transportasi tersedia bagi pengangkutan produk atau bahan mentah dalam sistem logistik. Disamping itu, perusahaan dapat memutuskan untuk mengusahakan
transportasi sendiri, atau mengadakan perjanjian dengan spesialis transport. Sistem yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dengan menggunakan
alat angkut tertentu dinamakan moda transportasi mode of transportation. Ada lima cara utama transportasi yang biasa disebut dengan moda transportasi. Lima
cara utama tersebut adalah kereta api, jalan raya, jalan air, saluran pipa, dan penerbangan. Masing-masing alat transportasi ini mempunyai kebaikan dan
kelemahan terhadap kegiatan logistik di perusahaan.
3.5. Vehicle Routing and Scheduling
Ronald H. Ballou 1999 menyatakan Vehicle Routing Problem terkait dengan permasalahan bagaimana mendatangi pelanggan dengan menggunakan
peralatan yang ada. Istilah lain untuk masalah ini adalah Vehicle Sceduling Problem
, Vehicle Dispathing Problem, Delivery Problem. Vehicle Routing Problem
adalah sebuah hard combinatorial optimisation problem. Permasalahan ini erat kaitannya dengan permasalahan Travelling Salesman Problem. Vehicle
Routing Problem menjadi Travelling Salesman Problem pada saat hanya terdapat
satu alat angkut yang kapasitasnya tak hingga. Dalam permasalahan vehicle routing, jika setiap alat angkut dapat menempuh
triprute majemuk selama horizon perencanaan maka ini disebut sebagai Multi Trip Vehicle routing Problem. Contoh solusi dari Vehicle Routing Problem dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Solusi Vehicle Routing Problem
3.6. Metode Pemilihan Rute
Pengembangan rute kendaraan yang baik dapat dilakukan dengan mengaplikasikan delapan prinsip dasar berikut:
1. Mengisi truk sebanyak volume pemberhentian yang akan didatangi dimana
titik-titik pemberhentian tersebut letaknya berdekatan satu sama lain. Setelah itu titik-titik pemberhentian yang berdekatan perlu dibuat kelompok rute
untuk meminimumkan jarak antar pemberhentian, sehingga total waktu dalam satu rute menjadi minimum dengan demikian total waktu perjalanan dalam
rute tersebut juga diminimumkan. 2.
Dalam pembuatan rute dimulai dari titik pemberhentian terjauh dari depot agar mendapatkan rute yg efisien. Rute yang efisien dapat dikembangkan
dengan dimulai dari titik pemberhentian paling jauh dari depot ke titik yg paling dekat.
3. Saat titik pemberhentian terjauh dari depot teridentifikasi, kapasitas yang
tersisa dari kendaraan yang ditugaskan sebaiknya diisi dengan memilih sekelompok yang berdekatan dengan titik pemberhentian tersebut. Setelah
Universitas Sumatera Utara
kendaraan ditugaskan untuk volume titik-titik pemberhentian tersebut, mulailah membuat rute dengan kendaraan lain dan identifikasi titik-titik
pemberhentian terjauh dari sisa titik-titik pemberhentian yg belum ditugaskan pada kendaraan. Terus lakukan prosedur ini sampai seluruh titik
pemberhentian telah ditugaskan pada kendaraan. 4.
Urutan pemberhentian pada sebuah rute sebaiknya membentuk pola air mata tear drop pattern. Hal ini ditujukan agar tidak ada jalur yang bersilangan.
5. Rute yang paling efisien dibangun dengan menggunakan kendaraan dengan
kapasitas terbesar. Idealnya, penggunaan truk berkapasitas besar untuk melayani banyak titik pemberhentian dalam satu rute akan meminimalkan
jarak tempuh kendaraan. Sehingga, truk dengan kapastitas terbesar harus dialokasikan terlebih dahulu.
6. Pengambilan barang pick up sebaiknya digabungkan dengan rute
pengiriman barang delivery, daripada pengambilan barang baru dilakukan setelah semua pengiriman dilakukan. Hal ini guna meminimalkan jalur yg
bersilangan yang dapat terjadi bila pengambilan dilakukan setelah seluruh pengiriman dilakukan.
7. Titik pemberhentian yang terpisah dari pengelompokan rute adalah kandidat
terbaik untuk penggunaan alat transportasi lain. Titik pemberhentian yang terpisah dari pengelompokan, terutama titik pemberhentian dengan volume
yang kecil, dilayani dengan waktu dan biaya yang relatif besar. Menggunakan kendaraan berkapasitas kecil untuk melayani titik pemberhentian tersebut
dapat lebih ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
8. Batasan time windows titik pemberhentian yang berdekatan harus dihindari.
Batasan time windows yang sangat dekat di antara pemberhentian dapat memaksa pembentukan urutan pemberhentian jauh dari pola ideal. Oleh
karena time windows tidak bersifat mutlak maka sebaiknya dilakukan negosiasi terhadap titik pemberhentian yang dipaksa untuk dilayani sesuai
pola routing yg diinginkan
3.7. Manajemen Transportasi dan Distribusi