SD sebagai fasilitas pendidikan seperti yang telah disajikan pada tabel 4.4. Keadaan ini membuat para petani padi sawah di desa marjandi pisang sedikit
ketinggalan dengan inovasi-inovasi baru tentang budidaya pertanian. Lama bertani petani padi sawah di desa marjandi pisang tergolong cukup tinggi,
sebab hasil penelitian dilapangan rata-rata jumlah pengalaman bertani petani 7-30 tahun dan diperkuat dengan keterangan pemerintntah setempat bahwa Desa
Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Panei merupakan salah satu daerah penghasil padi terbesar di Kbupaten Simalungun sengan luas lahan sawah 161 Ha
atau 57 dan 104 Ha lahan kering, itu tandanya sebagian besar daerah marjandi pisang adalah lahan sawah warga.
5.4.2. perilaku komunikasi
Perilaku komunikasi petani dapat dilihat dari pencarian petani tentang informasi
terbaru tentang dunia pertanian. Ada petani dalam pencarian informasi dengan intensif dan dan ada pula dengan kadang-kadang. Sepertti halnya di desa Marjandi
Pisang petani pengguna pupuk bersubsidi memiliki interaksi komunikasi dalam taraf tinggi seperti yang telah di jelaskan pada Tabel 5.1. Petani di Desa Marjanji
Pisang termasuk dalam petani yang terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagian besar dari mereka, mau untuk mendengarkan, menjelaskan,
memberi saran maupun meminta saran atau pendapat kepada orang lain. Secara umum, petani di Desa Marjandi Pisang termasuk aktif dalam berinteraksi dengan
orang lain untuk membahas informasi mengenai program pupuk bersubsidi yang didapatkan dari berbagai sumber informasi.
Universitas Sumatera Utara
5.4.3 Jenis Media
Jenis media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi karena dapat menambah wawasan petani tentang dunia
pertanian untuk mengembangkan usahataninya. Dari hasil wawancara terhadap petani padi sawah pengguna pupuk bersubsidi di desa marjandi pisang
kebanyakan menggunakan media penyuluh untuk memperoleh informasi tentang dunia pertanian. Petani di daeah penelitian tersebut membuat jadwal rutin untuk
pertemuan kelompok tani dengan penyuluh. Pada tujuan ke empat ini faktor yang telah dijelaskan diatas dianalisis dengan
metode Regresi Linear Berganda yang dibantu dengan SPSS 16. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi
dapat disajikan pada Tabel 5.12 sebagai berikut.
Tabel 5.12. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Petani Tentang Pupuk Bersubsidi
Pendugaan KoefesienRegresi Sig t
Sig F Tolerance VIF Konstanta
Umur Petani Lama Bertani
Pendidikan Petani Perilaku Komunikasi
Jenis Media R
2
7,553 -0,008
7,51 0,130
0,006 4,523
0,870 0,140
0,942 0,000
0,727 0,904
0,000 0,000
0,375 0,290
0,940 0,915
0,654 2,664
3,454 1,064
1,093 1,528
Sumber :diolah dari hasil analisis regresi pada lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.12 maka diperoleh persamaan sebagai berikut.
Y= 7,553 – 0,008X1+ 0,751X2 + 0,130X3 + 0,006X4 + 4,523X5
Dimana : Y
= Pemahaman Petani X1 = Umur Petani
Universitas Sumatera Utara
X2 = Lama Bertani X3 = Pendidikan Petani
X4 = Perilaku Komunikasi X5 = Jenis Media
Dari hasil analisis regresi linear berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Secara Serempak Sjistatistik F Dari Tabel 5.12 diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil
dibandingkan dengan α sebesar 0,1 10. Dengan demikian H ditolak, H
1
diterima.Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi di
daerah penelitian.
2. Uji Parsial Uji t Umur Petani
.Dari Tabel 17 diperoleh nilai signifikan t umur petani sebesar 0,942 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,1 10. Dengan demikian H0 diterima,
H1 ditolak. Ini menunjukkan pengaruh umur petani terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi di daerah penelitian adalah tidak nyata. Untuk umur
petani diperoleh nilai koefesien sebesar -0,008, nilai ini menunjukkan bahwa skor standar pemahaman petani akan turun sebesar 0,008 untuk setiap kenaikan umur
petani sebesar 1 tahun. Petani yang memiliki umur semakin tua belum tentu dapat menerima inovasi baru tanpa memiliki perilaku komunikasi dan pengalaman
bertani yang lebih serta bantuan jenis media untuk menambah wawasan petani. Kenyataan di lapangan pada penelitian ini umur petani sampel 25 adalah 23 tahun
Universitas Sumatera Utara
secara teori ini merupakan umur yang produktif namun pada kenyataan skor pemahamannya tergolong rendah yaitu sebesar 29.
Lama Bertani Dari Tabel 5.12 diperoleh nilai signifikan t lama bertani sebesar 0,000 yaitu lebih
kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,1 10. Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima.Ini menunjukkan pengaruh lama bertani terhadap pemahaman petani
tentang pupuk bersubsidi di daerah peneltian adalah nyata. Untuk lama bertani diperoleh nilai koefesien sebesar 7,51, nilai ini menunjukkan bahwa skor standar
pemahaman petani akan naik sebesar 7,51 untuk setiap kenaikan lama bertani sebesar 1 tahun. Menurut Soekartawi 1988 petani yang sudah lebih lama bertani
akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam
mengambil keputusan. Kenyataan di lapangan pada penelitian ini lama bertani petani sampel 22 adalah selama 30 tahun ini merupakan lama bertani paling
tinggi, kenyataan skor pemahamannya tergolong tinggi yaitu sebesar 48. Di daerah penelitian dengan rata-rata pengalaman berusaha tani di atas 25 tahun
masih ada sebesar 39,68 atau 8 orang petani yang memiliki sikap negatif terhadap program pemerintah tentang pupuk bersubsidi.
Pendidikan Petani Dari Tabel 5.12 diperoleh nilai signifikan t pendidikan petani sebesar 0,727 yaitu
lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,1 10. Dengan demikian H0
diterima, H1 ditolak. Ini menunjukkan pengaruh pendidikan petani terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi di daerah peneltian adalah tidak
nyata. Untuk pendidikan petani diperoleh nilai koefesien sebesar 0,130, nilai ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa skor standar pemahaman petani akan naik sebesar 0,130 untuk setiap kenaikan pendidikan petani sebesar 1 tahun. Menurut Soekartawi
1988 pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pembangunan praktek yang lebih modern. Mereka
yang berpendidikan tinggi akan lebih vepat menerapkan teknologi dan melaksanakan proses adopsi. Kenyataan di lapangan pada penelitian ini lama
pendidikan petani sampel 41 adalah selama 12 tahun ini merupakan lama pendidikan paling tinggi namun pada kenyataan skor pemahamannya tergolong
rendah yaitu sebesar 28. Dari hasil penelitian di desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Pane, Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi. Rata-rata tingkat pendidikan petani hanya sampe di bangku SMP.
Dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah, sebesar 12,69 petani sudah menerima program pemerintah tentang pupuk bersubsidi.
Perilaku Komunikasi Dari Tabel 5.12 diperoleh nilai signifikan t perilaku komunikasi sebesar 0,904
yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,1 10. Dengan demikian H0
diterima, H1 ditolak. Ini menunjukkan pengaruh perilaku komunikasi terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi di daerah peneltian adalah tidak
nyata.Untuk perilaku komunikasi diperoleh nilai koefesien sebesar 0,006, nilai ini menunjukkan bahwa skor standar pemahaman petani akan naik sebesar 0,006
untuk setiap kenaikan skor standar perilaku komunikasi sebesar 1 satuan. Menurut widjaya 2000 komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan
atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat
Universitas Sumatera Utara
diartikan sebagai sarana tukar menukar pendapat atau sebagai kontak antar manusia secara individu ataupun kelompok. Kenyataan di lapangan pada
penelitian ini sampel 26 memperoleh skor perilaku komunikasi sebesar 22, ini membuktikan pemahaman petani tersebut tergolong tinggi. Tetapi hasil penelitian
di Desa Marjandi Pisang tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap tingkat pemehaman petani tentang pupuk bersubsidi.
Jenis Media Dari Tabel 5.12 diperoleh nilai signifikan t jenis media sebesar 0,000 yaitu
lebihkecil dibandingkan dengan α sebesar 0,1 10. Dengan demikian H0
ditolak, H1 diterima. Ini menunjukkan pengaruh jenis media terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi di daerah peneltian adalah nyata.
Untuk jenis media diperoleh nilai koefesien sebesar 4,523, nilai ini menunjukkan bahwa skor standar pemahaman petani akan naik sebesar 4,523 untuk setiap
kenaikan jenis media sebesar 1 satuan. Semakin bertambah penggunan jenis media yang digunakan petani maka akan semakin mempermudah petani dalam
memperoleh informasi mengenai pupuk bersubsidi, dengan demikian pertambahan jenis media memberikan pengaruh positif. Di daerah penelitian
Desa Marjandi Pisang terdapat petani yang rajin dalam memanfaatkan media yang tersedia untuk menyampaikan aspirasi mereka tentang kebutuhan usaha tani
para petani padi sawah, seperti pada petani sampel 22, petani tersebut menggunakan jenis media sebanyak 3 jenis, ini membuktikan bahwa skor
pemahaman petani tersebut tinggi sebesar 48. Pada umumnya petani padi sawah tergolong dalam gabungan kelompok tani gapoktan sebagai sarana untuk
menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah dalam kebutuhan usaha tani.
Universitas Sumatera Utara
3. Analisiskoefesiendeterminasi R-Square Dari Tabel 5.12 diperoleh nilai R-Square R
2
sebesar 0,870 artinya bahwa variabel bebas umur petani, lama bertani, pendidikan petani, perilaku
komunikasi, dan jenis media mampu menjelaskan variabel terikat pemahaman petani sebesar 87 sementara 13 lagi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan kedalam model.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan