Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry
4. Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry
a. Hasil Belajar Afektif
Hasil belajar afektif siswa dilaksanakan pada saat pretest dan posttets . Hasil belajar afektif diukur dari lembar pengamatan yang diisi oleh 6 pengamat yaitu mahasiswa dari IAIN Palangka Raya program studi Tadris Fisika. Keenam pengamat ini memilki pengalaman sebagai Hasil belajar afektif siswa dilaksanakan pada saat pretest dan posttets . Hasil belajar afektif diukur dari lembar pengamatan yang diisi oleh 6 pengamat yaitu mahasiswa dari IAIN Palangka Raya program studi Tadris Fisika. Keenam pengamat ini memilki pengalaman sebagai
Pada hasil belajar afektif ini meliputi lima aspek yang diamati yakni rasa ingin tahu, jujur, teliti, tanggung jawab, dan kreatif. Pada tabel
4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar afektif saat pretest memperoleh hasil sebesar 48,57 kemudian untuk posttest rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 72,79 sehingga terdapat peningkatan sebesar 24,22. Peningkatan hasil belajar afektif siswa disebabkan karena model pembelajaran guided inquiry menuntut siswa untuk berperan aktif dalam membuat keputusan untuk mengambil data. Siswa secara berkelompok merancang sendiri percobaan dan bersama-sama mengumpulkan serta menganalisis data yang telah dibuat. Hal ini mengakibatkan siswa bersama-sama belajar sehingga mempengaruhi hasil belajar afektif siswa. Siswa lebih mampu menunjukkan rasa ingin tahu dengan bertanya dan Hal ini sejalan dengan Maikristin (2013) yang mengatakan bahwa siswa yang diajarkan dengan model inkuiri terbimbing terlibat aktif dalam kegiatan perolehan konsep.
Berdasarkan kebijakan sekolah MAN Kota Palangka Raya, siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar individual belajarnya ≥ 75 %. Hasil analisis ketuntasan individual dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry pada materi pokok momentum dan impuls sebesar 57 % tuntas dan 43 % tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa dengan Berdasarkan kebijakan sekolah MAN Kota Palangka Raya, siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar individual belajarnya ≥ 75 %. Hasil analisis ketuntasan individual dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry pada materi pokok momentum dan impuls sebesar 57 % tuntas dan 43 % tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
Ketidaktuntasan hasil belajar afektif siswa disebabkan karena pada proses pembelajaran, terdapat siswa yang tidak serius dan bermain- main pada saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa menjadi kurang bertanggung jawab atas tugas kelompok dan individu sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif dalam berinteraksi kepada sesama anggota kelompok sehingga mempengaruhi hasil belajar afektif siswa.
b. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif siswa dilaksanakan pada saat pretest dan posttets . Hasil belajar kognitif diukur dari tes tertulis berbentuk essay sebanyak 11 soal. Masing-masing soal mewakili indikator dalam pokok bahasan momentum dan impuls. Pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif saat pretest memperoleh hasil sebesar 19,18, kemudian untuk posttest rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 52,17. Adapun N-gain yang diperoleh sebesar 0,40 dengan kategori sedang yang berarti terdapat peningkatan nilai pretest dan posttest siswa.
Kemampuan kognitif siswa pada kelas ekperimen 2 mengalami peningkatan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry. Siswa diberikan suatu permasalahan untuk ditemukan penyelesaiannya pada proses pembelajaran. Siswa membuat hipotesis dan membuktikannya dengan
merancang dan melakukan percobaannya sendiri sehingga siswa dapat mengumpulkan data hasil percobaan dan menarik kesimpulan dengan mengaitkan hasil percobaannya mereka dengan teori-teori yang sudah ada baik dibuku ataupun referensi lainnya. Hal ini sejalan dengan N.L.Santiasih (2013:9) yang mengatakan bahwa model guided inquiry atau inkuiri terbimbing didasarkan pada teori belajar penemuan dimana siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuannya berdasarkan tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk menggali sendiri pengetahuannya dan memberikan pengalaman nyata baik dikehidupan ataupun disekitar siswa. Hal ini juga didukung oleh Maikristin (2013) yang mengatakan bahwa model pembelajaran guided inquiry memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan memperoleh pengalaman dalam menemukan konsep bagi diri sendiri.
Berdasarkan kebijakan sekolah MAN Kota Palangka Raya, siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar individual belajarnya ≥ 75 %. Hasil analisis ketuntasan individual dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry pada materi pokok momentum dan impuls sebesar 15 % tuntas dan 88 % tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian besar siswa tidak tuntas dan memenuhi standar ketuntas individual yakni 75.
Banyaknya siswa yang tidak tidak tuntas disebabkan oleh beberapa faktor yakni selama proses pembelajaran, guru kurang
maksimal dalam mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan sendiri. Guru juga kurang maksimal dalam menyediakan alat dan bahan sehingga beberapa kelompok menjadi kurang maksimal dalam melakukan percobaaannya sendiri. Selain itu, model pembelajaran guided inquiry menuntut siswa untuk menyelidiki sendiri topik percobaan yang sesuai dengan pokok bahasan momentum dan impuls. Siswa terbiasa mendengarkan penjelasan guru sehingga saat melakukan penyelidikan sendiri siswa banyak menemui kesulitan. Kurangnya antusiasme dan minat siswa dalam mencari referensi membuat kemampuan kognitif siswa menjadi rendah. Siswa juga banyak yang bermain-main saat melakukan percobaan sehingga hanya 15 % siswa yang tuntas dalam menjawab soal tes hasil belajar kognitif.
c. Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry diukur dari lembar pengamataan yang diisi oleh 6 pengamat yang memiliki pengalaman menjadi asisten praktikum fisika dasar. Masing-masing pengamat mengamati 6-7 siswa yang melakukan pretest ataupun posttest secara bergantian.
Pretest dan posttest pada tes hasil belajar psikomotorik ini mencakup keterampilan praktikum siswa dalam melakukan percobaan yang berkaitan dengan pokok bahasan momentum dan impuls. Pada tabel
4.14 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik saat 4.14 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik saat
Peningkatan hasil belajar psikomotorik disebabkan model pembelajaran guided inquiry merupakan pembelajaran yang dapat melatih kemampuan dan skill siswa. Siswa lebih terampil dalam menggunakan alat dan bahan baik mengukur ataupun menganalisadata hasil percobaan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Nadya (2017) bahwa 85 % siswa lebih terampil belajar menggunakan metode pembelajaran project based learning dan sisanya 15% menyatakan kurang trampil.
Berdasarkan kebijakan sekolah MAN Kota Palangka Raya, siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar individual belajarnya ≥ 75 %. Hasil analisis ketuntasan individual dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry. Pada materi pokok momentum dan impuls sebesar 63 % tuntas dan 37 % tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik siswa yang diajarkan menggunakan guided inquiry hanya memenuhi KKM sebesar 63 %.
Ketidaktuntasan hasil belajar psikomotorik siswa disebabkan karena model pembelajaran guided inquiry lebih menekankan siswa untuk menyelidiki sendiri percobaan yang dilakukan sesuai dengan topic bahasan yang ditentukan. Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam Ketidaktuntasan hasil belajar psikomotorik siswa disebabkan karena model pembelajaran guided inquiry lebih menekankan siswa untuk menyelidiki sendiri percobaan yang dilakukan sesuai dengan topic bahasan yang ditentukan. Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam