain itu, masyarakat masih menganggap tabu atau kurang pantas bagi seseorang untuk memperbincangkan pengalaman seksual mereka kepada orang lain. Hal itu disebabkan karena bagi masyarakat, pengalaman seksual seseorang adalah bagian dari urusan suami istri atau urusan pribadi seseorang. Dalam kutipan nomor 6, Djenar menggambarkan bahwa Nai Nai membohongi teman-temannya di sekolah dan menjejali mereka dengan sesuatu yang belum pantas mereka dengarkan (cerita tentang pengalaman seksual).
Pada kutipan nomor 7, terdapat pernyataan “… mendengar pengalaman seksual Nai berlomba-lomba mendapatkan Nai”. Dalam cerpen Payudara Nai Nai, pernyataan tersebut bermakna bahwa setelah mendengarkan cerita tentang pengalaman seksual yang diakui dilakukan oleh Nai Nai, teman-teman laki-laki Nai Nai di sekolah berlomba untuk dapat memiliki Nai Nai dan ingin melakukan hubungan seksual dengannya. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kultur yang ada pada masyarakat. Hal itu disebabkan karena dalam kehidupan masyarakat, diharapkan seorang laki-laki menyukai perempuan biasanya didasarkan dari segi kebaikan hati dan paras yang dimiliki. Namun, dalam kehidupan masyarakat masih dapat dijumpai laki-laki yang memegang mitos-mitos tentang melihat bagian tubuh perempuan yang Pada kutipan nomor 7, terdapat pernyataan “… mendengar pengalaman seksual Nai berlomba-lomba mendapatkan Nai”. Dalam cerpen Payudara Nai Nai, pernyataan tersebut bermakna bahwa setelah mendengarkan cerita tentang pengalaman seksual yang diakui dilakukan oleh Nai Nai, teman-teman laki-laki Nai Nai di sekolah berlomba untuk dapat memiliki Nai Nai dan ingin melakukan hubungan seksual dengannya. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kultur yang ada pada masyarakat. Hal itu disebabkan karena dalam kehidupan masyarakat, diharapkan seorang laki-laki menyukai perempuan biasanya didasarkan dari segi kebaikan hati dan paras yang dimiliki. Namun, dalam kehidupan masyarakat masih dapat dijumpai laki-laki yang memegang mitos-mitos tentang melihat bagian tubuh perempuan yang
3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa
1) “Apakah orangtuanya punya pertimbangan tertentu ketika menamainya, Nai Nai tidak tahu menahu. Yang ia tahu dalam bahasa moyangnya, bahasa Mandarin, Nai Nai artinya payudara” (Djenar Maesa Ayu, 2008:107).
2) “Kutang menjadi simbol kebanggaan perempuan, satu nilai lebih ketimbang hanya mengenakan miniset, apalagi hanya sebatas kaus kutang” (Djenar Maesa Ayu, 2008:108).
3) “Hari jadinya yang jatuh pada bulan Juni seolah menjadi peringatan bahwa usianya bertambah namun payudaranya juga tidak tumbuh. Selain itu sebagian besar kartu ucapan yang diterimanya tidak pernah luput dari kalimat semisal, “Semoga payudaramu cepat tumbuh” atau “Semoga payudaramu membesar”” (Djenar Maesa Ayu, 2008:108).
4) “Ketika anak-anak perempuan lain harus selalu siaga dari incaran tangan-tangan usil anak-anak laki yang kapan saja siap menarik tarik tali kutang mereka dari belakang, Nai yang hanya memakai kaus kutang biasa melenggang dengan bebas merdeka” (Djenar Maesa Ayu, 2008:107).
5) “Tidak terkecuali, sensasi yang mereka rasakan ketika pacar pertama menggerayangi payudara” (Djenar Maesa Ayu, 2008:108).
6) “Ketika Ayah bekerja di siang hari, Nai sering membaca buku-buku stensilan yang sudah ayahnya persiapkan untuk dijual malam harinya. Disantapnya berbagai cerita pengalaman seksual seperti yang kerap didengar dari mulut teman-temannya, berikut ilustrasi yang melengkapinya” (Djenar Maesa Ayu, 2008:110-111).
7) “Tanpa tenggang rasa sedikit pun sesaat setelah mengerling ke payudaranya, Yongki mengatakan nama Nai kurang pas kalau tidak ditambah dengan kata ‘kecil’” (Djenar Maesa Ayu, 2008:112).
8) “Semakin Yongki bertingkah seperti itu, semakin rakusnya ia melahap buku-buku stensilan demi memenangkan perhatian Yongki dan memanjakan imajinasinya” (Djenar Maesa Ayu, 220:115).
Pada kutipan nomor 1 sampai 8, Djenar Maesa Ayu sebagai penulis, menggambarkan permasalahan kehidupan yang dialami Nai Nai ke dalam teks- teks erotis. Hal tersebut dilakukan Djenar dengan tujuan, untuk menarik minat masyarakat agar membaca karyanya. Lewat teks-teks tersebut, Djenar menampilkan permasalahan-permasalahan sosial yang masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia, kepada pembaca. Permasalahan-permasalahan tersebut diangkat oleh Djenar Maesa Ayu sebagai penulis, dengan tujuan agar masyarakat dapat membuka mata terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka dan tidak menutup diri terhadap masalah-masalah tersebut. Di dalam sebagian besar cerpen-cerpen karyanya, Djenar menyoroti rapuhnya etika dalam kehidupan masyarakat urban. Masyarakat urban adalah masyarakat yang tinggal Pada kutipan nomor 1 sampai 8, Djenar Maesa Ayu sebagai penulis, menggambarkan permasalahan kehidupan yang dialami Nai Nai ke dalam teks- teks erotis. Hal tersebut dilakukan Djenar dengan tujuan, untuk menarik minat masyarakat agar membaca karyanya. Lewat teks-teks tersebut, Djenar menampilkan permasalahan-permasalahan sosial yang masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia, kepada pembaca. Permasalahan-permasalahan tersebut diangkat oleh Djenar Maesa Ayu sebagai penulis, dengan tujuan agar masyarakat dapat membuka mata terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka dan tidak menutup diri terhadap masalah-masalah tersebut. Di dalam sebagian besar cerpen-cerpen karyanya, Djenar menyoroti rapuhnya etika dalam kehidupan masyarakat urban. Masyarakat urban adalah masyarakat yang tinggal
Dalam kutipan nomor 1 sampai 8, Djenar menggambarkan permasalahan hidup yang dialami Nai Nai disebabkan karena ukuran payudaranya yang rata dan keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan ke dalam teks-teks erotis. Pada kutipan nomor 1, Djenar menggambarkan bahwa arti nama Nai Nai dalam bahasa Mandarin adalah payudara. Nai Nai sendiri tidak mengetahui alasan orang tuanya memberi dia nama tersebut. Djenar kemudian menggambarkan bahwa nama Nai Nai menjadi awal bencana dalam kehidupan Nai Nai sendiri.
Pada kutipan nomor 2, 3 dan 7, Djenar menggambarkan bahwa kutang dan payudara merupakan salah satu dari simbol kebanggan perempuan. Tumbuhnya payudara dan menggunakan kutang saat seorang perempuan beranjak remaja, digambarkan oleh Djenar sebagai suatu bentuk kebanggaan diantara mereka. Lewat penggunaan kutang sebagai penyangga payudara yang mulai tumbuh, Djenar ingin melukiskan bahwa bagi remaja perempuan hal tersebut menjadi tanda bahwa mereka telah dianggap sebagai perempuan dewasa oleh orang-orang di sekitarnya. Sementara bagi remaja perempuan yang payudaranya belum tumbuh dan masih menggunakan miniset atau kaos kutang, mereka akan tetap dianggap sebagai gadis kecil yang belum dewasa. Payudara yang belum tumbuh atau ukurannya masih rata, bagi remaja perempuan merupakan suatu bencana tersendiri bagi mereka. Orang-orang akan menggunjingkan hal tersebut sebagai sesuatu hal yang aneh dan tidak wajar. Hal tersebut kemudian menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi remaja perempuan yang mengalaminya. Fenomena ini Pada kutipan nomor 2, 3 dan 7, Djenar menggambarkan bahwa kutang dan payudara merupakan salah satu dari simbol kebanggan perempuan. Tumbuhnya payudara dan menggunakan kutang saat seorang perempuan beranjak remaja, digambarkan oleh Djenar sebagai suatu bentuk kebanggaan diantara mereka. Lewat penggunaan kutang sebagai penyangga payudara yang mulai tumbuh, Djenar ingin melukiskan bahwa bagi remaja perempuan hal tersebut menjadi tanda bahwa mereka telah dianggap sebagai perempuan dewasa oleh orang-orang di sekitarnya. Sementara bagi remaja perempuan yang payudaranya belum tumbuh dan masih menggunakan miniset atau kaos kutang, mereka akan tetap dianggap sebagai gadis kecil yang belum dewasa. Payudara yang belum tumbuh atau ukurannya masih rata, bagi remaja perempuan merupakan suatu bencana tersendiri bagi mereka. Orang-orang akan menggunjingkan hal tersebut sebagai sesuatu hal yang aneh dan tidak wajar. Hal tersebut kemudian menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi remaja perempuan yang mengalaminya. Fenomena ini
Pada kutipan nomor 4 dan 5, Djenar menggambarkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan. Menarik kutang atau bh dan menggerayangi payudara perempuan merupakan sebuah bentuk pelecehan seksual yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan. Perilaku tersebut dapat mengakibatkan seorang perempuan malu, merasa dirinya telah “kotor” dan menjadi rendah diri. Djenar menampilkankan hal tersebut ke dalam cerpen Payudara Nai Nai dengan tujuan agar perempuan dapat lebih berhati-hati dan menjaga diri. Gambaran tersebut sesuai dengan pendapat Eco yang menyatakan, “Saluran-saluran komunikasi bukannya menjangkau kelompok-kelompok tertentu yang sudah jelas melainkan penerima yang tak terbatas yang hidup di berbagai macam situasi sosiologis” (1990:17). Djenar bertujuan memberikan informasi tidak hanya kepada remaja perempuan, tetapi juga kepada seluruh masyarakat tentang pelecehan seksual yang dialami remaja perempuan selama ini.
Pada kutipan nomor 6, Djenar menggambarkan lemahnya pengawasan orangtua terhadap anaknya. Akibat kesibukannya dalam mencari uang, ayah Nai Nai sampai-sampai tidak tahu bahwa anaknya telah membaca buku-buku stensilan dagangannya. Djenar ingin menggambarkan bahwa kesibukan orang tua dapat menjadi salah satu faktor dari kelemahan pengawasan orang tua terhadap anak- Pada kutipan nomor 6, Djenar menggambarkan lemahnya pengawasan orangtua terhadap anaknya. Akibat kesibukannya dalam mencari uang, ayah Nai Nai sampai-sampai tidak tahu bahwa anaknya telah membaca buku-buku stensilan dagangannya. Djenar ingin menggambarkan bahwa kesibukan orang tua dapat menjadi salah satu faktor dari kelemahan pengawasan orang tua terhadap anak-
Pada kutipan nomor 8, Djenar ingin menggambarkan bahwa saat seseorang mengejek orang lain, maka orang yang mersa terhina itu akan merasa sakit hati dan berusaha untuk membuktikan bahwa ejekan orang lain terhadap itu dirinya salah. Hal tersebut akan membuat seseorang merasa dendam. Dalam cerpen Payudara Nai Nai, Djenar menggambarkan Yongki selalu memenghina payudara milik Nai Nai yang rata. Digambarkan oleh Djenar bahwa sebenarnya Yongki menyimpan rasa terhadap terhadap Nai Nai, akan tetapi Yongki salah megutarakannya dengan menghina Na Nai. Nai Nai yang merasa sakit hati karena ejekan Yongki, berusaha membuktikan kepada Yongki bahwa walaupun payudara miliknya rata, tetapi dia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki teman-teman perempuannya yang lain. Kemudian Nai Nai memutuskan membaca buku-buku stensilan dagangan ayahnya dan menceritakan kepada teman-temannya bahwa cerita-cerita porno yang dia sampaikan adalah pengalaman-pengalaman seksualnya. Lewat cerita-cerita pornonya, Nai Nai telah membuat teman-teman laki-laki di sekolahnya kagum karena kemampuan Nai Nai dalam berhubungan
seksual. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuat Yongki ikut mengagumi Nai Nai. Yongki semakin menjauh dan semakin sering menghina Nai Nai. Mengetahui sikap Yongki yang demikian, membuat Nai Nai semakin rakus membaca buku- buku stensilan. Hal itu dilakukan Nai Nai dengan tujuan untuk membuktikan kepada Yongki bahwa dia memiliki kelebihan yang lebih menonjol dibandingkan kekurangannya. Melalui permasalahan tersebut, Djenar Maesa Ayu juga ingin menyampaikan bahwa kejujuran merupakan suatu hal yang perlu diutarakan agar tidak merugikan orang lain (sehubungan dengan perasaan Yongki kepada Nai Nai). Hal itu sejalan dengan pendapat, “Kelompok-kelompok produktif yang mengolah dan mengirimkan pesan-pesan tertentu dengan sarana-sarana industri (Eco, 2008:17).