Tanda dalam Cerpen Mandi Sabun Mandi

B. Tanda dalam Cerpen Mandi Sabun Mandi

1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan

1) “Kalau anak sini ada yang secantik itu, aku rela gaji sebulan amblas untuk nyicipi” (Djenar Maesa Ayu, 2008:16)

2) “Cermin di ruangan itu basah berembun, sama seperti pantulan sepasang manusia yang erat basah di atas tempat tidur nanporak poranda” (Djenar Maesa Ayu, 2008:17)

3) “Ternyata ia tak takut menghamili perempuannya. Mungkin benar, mereka suami istri yang sedang mencari variasi” (Djenar Maesa Ayu, 2008:18)

4) “Dia tidak orgasme di dalam vagina. Dia orgasme di dalam mulut!” (Djenar Maesa Ayu, 2008:18)

5) “Kok buru-buru? Enggak mau nambah?” dengan manja perempuan indo membuka resleting celana Si Mas” (Djenar Maesa Ayu, 2008:19)

6) “Ia menghujani Mas dengan ciuman” (Djenar Maesa Ayu, 2008:19)

7) “Pasangan itu terengah-engah di ranjang. Jari perempuan itu mencakar-cakar seprai hingga acak-acakan. Tangan prianya menggenggam erat rambut perempuannya. Setelah itu, mereka diam dalam kebersamaan. Hanya terdengar desah napas mereka yang berangsur-angsur mereda” (Djenar Maesa Ayu, 2008:23)

8) “Tangan perempuan itu mencari-cari ponsel di atas meja sementara tubuhnya masih berada di bawah pasangannya” (Djenar Maesa Ayu, 2008:23)

Dari kutipan nomor 1 sampai 8 di atas, ditemukan pernyataan berunsur erotis yang mengandung unsur sentuhan dan rabaan di dalamnya. Pada kutipan nomor 1, terdapat pernyataan “… nyicipi”. Kata nyicipi dalam arti yang sebenarnya adalah menjilat dan mengecap makanan untuk mengetahui rasanya (Moeliono,1990:167). Dalam cerpen Mandi Sabun Mandi, kata nyicipi bermakna mencoba merasakan kenikmatan yang diperoleh dari hubungan seksual yang terjadi antara laki-laki dan perempuan berparas cantik seperti tokoh Sophie. Kemudian pada kutipan nomor 2, terdapat pernyataan “… sepasang manusia yang erat basah di atas tempat tidur nanporak poranda” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang dalam posisi berpelukan.

Pada kutipan nomor 3, terdapat pernyataan “… suami istri yang sedang mencari variasi” yang bermakna sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang mencari variasi posisi dalam hubungan seksual. Dalam cerpen Mandi Sabun Mandi dalam perbincangan antara tokoh Meja dan Cermin, tokoh Cermin mengira tokoh Mas dan Sophie adalah sepasang suami istri yang sedang mencari variasi posisi dalam hubungan seksual. Hal ini disebabkan karena posisi hubungan seksual yang tokoh Mas dan Sophie lakukan tidak sewajarnya seperti posisi hubungan seksual pasangan lainnya, menurut tokoh Meja dan Cermin.

Pada kutipan nomor 4, terdapat pernyataan “Dia orgasme dalam mulut!” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Mas melakukan orgasme di dalam mulut Sophie. Kemudian pada kutipan nomor 5, terdapat pernyataan “… dengan manja perempuan indo membuka resleting celana si Mas” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Sophie berusaha Pada kutipan nomor 4, terdapat pernyataan “Dia orgasme dalam mulut!” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Mas melakukan orgasme di dalam mulut Sophie. Kemudian pada kutipan nomor 5, terdapat pernyataan “… dengan manja perempuan indo membuka resleting celana si Mas” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Sophie berusaha

Pada kutipan nomor 7, terdapat pernyataan “Jari perempuan itu mencakar- cakar seprai hingga acak-acakan” dan “Tangan prianya menggenggam erat rambut perempuannya” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa pernyataan itu menggambarkan keadaan pasangan tersebut yang sedang dalam puncak kenikmatan dalam berhubungan seksual. Kemudian pada kutipan nomor

8, terdapat pernyataan “… tubuhnya masih berada di bawah pasangannya” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bahwa tangan tokoh Sophie mencari-cari ponselnya di atas meja, sementara posisi tubuhnya masih berada di bawah tokoh laki-laki lain yang lebih muda. Posisi tubuh Sophie berada di bawah tokoh laki- laki lain yang lebih muda karena pasangan tersebut baru saja selesai melakukan hubungan seksual dan mereka belum berpindah posisi.

2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural

1) “Pasti mereka bukan suami istri. … Apa? Variasi? Bisa saja. Tapi variasi seperti ini bukan variasinya suami istri, Meja. Kau tak percaya? Lihat saja buktinya nanti, taruhan pria tua itu orgasme di luar …” (Djenar Maesa Ayu, 2008:17).

2) “… Aduh … masak tak ngerti, sih …? Orgasme di luar karena takut perempuannya hamil. Kondom? Gila, kamu memang ketinggalan jaman (zaman), kamu memang barang antik. Jaman sekarang laki-laki lebih takut bikin bunting perempuan ketimbang kena penyakit!”” (Djenar Maesa Ayu, 2008:17).

3) “Dia tidak orgasme di dalam vagina. Dia orgasme di dalam mulut!” (Djenar Maesa Ayu, 2008:18).

4) “Mas segera menuju kamar utama. Istrinya sedang membaca di ranjang dengan baju tidur yang menggairahkan, namun tak cukup menggairahkan Si Mas yang mendadak merasa tua tak ubah umurnya. Tidak seperti di samping Sophie, ia selalu merasa jauh lebih muda, kuat dan bergairah. Si Mas acuh saja membuka pakaian kantor dan meminta piyama ke istrinya” (Djenar Maesa Ayu, 2008:22).

Pada kutipan nomor 1, terdapat pernyataan “… bukan variasinya suami istri” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa variasi posisi yang dilakukan oleh tokoh Mas dan Sophie dalam berhubungan seksual, bukan variasi yang biasa dilakukan oleh pasangan suami istri dan hal itu diperkuat dengan pernyataan selanjutnya yang menyatakan “… pria tua itu orgasme di luar” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Mas melakukan orgasme di luar vagina Sophie. Dari kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tokoh Mas dan Sophie bukan pasangan suami istri. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut bertentangan dengan kultur yang ada pada masyarakat Indonesia karena tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut melakukan hubungan seksual di luar hubungan pernikahan. Menurut William J. Goode, salah

satu bentuk jenis penyimpangan dalam masyarakat adalah perzinahan, sang lelaki sudah menikah (1983:48). Hal tersebut digambarkan dalam cerpen Mandi Sabun Mandi , yakni bahwa tokoh Mas adalah seorang laki-laki yang telah memiliki istri, akan tetapi melakukan hubungan seksual dengan perempuan lajang. Ini menggambarkan bahwa kultur masyarakat telah dilanggar oleh pasangan tersebut. Cerpen ini menggambarkan keadaan sebuah masyarakat yang tidak lagi menganggap pernikahan sebagai sebuah hubungan yang sakral, karena digambarkan pada cerpen tersebut pasangan itu melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Selain itu, tokoh laki-laki dalam cerpen Mandi Sabun Mandi merupakan penggambaran sosok suami pada masa ini yang melakukan hubungan perselingkuhan dengan perempuan lain. Hal ini menunjukkan bahwa adanya permasalahan rumah tangga di dalam masyarakat.

Pada kutipan nomor 2 dan 3, terdapat pernyataan “Orgasme di luar karena takut perempuannya hamil” dan “Dia orgasme di dalam mulut!” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Mas melakukan orgasme di luar vagina dan melakukan orgasme di mulut Sophie agar dia tidak hamil. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut bertentangan dengan kultur yang ada pada masyarakat. “Penolakan kaum lelaki di beberapa negara terhadap penggunaan alat KB, diartikan oleh beberapa analis sebagai bagian keinginan atau kebutuhan untuk membuktikan kelelakian mereka dalam menghamilkan istrinya” (Goode, 1983:31). Hal tersebut dilakukan agar istri mendapatkan kehamilan untuk memperoleh keturunan. Akan tetapi, dalam cerpen Mandi Sabun Mandi tokoh Mas melakukan orgasme di mulut Sophie agar pasangannya tersebut tidak hamil. Perilaku itu dilakukan karena tokoh Mas dan

Sophie bukan pasangan suami istri dan mereka tidak mau menanggung resiko akibat hubungan seks di luar nikah. Ini menggambarkan bahwa kultur dalam masyarakat telah dilanggar oleh pasangan tersebut.

Pada kutipan nomor 4, terdapat pernyataan “… dengan baju tidur yang menggairahkan, namun tak cukup menggairahkan Si Mas ….” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Istri mencoba menarik perhatian tokoh Mas dengan menggunakan baju tidur yang menggoda, tetapi hal tersebut tidak menarik gairah Si Mas. Kemudian pada pernyataan selanjutnya, “… di samping Sophie, ia selalu merasa jauh lebih muda, kuat dan bergairah” yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Mas merasa bergairah jika berada di samping Sophie. Ditinjau dari segi kode-kode kultural, pernyataan tersebut bertentangan dengan kultur yang ada dalam masyarakat. Hal itu digambarkan dengan bentuk keacuhan suami terhadap istri karena bentuk fisiknya yang tidak lagi menarik, sementara suami memilih membayangkan fisik perempuan lain saat berada di sisi istrinya saat itu. Penggambaran tersebut menunjukkan bahwa tidak ada sikap menghargai yang ditunjukkan suami kepada istrinya, dengan mengagumi fisik perempuan lain hingga mengabaikan istrinya sendiri. Dari permasalahan tersebut Djenar menggambarkan bahwa peran suami sebagai pelindung keluarga hilang, karena suami yang seharusnya dapat melindungi dan menghargai istrinya berubah peran menjadi sosok perusak rumah tangganya sendiri.

Permasalahan tersebut menggambarkan salah satu persoalan yang dialami oleh masyarakat urban di perkotaan. Masyarakat urban sering disebut dengan masyarakat kota (http://staff.blog.ui.ac.id/disriani.latifah/2008/10/31/sekilas-

tentang-masyarakat-urban/). Kata urban berasal dari urbanisasi yaitu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau proses terjadinya masyarakat perkotaan (Koentjaraningrat, 2005:122). Ciri-ciri yang menonjol pada masyarakat urban yaitu umumnya masyarakat kota dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain, interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dan perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar (http://staff.blog.ui.ac.id/disriani.latifah/2008/10/31/sekilas-tentang-masyarakat-ur ban/). Dari ciri-ciri tersebut, selanjutnya dapat dipahami adanya persoalan- persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat urban. Persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat urban antara lain sifat individualisme yang tinggi, kesenjangan sosial dan mudahnya terpengaruh budaya yang berasal luar.

3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa

1) “Pasti mereka bukan suami istri. … Apa? Variasi? Bisa saja. Tapi variasi seperti ini bukan variasinya suami istri, Meja. Kau tak percaya? Lihat saja buktinya nanti, taruhan pria tua itu orgasme di luar …” (Djenar Maesa Ayu, 2008:17).

2) “… Aduh … masak tak ngerti, sih …? Orgasme di luar karena takut perempuannya hamil. Kondom? Gila, kamu memang ketinggalan jaman (zaman), kamu memang barang antik. Jaman (Zaman) sekarang laki-laki lebih takut bikin bunting perempuan ketimbang kena penyakit!” ” (Djenar Maesa Ayu, 2008:17).

3) “Dia tidak orgasme di dalam vagina. Dia orgasme di dalam mulut!” (Djenar Maesa Ayu, 2008:18).

4) “Mas segera menuju kamar utama. Istrinya sedang membaca di ranjang dengan baju tidur yang menggairahkan, namun tak cukup menggairahkan Si Mas yang mendadak merasa tua tak ubah umurnya. Tidak seperti di samping Sophie, ia selalu merasa jauh lebih muda, kuat dan bergairah. Si Mas acuh saja membuka pakaian kantor dan meminta piyama ke istrinya” (Djenar Maesa Ayu, 2008:22).

Pada kutipan nomor 1 sampai dengan 4, Djenar Maesa Ayu sebagai penulis menggambarkan hubungan perselingkuhan yang terjadi antara tokoh Mas dan Sophie. Lewat karyanya, Djenar menampilkan sisi pembelajaran kepada masyarakat dengan menampilkan permasalahan-permasalahan sosial yang ada di sekitar masyarakat kepada pembaca. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat dapat membuka mata terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka dan tidak menutup diri terhadap masalah-masalah tersebut.

Pada kutipan nomor 1 sampai 3, Djenar menggambarkan bahwa saat ini terdapat fenomena hubungan seks yang dilakukan di luar ikatan pernikahan dalam kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut digambarkan dalam cerpen Mandi Sabun Mandi melalui teks-teks erotis. Selanjutnya pada kutipan nomor 4, Djenar menggambarkan fenomena perselingkuhan yang terjadi dalam sebuah hubungan rumah tangga akibat suami tidak lagi berhasrat karena fisik istrinya yang tidak lagi menarik seperti dulu. Untuk melampiaskan hasrat seksualnya, suami menjalin hubungan gelap atau perselingkuhan dengan perempuan lain yang dipandang lebih menarik. Perilaku tersebut tidak sesuai dengan norma-norma yang ada Pada kutipan nomor 1 sampai 3, Djenar menggambarkan bahwa saat ini terdapat fenomena hubungan seks yang dilakukan di luar ikatan pernikahan dalam kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut digambarkan dalam cerpen Mandi Sabun Mandi melalui teks-teks erotis. Selanjutnya pada kutipan nomor 4, Djenar menggambarkan fenomena perselingkuhan yang terjadi dalam sebuah hubungan rumah tangga akibat suami tidak lagi berhasrat karena fisik istrinya yang tidak lagi menarik seperti dulu. Untuk melampiaskan hasrat seksualnya, suami menjalin hubungan gelap atau perselingkuhan dengan perempuan lain yang dipandang lebih menarik. Perilaku tersebut tidak sesuai dengan norma-norma yang ada

Sebuah masyarakat industri yang terlihat homogen atau sama, pada kenyataannya sarat dengan perbedaan dan pertentangan. Hal tersebut terjadi akibat dari dampak adanya modernisasi. Modernisasi memberikan dampak positif dan negative pada masyarakat. Dampak positif dari modernisasi adalah adanya pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi lebih rasional, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat kehidupan yang lebih baik (http://afand.abatasa.com/post/detail/2761/dampak-positif-dan- negatif-globalisasi-dan-modernisasi). Adapun dampak negatif dari modernisasi adalah adanya pola hidup konsumtif, sikap individulistik, gaya hidup kebarat- baratan dan kesenjangan sosial (http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/ dampak-positif-dan-dampak-negatif.html).