Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning

3. Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning

a. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif siswa dilaksanakan pada saat pretest dan posttets . Hasil belajar afektif diukur dari lembar pengamatan yang diisi oleh 6 pengamat yaitu mahasiswa dari IAIN Palangka Raya program studi Tadris Fisika. Keenam pengamat ini memilki pengalaman sebagai asisten praktikum fisika dasar. Masing-masing pengamat, mengamati 6-7 siswa yang melakukan prestest dan posttest secara bergantian.

Pada hasil belajar afektif ini meliputi lima aspek yang diamati yakni rasa ingin tahu, jujur, teliti, tanggung jawab, dan kreatif. Pada tabel

4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar afektif saat pretest memperoleh hasil sebesar 47,65, kemudian untuk posttest rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 75,29 sehingga terdapat peningkatan sebesar 27,64. Peningkatan hasil belajar afektif siswa disebabkan karena model pembelajaran project based learning menuntut siswa untuk berperan aktif dalam membuat keputusan untuk mengambil data. Model pembelajaran project based learning dilakukan secara kaloboratif

sehingga siswa bersama-sama berinteraksi untuk menemukan solusi. Hal ini mengakibatkan siswa bersama-sama belajar sehingga mempengaruhi hasil belajar afektif siswa. Siswa lebih mampu menunjukkan rasa ingin tahu dengan bertanya dan menunjukan sikap antusias, siswa lebih jujur dalam melakukan suatu percobaan, siswa lebih teliti dalam membaca alat ukur, siswa lebih bertanggung jawab atas tugas individu maupun tugas kelompok serta siswa lebih menunjukkan sikap kreatif untuk memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan Yance (2013:53) yang mengatakan bahwa model pembelajaran project based learning dapat membuat siswa menjadi lebih berinteraksi kepada sesame anggota kelompok, antusias dan termotivasi untuk melakukan proyek.

Berdasarkan kebijakan sekolah MAN Kota Palangka Raya, siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar individual belajarnya ≥ 75 %. Hasil analisis ketuntasan individual dengan menggunakan model pembelajaran project based learning pada materi pokok momentum dan impuls sebesar 71 % tuntas dan 29 % tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran project based learning, hasil belajar siswa banyak yang diatas KKM yang ditetapkan oleh sekolah.

Ketidaktuntasan hasil belajar afektif siswa disebabkan karena terdapat siswa yang tidak serius dan bermain-main pada saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa menjadi pasif dalam berinteraksi kepada sesama anggota kelompok,kurang bertanggung jawab, kurang teliti serta kurang kreatif dalam menyelesaikan proyek Ketidaktuntasan hasil belajar afektif siswa disebabkan karena terdapat siswa yang tidak serius dan bermain-main pada saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa menjadi pasif dalam berinteraksi kepada sesama anggota kelompok,kurang bertanggung jawab, kurang teliti serta kurang kreatif dalam menyelesaikan proyek

b. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif siswa dilaksanakan pada saat pretest dan posttets . Hasil belajar kognitif diukur dari tes tertulis berbentuk essay sebanyak 11 soal. Masing-masing soal mewakili indikator dalam pokok bahasan momentum dan impuls. Pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif saat pretest memperoleh hasil sebesar 15,86, kemudian untuk posttest rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 58,93. Adapun N-gain yang diperoleh sebesar 0,51 dengan kategori sedang yang bearti terdapat peningkatan nilai pretest dan posttest siswa.

Peningkatan hasil belajar kognitif disebabkan model pembelajaran project based learning merupakan pembelajaran aktif yang dikembangkan berdasarkan faham kontruktivisme. Siswa merencanakan sendiri ide dan gagasan, menggali sendiri pengetahuannya melalui buku ataupun referensi lainnya serta menuangkan kedalam proyek yang dikerjakan sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Model pembelajaran project based learning mendorong siswa untuk saling berbagi dan berkomnunikasi, bekerjasama dan menemukan pengetahuan dari pengalaman nyata. Hal ini diperkuat oleh Yance (2013:53) yang mengatakan bahwa meningkatnya hasil belajar fisika siswa dalam ranah

kognitif disebabkan project based learning bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan mengenai konsep fisika tetapi juga menjadikan pengetahuan itu bermakna melalui kegiatan proyek yang mengubah konsep yang selama ini bersifat abstrak menjadi nyata, sehingga konsep tersebut bertahan lama dalam pikiran siswa. Hal ini juga sejalan dengan Nurohman (2007) dalam jurnalnya yang mengatakan bahwa project based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain.

Berdasarkan kebijakan sekolah MAN Kota Palangka Raya, siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar individual belajarnya ≥ 75 %. Hasil analisis ketuntasan individual dengan menggunakan model pembelajaran project based learning pada materi pokok momentum dan impuls sebesar 26 % tuntas dan 74 % tidak tuntas.

Ketidaktuntasan hasil belajar kognitif siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain selama proses pembelajaran, guru kurang maksimal dalam merancang proses pembelajaran sehingga tidak sedikit siswa yang menjadi kurang paham dengan maksud dan tujuan guru. Selain itu, model pembelajaran project based learning yang menuntut siswa untuk membuat project yang berkaitan dengan pokok bahasan momentum dan impuls sehingga masih banyak siswa yang hanya Ketidaktuntasan hasil belajar kognitif siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain selama proses pembelajaran, guru kurang maksimal dalam merancang proses pembelajaran sehingga tidak sedikit siswa yang menjadi kurang paham dengan maksud dan tujuan guru. Selain itu, model pembelajaran project based learning yang menuntut siswa untuk membuat project yang berkaitan dengan pokok bahasan momentum dan impuls sehingga masih banyak siswa yang hanya

c. Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran project based learning diukur dari lembar pengamataan yang diisi oleh 6 pengamat yang memiliki pengalaman menjadi asisten praktikum fisika dasar. Masing-masing pengamat mengamati 6-7 siswa yang melakukan pretest ataupun posttest secara bergantian.

Pretest dan posttest pada tes hasil belajar psikomotorik ini mencakup keterampilan praktikum siswa dalam melakukan percobaan yang berkaitan dengan pokok bahasan momentum dan impuls. Pada tabel

4.14 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar afektif saat pretest memperoleh hasil sebesar 50,95 kemudian untuk posttest rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 78,99 sehingga N-gain yang diperoleh sebesar 0,57 dengan kategori sedang sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest.

Peningkatan hasil belajar psikomotorik disebabkan model pembelajaran project based learning merupakan pembelajaran yang dapat melatih kemampuan dan keterampilan siswa. Kemampuan dan Peningkatan hasil belajar psikomotorik disebabkan model pembelajaran project based learning merupakan pembelajaran yang dapat melatih kemampuan dan keterampilan siswa. Kemampuan dan

Berdasarkan kebijakan sekolah MAN Kota Palangka Raya, siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar individual belajarnya ≥ 75 %. Hasil analisis ketuntasan individual dengan menggunakan model pembelajaran project based learning pada materi pokok momentum dan impuls sebesar 63 % tuntas dan 37 % tidak tuntas. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa lebih dari 50 % siswa tuntas. Banyaknya siswa yang tuntas disebabkan model pembelajaran project based learning lebih mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif sehingga siswa mampu menggunakan keterampilan psikomotoriknya untuk menghasilkan produk yang berkualitas.