BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan kemajuan teknologi baik di bidang mekanika, elektronik, otomotif bahkan sampai kedokteran, pengembangan industri magnet memiliki peranan
yang sangat penting.Oleh karena itu, teknologi tersebut memiliki ketergantungan terhadap material magnet sebagai salah satu komponen yang digunakan. Di
Indonesia telah dikembangkan industri magnet ferrite, magnet yang dihasilkan dari industri tersebut memiliki magnetik remanensi, Br = 4,10 kG dan koersifitas,
Hc = 3,32 kOe Anwar, 2011. Magnet permanen adalah salah satu jenis material maju dengan aplikasi
yang sangat luas dan strategis yang perlu dikembangkan di Indonesia.Efisiensi energi yang tinggi seperti pada sistem generator listrik, penggerak listrikmotor
listrik.Otomatisasi industri dan lainnya sangat ditentukan oleh sifat dan kualitas material magnet tersebut. Pada sistem otomatisasi elektronik, industri dan
sejenisnya juga memerlukan sejumlah magnet yang tidak sedikit dan membutuhkan spesifikasi sifat magnet tertentu untuk setiap komponennya
Hulu,2013. Kebutuhan magnet permanen dunia terus meningkat, saat ini produk magnet khususnya magnet permanen yang ada di Indonesia 100 masih di impor.
Penguasaan teknologi produksi magnet permanen diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan, dengan mempertimbangkan belumadanya produsen
lokal untuk memenuhi kebutuhan magnet permanen dalam negeri.Pemenuhan kebutuhan komponen magnet permanen sampai saat ini masih sangat bergantung
dari produk impor seperti dari Jepang dan China Priyo Sardjono, 2012. Kualitas bahan magnet permanen dicirikan olehantara lain, besarnya
produk energi maksimum BHmax yaitu energi yang menunjukkan besarnya densitas energi magnet yang terkandung pada magnet. Tingginya nilai BHmax,
juga berarti efisiensi penggunaan volume material magnet yang tidak memerlukan
Universitas Sumatera Utara
ukuran yang besar sehingga sepadan dengan kecenderungan teknologi modern, dimana miniaturisasi menjadi prioritas Ruth Mentari Hutahaean, 2014.
Barium hexaferrite merupakan bahan magnet permanen, memiliki rumus kimia BaFe
12
O
19
BaM dan banyak digunakan sebagai media perekaman magnetik, perangkat microwave dan bidang perisai elektromagnetik. Barium hexaferrite
secara ilmiah dan teknologi sangat menarik, karena memiliki temperatur curie, koersivitas dan medan anisotropi magnetik yang tinggi, serta memiliki stabilitas
kimia dan resistivitas korosi yang sangat baik. Ferrite banyak digunakan meskipun memiliki kekuatan magnetik kurang jika dibanding magnet jenis lain,
misalnya NdFeB. Barium hexaferrite biasanya diproduksi dengan metode pencampuran konvensional keramik oksida yang melibatkan kalsinasi campuran
BaCO
3
dan Fe
2
O
3
pada suhu 900-1200 C Wibowo, 2015. Barium hexaferrite
dengan rumus kimia BaFe
12
O
19
telah diketahui sebagaimagnet permanen dengan struktur heksagonal dengan space group P 63mmc. Loop histerisis magnet
permanen jenis ini memiliki koersivitas yang relatif tidak besar, sehingga material tersebut juga berpeluang yang cukup baik untuk aplikasi media penyimpan data
magnetic recording dan magneto optic materials Wibowo.A, 2015. Pada penelitian ini aditif yang digunakan adalah Ferro Boron dengan
rumus kimia FeB. Paduan Ferro terdiri dari Besi Fe dan Boron dengan kandungan Boron B antara 17 - 20 . Penggunaan Ferro Boron meliputi:
Peningkatan hardenability baja paduan rendah, perawatan permukaan baja borat, pengurangan nitrogen, pembuatan NdFeB magnet permanen dan pembuatan
logam kaca. Pada penelitian-penelitian sebelumnya telah banyak dianalisa pengaruh
waktu milling, suhu kalsinasi, besarnya tekanan kompaksi dan suhu sintering, maka pada penelitian ini akan difokuskan pada tahapan setelah dilakukannya
proses mixing yaitu proses annealing. Ada berbagai metode mixing dan millingdigunakan dalam pembuatan
magnet barium heksaferit. Mixing merupakan penggabungan dua bahan menjadi suatu bahan yang baru yang homogen dengan bantuan alat.Pencampuran serbuk
dapat dilakukan dengan mencampurkan logam yang berbeda dan material- material lain untuk memberikan sifat fisik dan mekanik yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Pencampuran dapat dilakukan dengan proses kering dry mixing dan proses basah wet mixing.
Oleh sebab itu , pada penelitian ini akan meneliti pengaruh penambahan aditif FeB dalam prosedur awal bahan BaFe
12
O
19
yang diperoleh dengan metode mechanical millingalloying, untuk melihat pengaruh aditif pada fasa akhir dan
sifat kemagnetannya.
1.2 Perumusan Masalah