Keterbatasan dan Saran Keterbatasan Penelitian Tinjauan Literatur

65 bank dapat menutupi kerugian akibat kredit macet, bank memiliki cadangan untuk menutupi kerugian tersebut atau kredit yang diberikan kepada masyarakat sudah dilindungi. Bagi investor yang paling penting adalah profitabilitas bank . Semakin tinggi profitabilitas bank maka semakin tinggi dividen yang akan diterima. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan parsial earning terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Variabel earning memiliki pengaruh yang paling signifikan. Dimana investor lebih tertarik pada laba yang dihasilkan oleh perbankan. 4.. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan parsial liquidity terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.130. liquidity yang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan terjadi dimungkinkan karena perbankan cenderung mencari nilai aman dengan rata- rata nilai LDR 85. Liquidity yang berpengaruh negatif berarti bahwa semakin tinggi likuiditas bank LDR rendah maka semakin rendah nilai perusahaan. Hal ini berarti bank yang memilki likuiditas yang tinggi tidak bisa menghasilkan profit yang maksimal. Karena bagi investor yang paling utama adalah profitabilitas perbankan.

5.2 Keterbatasan dan Saran Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kekurangan penelitian sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 66 1.Periode data penelitian yang digunakan hanya 3 tiga tahun, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 sehingga sampel yang dihasilkan dirasa belum mewakili keseluruhan kondisi perusahaan. 2. Penelitian hanya menguji dan menganalisis 4 empat variabel independen sedangkan masih banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Perbankan Pihak perbankan sebaiknya dapat meningkatkan kinerja perusahaan perbankan khususnya kinerja earning sehingga menurut persepsi investor prospek perusahaan dimasa depan tetap baik 2. Bagi Investor dan calon investor Bagi investor atau calon investor yang ingin berinvestasi dalam sektor perbankan harus memperhatikan rasio-rasio yang dominan yang dapat berpengaruh terhadap penilaian perusahaan. Sehingga dapat diketahui kinerja bank tersebut yang dapat menghasilkan return yang maksimal dan terhindar dari resiko kerugian. 3. Bagi penelitian selanjutnya Universitas Sumatera Utara 67 Bagi penelitian selanjutnya, interval perode sebaiknya ditambah sehingga memberikan sampel yang lebi banyak serta lebih akurat. Indikator penelitian dapat diganti atau ditambah dengan proxy lain seperti Net Interest Margin, Return On Equity, BOPO atau ditambah dengan variabel lain seperti Good Corporate Governance. Universitas Sumatera Utara 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Literatur

2.1.1 Nilai Perusahaan Menurut Weston and Copeland 1999 Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Dalam hal ini ini konsep dasar nilai perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut : V= B + S dimana V adalah nilai perusahaan, B adalah nilai pasar dari liability dan S adalah nilai pasar dari equity Weston and Copeland, 1999. Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai pasar hutang dan nilai pasar ekuitas, sehingga jika tujuan manajemen ingin menaikan nilai perusahaan maka manajemen harus memilih komposisi liability terhadap equity yang menghasilkan nilai perusahaan yang maksimum. Menurut Fama 1978, dalam Samisi 2013: 454 nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga saham didasarkan penilaian eksternal terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar saham yang terbentuk disebut nilai pasar perusahaan karena mencerminkan nilai asset perusahaan sesungguhnya. Semakin tinggi harga suatu saham maka semakin tinggi nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan tersebut dikaitkan dengan harga saham. Dilihat dari segi resiko, resiko kredit NPL merupakan salah satu resiko yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara 12 Dendrawijaya 2009, dalam putri 2013:4 mengemukakan dampak dari keberadaaan NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Nilai profitabilitas yang negatif dapat menurunkan nilai perusahaan. Karena pihak eksternal akan menilai perusahaan melalui kinerja keuangan perusahaan tersebut. Menurut Mogdiliani dan Miller dalam Nugroho, 2013:13 Nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Earning yang positive berarti perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan keseluruhan asset yang dimiliki. Semakin tinggi earning yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan. Menurut Harnanto 1984: 174, dalam Gunawan 2011:32 bagi pemilik perusahaan, perusahaan yang tidakkurang likuid berarti mengurangi kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar atau kehilangan kontrol terhadap sebagian atau keseluruhan modal yang diinvestasikan. Kehilangan kesempatan memperoleh laba perusahaan berarti menurunkan persepsi investor terhadap nilai perusahaan. Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan, yang paling popular di kalangan investor adalah dengan menggunakan Price to Book Value PBV. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk memproksikan nilai perusahaan adalah Price to Book Value PBV. Universitas Sumatera Utara 13 Menurut Sartono 2001:120 rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau Price to Book Value PBV, menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Nilai Price to Book Value PBV menggambarkan berapa kali nilai pasar suatu saham di hargai pada nilai bukunya, atau untuk mengukur tingkat kemahalan dari suatu saham. Semakin tinggi nilai Price to Book Value PBV menunjukkan nilai perusahaan yang semakin meningkat. Begitu pula sebaliknya. Menurut Brigham 2010:151 Rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah. Keberadaan nilai Price to Book Value PBV sangat penting bagi investor untuk menilai saham-saham mana yang overvalued atau undervalued dalam perencanaan investasi saham perbankan. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, begitu juga sebaliknya semakin rendah rasio ini kepercayaan publik terhadap prospek perusahaan menurun yang berakibat pada menurunnya permintaan terhadap saham perusaaan yang berimbas pada penurunan harga saham. Price to Book Value PBV dapat dirumuskan sebagai berikut: PBV = H P P L H E P L Universitas Sumatera Utara 14 2.1.2 Rasio-Rasio Keuangan Yang Digunakan Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: a. Capital Adequacy Ratio CAR Modal bank terdiri atas dua macam, yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal dalam penelitian ini diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio CAR. Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko terjadi karena bunga gagal ditagih Kasmir, 2008:295. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio CAR diperoleh dengan membandingkan jumlah modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko ATMR. Menurut Abdullah 2005:60 melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio CAR semakin baik suatu perusahaan karena modal yang cukup dapat digunakan perusahaan untuk penyaluran kredit yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Kecukupan modal bank terkait dengan peranan bank sebagai financial intermediary. Semakin baik kemampuan bank dalam mencapai kecukupan modal semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Sehingga bank dapat menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaannya. Capital Adequacy Ratio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut: CAR = Modal ATMR X Universitas Sumatera Utara 15 b. Non Performing Loan NPL Risk Profile dalam penelitian ini diproksikan oleh Non Performing Loan NPL. Non Performing Loan NPL merupakan salah satu kunci untuk menilai kualitas kinerja bank. Menurut Kasmir 2008:292, Credit Risk Ratio NPL merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan kredit yang disalurkan. Menurut Riyadi 2006:161 semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Jadi, Non Performing Loan NPL dapat mengindikasikan adanya masalah dalam bank. Meningkatnya Non Performing Loan NPL dapat berpengaruh negatif terhadap bank. Salah satu dampak tersebut adalah berkurangnya modal yang dimiliki oleh bank. Non Performing Loan NPL atau kredit macet juga merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan bank mengkover resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Semakin kecil Non Performing Loan NPL semakin kecil pula resiko kredit macet yang ditanggung pihak bank. Pembayaran kredit oleh debitur merupakan suatu keharusan agar operasional perbankan dapat berjalan dengan baik. Jika terjadi penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka bank dapat mengalami masalah permodalan, yang dapat berpengaruh terhadap masalah kinerja perbankan dan dapat berdampak terhadap turunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank. Universitas Sumatera Utara 16 Didalam laporan keuangan bank, Non Performing Loan NPL ada 2 macam, yaitu Non Performing Loan NPL groos dan Non Performing Loan NPL net. Non Performing Loan NPL gross adalah Non Performing Loan NPL yang membandingkan jumlah kredit berstatus kurang lancar, diragukan, dan macet yang disatukan, dengan total kredit yang disalurkan. Sedangkan Non Performing Loan NPL net hanya membandingkan kredit berstatus macet dengan total kredit yang disalurkan Hidayat, 2010. NPL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan NPL gross karena telah menghitung seluruh resiko kredit. Non Performing Loan NPL dirumuskan sebagai berikut: c. Return on Assets ROA Earning dalam penelitian ini diproksikan oleh Return on Assets ROA. Return on Assets ROA menurut Kasmir 2012:201 adalah rasio yang menunjukkan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Menurut Mogdiliani dan Miller dalam Nugroho, 2013:13 Nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Return on Assets ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas pengembalian perusahaan dari seluruh pendanaan aktiva yang diberikan kepada perusahaaan. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva. Rasio yang positif menggambarkan kemampuan perusahaan � = Kredit bermasalah Total Kredit × Universitas Sumatera Utara 17 menghasilkan laba dari total aktiva perusahaan. Sebaliknya Return on Assets ROA yang negative menggambarkan dari keselurahan aktiva perusahaan, perusahaan mengalami kerugian. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik perusahaan, begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai ini semakin menurun kinerja suatu perusahaan. Return on Assets ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan di masa lampau untuk kemudian diproksikan di masa depan. Semakin besar Return on Assets ROA menunjukkan kinerja suatu perusahaan semakin baik, karena adanya tingkat pengembalian atas investasi yang semakin tinggi. Return on Assets ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan assets turnover. Net income margin menggambarkan seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan yang di ciptakan, sedangkan assets turnover menggambarkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimiliki. Apabila salah satu dari rasio tersebut meningkat maka Return on Assets ROA juga akan meningkat. Return on Assets ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: d. Loan to Deposit Ratio LDR Liquidity dalam penelitian ini di proksikan oleh Loan to Deposit Ratio LDR. Loan to Deposit Ratio LDR merupakan rasio untuk mengukur � � = Laba bersih Total Aset � Universitas Sumatera Utara 18 komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat dan modal sendiri yang digunakan Kasmir 2008:290. Tujuan perhitungan Loan to Deposit Ratio LDR adalah untuk mengetahui seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Bank dikatakan likuid jika bank tersebut dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan dapat membayar kembali semua dana yang diterima dari pihak ketiga. Menurut Taswan 2006:114 semakin tinggi LDR mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, kondisi ini yang disebabkan karena jumlah yang di perlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Jadi, Loan to Deposit Ratio LDR yang meningkat menggambarkan besarnya kredit yang disalurkan dengan tujuan memperoleh laba. Jika bank tersebut tidak mampu menyalurkan dana yang dihimpun idle cash bank tersebut dapat mengalami kerugian. Loan to Deposit Ratio LDR juga dapat digunakan untuk menilai strategi manajemen. Manajemen yang bersifat konservatif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio LDR yang rendah, karena adanya pembatasan pemberian kredit. Begitu juga sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio LDR yang tinggi. Loan to Deposit Ratio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR = Kredit Dana Pihak Ketiga � Universitas Sumatera Utara 19

2.2 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH LIQUIDITY RISK, DEPOSIT RISK, CREDIT RISK, CAPITAL RISK TERHADAP HUTANG BANK PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 16 19

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 0 6

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 0 10

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 0 20

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 1 3

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 0 15

Pengaruh risk profile, good corporate governance, Earning dan capital terhadap skor kesehatan Bank pada bank go public di indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

Pengaruh risk profile, good corporate governance, Earning dan capital terhadap skor kesehatan Bank pada bank go public di indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

Pengaruh risk profile, good corporate governance, Earning dan capital terhadap skor kesehatan Bank pada bank go public di indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 56

Pengaruh risk profile, good corporate governance, Earning dan capital terhadap skor kesehatan Bank pada bank go public di indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 9