4.4. Sarana dan Prasarana Desa Marjandi Pisang
Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam
kegiatan penduduk sehari harinya, juga sebagai akses untuk mempercepat masuknya informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.3 dibawah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Sarana Peribadatan Desa Marjandi Pisang No
Sarana peribadatan Jumlah
1 Mesjid
1 2
Mushola 3
Gereja 2
Total 3
Sumber : Kecamatan Panombeian Panei, 2010 Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sarana peribadatan di daerah penelitian masih
sangat minim karena hanya terdapat 1 mesjid dan 2 gereja di daerah penelitian tersebut.
Tabel 4.4. Sarana Pendidikan Desa Marjandi Pisang No
Sarana pendidikan Jumlah
1 SD
1 2
SMP 3
SMA Total
1 Sumber : Kecamatan Panombeian Panei, 2010
Tabel 4.5. Sarana Kesehatan Desa Marjandi Pisang No
Sarana kesehatan Jumlah
1 Puskesmas
2 Posyandu
2
Total 2
Sumber : Kecamatan Panombeian Panei, 2010
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya terdapat 1 buah sarana pendidikan yaitu SD sekolah dasar . Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya terdapat 2
posyandu didaerah penelitian hal ini menunjukkan masih kurangnya pelayanan kesehatan sehingga sangat sulit bagi mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan
di daerah ini.
4.5. Karateristik Sampel 4.5.1. Ditributor Pupuk di Desa Marjandi Pisang
Tabel 4.6. Karateristik Sampel Distributor Pupuk Subsidi No
Distributor Jenis pupuk
Subsidi Lokasi
1 CV.Masayub
Lestari Urea
Medan 2
PT. Bintang
Petani Agromandiri
SP-36, NPK
Phoska, ZA dan Organik.
Medan
Sumber balai penyuluhan pertanian 2015.
4.5.2. Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi
Dari hasil wawancara terhadap penyuluh dan petani di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun bahwa distributor pupuk bersubsidi adalah tengkulak
ataupun pembeli hasil panen agen yang ditanam oleh petani yang disebar secara langsung pada awal tanam. Distributor memberikan pupuk subsidi kesetiap petani
sesuai dengan permintaan petani untuk kebutuahan lahan pertaniannya. Distributor bertanggung jawab akan ketersediaan pupuk subsidi UREA, ZA, SP-
36, NPK Phoska, Organik.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2012, Harga eceran tertinggi HET pupuk subsidi di kios pengecer resmi, tingkat kecamatandesa ditetapkan sebagai berikut:
1 Pupuk urea
Rp. 1.800kg 2
Pupuk SP-36 Rp. 2.000kg
3 Pupuk ZA
Rp. 1.400kg 4
Pupuk NPK Phoska Rp. 2.300kg
5 Pupuk NPK Pelangi
Rp. 2.300kg 6
Pupuk NPK Kujang Rp. 2.300kg
7 Pupuk Organik
Rp. 800kg
Catatan: HET tersebut berlaku untuk pembelian pupuk dalam kemasan karung 50
kg secara tunai di kios pupuk pengecer resmi di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun.
Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana tertuang dalam permentan Nomor 87PermentanSR.103122011.
Universitas Sumatera Utara
4.5.3. Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi
Pedagang pengecer yang berada di Desa Marjandi Pisang merupakan pengecer resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah untuk bertugas menyalurkan pupuk
bersubsidi langsung ke petani. Pengecer resmi di Desa Marjandi Pisang yaitu UD. Hendra dan UD. Joy Tani.
Namun pada penelitian ini yang diambil dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7. Data Sampel Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi No
Nama Usaha
Dagang Lokasi
Pupuk Subsidi
Yang Dijual
Nama Kelompok
Tani Jumlah
Anggota
1 UD. Hendra
Desa Marjandi
Pisang Urea
SP-36 ZA
NPK -Lindung
-Sutra Ungu -Mekar Tani
-Sariah -Sauhur
-Karya Tani -Seia Sekata
20 26
26 24
25 21
21
2 UD. Joy Tani
Desa Marjandi
Pisang Urea
SP-36 ZA
NPK -Tulus
24
Sumber: Analisis data primer
4.5.3. Petani Padi Sawah Konsumen Pupuk Bersubsidi
Dalam penelitian ini petani yang menjadi sampel adalah petani padi sawah yang berada di Desa Marjandi Pisang yang ikut dalam suatu kelompok tani maupun
tidak ikut dalam kelompok dan merupakan konsumen yang membeli pupuk subsidi dari pengecer resmi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Rona Perilaku Komunikasi di Daerah Penelitian
Rona perilaku komunikasi di daerah penelitian dapat dilihat dari bagaimana cara petani dalam berinteraksi dengan orang lain seperti interaksi petani dengan
keluarganya, interaksi petani dengan petani lainnya dan interaksi petani dengan penyuluh pertanian. Keaktifan dalam berkomunikasi tersebut dapat ditunjukkan
dengan cara petani dalam memberikan penjelasan informasi mengenai program pupuk bersubisdi, kepuasan dengan pendapat orang lain, penerimaan pendapat
serta saran dari orang lain, memberikan informasi, saran dan pendapat kepada orang lain, meminta informasi, saran dan pendapat kepada orang lain, pernyataan
enggan untuk membantu menjelaskan informasi mengenai program pupuk bersubsidi, meminta penjelasan informasi kepada orang lain mengenai program
pupuk bersubsidi dan pembelaan terhadap pendapat sendiri.
Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa rona perilaku komunikasi petani memiliki skor rata-rata 41,03. Skor terendah rona perilaku komunikasi petani
adalah 6 dan skor tertinggi rona perilaku komunikasi petani adalah 103. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di
Desa Marjanji Pisang memiliki interaksi komunikasi dalam taraf tinggi. Petani di Desa Marjanji Pisang termasuk dalam petani yang terbuka dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Sebagian besar dari mereka, mau untuk mendengarkan, menjelaskan, memberi saran mau pun meminta saran atau pendapat kepada orang
lain. Secara umum, petani di Desa Marjandi Pisang termasuk aktif dalam
Universitas Sumatera Utara
berinteraksi dengan orang lain untuk membahas informasi mengenai program pupuk bersubsidi yang didapatkan dari berbagai sumber informasi.
Tabel 5.1. Deskripsi perilaku komunikasi petani di desa Marjandi Pisang
Klasifikasi Rata-rata
Nilai Minimum
Nilai Maxium Interaksi
komunikasi dengan
keluarga Interaksi
komunikasi dengan
petani lain Interaksi
komunikasi dengan
penyuluh Total
9,4 8,87
22,76 41,03
6
6
22 30
51
103
Sumber: diolah lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa, petani di Desa Marjandi Pisang
memiliki rata-rata skor interaksi komunikasi dengan keluarga sebesar 9.4. Skor minimum interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 0 dan skor maksimum
interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 22. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Marjandi Pisang memiliki interaksi
komunikasi dengan keluarga untuk membahas informasi mengenai program pupuk bersubsidi masuk pada taraf rendah.
Rendahnya interaksi petani dengan keluarga untuk membahas mengenai program
pupuk bersubsidi disebabkan karena dalam satu keluarga, biasanya hanya kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani dan dialah yang paling mengerti
mengenai program pupuk bersubsidi, bagaimana pengaruh program pupuk bersubsidi tersebut terhadap kegiatan usahatani mereka, dan apa manfaat dan
kegunaan dari pupuk bersubsidi tersebut, sedangkan keluarga yang lain seperti istri maupun anak kurang memahami mengenai pupuk bersubdi. Sebagian besar
anak petani, jarang ada yang mau untuk meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai
Universitas Sumatera Utara
petani. Sedangkan istri, bertugas untuk membereskan urusan rumah tangga. Petani di Desa Marjandi Pisang sering berada di luar rumah untuk bekerja agar dapat
meningkatkan produksi usahatani mereka, sehingga mereka hampir tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan teman sesama petani untuk
membahas masalah program pupuk bersubsidi. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa skor rata-rata interaksi komunikasi petani dengan petani lain adalah
8,87. Skor terendah untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 0 dan skor tertinggi untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 30.
Berdasarkan rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Marjandi Pisang memiliki interaksi komunikasi dengan petani lain dalam
taraf rendah.
Rendahnya interaksi petani dengan petani lainnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu terlalu sibuknya para petani tersebut dalam mengembangkan dan
meningkatkan usahatani mereka serta ketidaktahuan informasi mengenai program pupuk bersubsidi tersebut diantara para petani lainnya. Berdasarkan Tabel 5.1
petani di Desa Marjandi Pisang memiliki skor rata-rata dalam interaksi komunikasi dengan penyuluh sebanyak 22,76. Skor terendah interaksi komunikasi
petani dengan penyuluh adalah 6 dan skor tertinggi untuk interaksi petani dengan penyuluh adalah 51. Rata-rata skor interaksi petani dengan penyuluh di Desa
Marjandi Pisang menempati skor tertinggi dari keseluruhan jenis interaksi. Hal tersebut menggambarkan bahwa, sebagian besar interaksi komunikasi petani
terjadi antar sesama penyuluh untuk membahas masalah program pupuk bersubsidi. Penyebab seringnya interaksi antar sesama penyuluh disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
adanya jadwal pertemuan para petani dengan penyuluh untuk membahas program pupuk bersubsidi tersebut. Jadwal pertemuan petani dengan penyuluh diadakan
satu kali dalam tiga bulan. Program pupuk bersubsidi merupakan program yang dibuat Pemerintah guna membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk sesuai
kebutuhannya dalam meningkatkan produksi pertanian mereka. Agar program pemerintah ini sampai ketangan para petani maka Pemerintah bekerjasama dengan
para penyuluh untuk menyampaikan informasi mengenai program pupuk bersubsidi tersebut. Dengan demikian untuk membahas program pupuk bersubsidi
tersebut para petani lebih sering bertemu dan bertanya kepada penyuluh setempat. Komunikasi eksternal petani dengan penyuluh dapat dikatakan paling sering
diantara jenis interaksi komunikasi lainnya. Dari hasil wawancara di Desa Marjandi Pisang terdapat berbagai macam
pertemuan antar petani dengan PPL penyuluh pertanian yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.2. Pertemuan rutin petani di Desa Marjandi Pisang No
Pertemuan Topik
1 Pertemuan rutin 1 x 3 bulan
Keadaan lahan dilapangan ADRT kelompok
Pemecahan masalah-masalah
yang ada 2
Pertemuan pasca panen RAT PUAP
P2P3 Membahas bantuan dana yang
digelontarkan oleh kementan pada tahun 2010 yaitu sebesar
100 juta
kepada setiap
kelompok tani dan diberikan secara bergilir ke kelompok
yang lain Melakukan doa syafaat turun
benih yang dipasilitasi PPL 3
Kegiatan rutin setelah turun benih
Melakukan gotong royong Perburuan hama tikut
Sumber: balai penyuluhan desa Marjandi Pisang 2015.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Hubungan Karateristik Individu Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Berusahatani Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk
Bersubsidi
Tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat diketahui dengan
melihat jawaban-jawaban petani sampel terhadap kuesioner yang diberikan. Kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang keberhasilan penerimaan
pupuk bersubsidi. Petani sampel diminta memilih satu dari tiga pilihan jawaban yang dituliskan dalam angka 1-3, yaitu:
A. Ya3, B. Kadang-kadang 2, C. Tidak 1 . Dengan Range skor yaitu ada 3 :
10 – 16 = tingkat keberhasilan rendah
17 – 23 = tingkat keberhasilan sedang
24 – 30 = tingkat keberhasilan tinggi
Karateristik individu petani tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi di desa Marjandi Pisang dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3. Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi No
Kategori Jumlah Jiwa
Persentase 1
Tinggi 24
38,09 2
3 Sedang
Rendah 35
4 55,54
6,34 Jumlah
63 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 4 Berdasarkan pada Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 63 petani sampel, jumlah
petani 2438,09 termasuk kategori tinggi tingkat keberhasilannya terhadap Penerimaan Pupuk Bersubsidi, sebanyak 35 petani dengan persentase 55,55
masuk dalam kategori sedang dan kategori rendah sebanyak 4 petani atau 6,34 .
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi tinggi. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa lebih dari setengah
petani sampel ikut merasakan program pemerintah tentang pengadaan pupuk bersubsidi.
Karakteristik Petani Sampel
Petani sampel dalam penelitian ini adalah petani yang memakai pupuk bersubsidi. Karakteristik petani sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi umur
petani, tingkat pendidikan petani, lamanya berusahatani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4. Karakteristik Individu Petani Sampel No
Karakteristik Satuan
Rata-rata Rentang
1 Umur
Tahun 40,11
22-56 2
Tingkat Pendidikan
Tahun 7,59
5-12 3
Lama Bertani Tahun
19,29 7-30
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
Umur Petani Sampel
Umur petani sampel pada tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Karakteristik Petani Sampel Kategori Umur
No Umur Sampel
Petani Tahun
Jumlah Petani Jiwa
Persentase
1 22
– 39 27
42,85 2
40 – 56
Jumlah 36
63 57,14
100 Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa persentase terbesar usia petani sampel pada tingkat keberhasilan pupuk bersubsidi yaitu 57,14 antara usia 40-56
sedangkan persentase terkecil usia petani sampel yaitu 42,85 berada antara usia
Universitas Sumatera Utara
22-39 tahun. Dengan demikian rata-rata usia petani sampel dalam penerimaan pupuk bersubsidi berada pada usia 40 tahun. Usia petani sampel dalam penelitian
ini tergolong usia produktif dalam menerima inovasi baru yaitu mengikuti proram pemerintah tentang pengadaan pupuk bersubsidi dengan harapan dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Tingkat Pendidikan Petani Sampel
Tingkat pendidikan petani sampel pada tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6. Karakteristik Petani Sampel Kategori Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Sampel
Petani Tahun
Jumlah Petani Jiwa
Persentase
1 SD
26 41,26
2 3
JUMLAH SMP
SMA 34
3 61
53,93 4,76
98,82 Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Dari Tabel 5.6 diketahui petani sampel pengguna pupuk bersubsidi yang
bersekolah berjumlah 63 orang. Persentase pendidikan tertinggi petani sampel adalah tamat SMP sebesar 53,93 dan persentase tingkat pendidikan terkecil
adalah tamat SMA sebesar 4,76 . Tingkat pendidikan petani sampel sudah termasuk tidak cepat dalam mengadopsi inovasi baru tentang penerimaan pupuk
bersubsidi yang diadakan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Lama Berusahatani Petani Sampel
Lama berusahatani petani sampel pada tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini.
Tabel 5.7. Karakteristik Petani Sampel Kategori Tingkat Pendidikan
No Lama Berusahatani
Sampel Petani Tahun
Jumlah Petani Jiwa
Persentase
1 7
– 18 32
50,79 2
19 – 30
31 49,20
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa persentase terbesar yaitu 50,79 dengan jumlah 32 orang petani sampel. Petani tersebut sudah bertani selama 7
sampai 18 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa petani sampel sudah memiliki pengalaman panjang dalam bertani.
5.2.1 Hubungan karakteristik umur, tingkat pendidikan dan lama bertani Terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi
Diduga ada hubungan antara karateristik individu dengan pemahaman petani padi
sawah tentang pupuk bersubsidi. Karateristik individu yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan dan lama berusahatani. Untuk mengetahui hubungan antar
karateristik individu dengan pemahaman petani padi sawah tentang pupuk bersubsidi di analisis menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman
rs
SPSS 16 dengan nila
i α alpha adalah 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 keputusan yang diambil benar. Hasil analisisnya dapat diuraikan pada Tabel 5.8 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Uji Hipotesis Hubungan Antara Karakteristik Individu Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi
No Variable
Y Total Koefesien Korelasi
Signifikansi 1
Umur 0,296
0,023 2
Tingkat Pendidikan -0,120
0,348 3
Lama Berusahatani 0,304
0,015 Sumber : Diolah dari Lampiran 6
Hubungan Antara Umur Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja seseorang tersebut.
Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur
tenaga kerja maka rasa tanggung jawab akan semakin besar. Dari hasil penelitian yang telah dilakunan diperolah bahwa tingkat keberhasilan
penerimaan pupuk bersubsidi baerdasarkan tingkatan umur petani sampel disajikan pada Table 5.9 berikut.
Tabel 5.9. Hubungan Umur Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi
No Umur tahun
Persentase Tingkat keberhasilan Jumlah
Tinggi Sedang
Rendah 1
22 – 39
7 25,92 18 66,55
2 11,11 27 42,85
2 40
– 56 17 47,22
17 47,22 2 11,11
36 57,14 Jumlah
24 38,09 25 39,68
4 6,34 63 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 4 Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa petani sampel dengan kelompok
umur yang lebih tinggi atau semakin tinggi umur petani maka mempengaruhi perkembangan program pemerintah tentang pengadaan pupuk bersubsidi di Desa
Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun. Seperti pada kelompok umur 40 – 56
tahun dapat membuktikan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi
Universitas Sumatera Utara
dengan 17 petani memiliki skor tingkat keberhasilan tinggi, kemudian 17 petani dengan skor tingkat keberhasilan sedang dan 2 petani dengan skor keberhasilan
rendah. Petani padi sawah di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah pemasok beras dari beberapa daerah yang ada di
kabupaten simalungun, dilihat dari semangat petani yang ikut dalam kelompok tani dan mengikuti pertemuan rutin yang telah disepakati oleh setiap kelompok
tani seperti yang telah disajikan pada Table 5.2. Dari hasil analisis yang diperoleh pada Lampiran 6 bahwa Koefisien Korelasi
Rank Spearman rs= 0,296 atau sebesar 29. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan dari kedua variabel tinggi. Koefisien korelasinya positif, ini
menunjukkan bahwa kedua variabel mempunyai korelasi hubungan yang tinggi. R= r
2
, besar tingkat hubungan umur dan sikap petani sampel sebesar R= 0,296
2
= 8,76 . Untuk perolehan hasil signifikansi sebesar 0,023
α0.05 maka kriteria keputusan yang dapat diambil yaitu H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
disimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak nyata antara umur dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi.
Hasil pengematan di lapangan menunjukkan bahwa petani yang memiliki umur muda maupun tua, memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan penerimaan
pupuk bersubsidi yang di jalankan oleh pemerintah karena umur petani masih produktif. Maka hipotesis yang menyatakan adanya hubungan umur dengan
tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi diterima.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi
Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat
pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk meningkatkan usahtaninya.
Dari hasil penelitian yang telah dilakunan diperoleh bahwa tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi baerdasarkan tingkatan pendidikan petani sampel
disajikan pada Table 5.10 berikut.
Tabel 5.10. Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi
No Tingkat
Pendidikan tahun
Tingkat keberhasilan Jumlah
Tinggi Sedang
Rendah
1 2
1 – 6
7 – 9
9 34,61 12 35,29
16 61,53 21 61,76
1 3,84 1 2,94
26 41,26 34 53,98
3 10
– 12 1 3,17
2 1,58 -
3 4,76
Jumlah 22 34,92
39 61,90 2 3,17
63 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui bahwa 63 petani yang mengikuti jenjang
pendidikan dari pendidikan sekolah dasar SD sampai pendidikan menengah atas SMA, tampak pada Table 5.10 bahwa tingkat pendidikan petani sampel pada
penelitian ini sangat rendah dimana hanya 3 petani yang tamat jenjang sekolah menengah atas SMA dan kebanyak petani sampel hanya duduk sampai pada
jentang sekolah menengah pertama SMP. Skor tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi pada petani kelompok jenjang SMP adalah 53,98. Dimana 21
petani dengan skor tingkat keberhasilan sedang, 12 petani dengan tingkat keberhasilan tinggi dan 1 petani dengan tingkat keberhasilan rendah. Pada table
5.10 dapat dilihat perbandingan antara petani yang tamat jenjang pendidikan SD
Universitas Sumatera Utara
dan SMP tidak terlalu signifikan dimana kelompok petani sampel yang tamat jenjang pendidikan Sekolah Dasar SD 9 petani denga skor tingkat keberhasilan
tinggi, 16 petani dengan skor tingkat keberhasilan sedang dan 1 petani dengan skor tingkat keberhasilan rendah. Sehingga pendidikan yang tinggi tidak terlalu
mempengaruhi tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi yang merupakan program pemerintah.
Kenyataan dilapangan pada penelitian ini bahwa fasilitas pendidikan formal untuk desa Marjandi Pisang sangat minim dengan 1 sekolah dasar SD dan Sekolah
Menengah Pertama SMP kemudian jarak sekolah ketempat tinggal petani sangat jauh dan harus ditempuh dengan jalan kaki, sehingga semangat untuk sekolah
berkurang. Dari hasil analisis yang diperoleh pada Lampiran 6 bahwa Koefisien Korelasi
Rank Spearman rs= -0,120 atau sebesar 1,2 . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan dari kedua variabel lemah. Koefisien korelasinya negatif, ini
menunjukkan bahwa kedua variabel mempunyai korelasi hubungan yang rendah. R= r
2
, besar tingkat hubungan pendididkan dengan tingkat keberhasilan penerimaan sebesar R= --0,120
2
= -144 . Untuk perolehan hasil signifikansi sebesar 0,348 ≥ α0.05 maka kriteria keputusan yang dapat diambil yaitu H0
diterima dan H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk
bersubsidi. Kenyataan dilapangan pada penelitian ini Petani yang memiliki pendidikan lebih
tinggi ataupun lebih rendah tidak menunjukkan adanya hubungan dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi yang dijalankan oleh pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi rentan dengan kegiatan usaha tani sehingga ilmu yang dimiliki tidak dapat diterapkan dalam kegiatan pertanian.
Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat penerimaan pupuk bersubsidi ditolak.
5.2.3. Hubungan Antara Lama Bertani Petani Padi Sawah Dengan Tingkat
Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi
Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari
pada pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakunan diperolah bahwa tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi baerdasarkan lama bertani petani sampel disajikan
pada Table 5.11 berikut.
Tabel 5.11. Hubungan Lama Bertani Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi
No Lama Bertani
tahun Tingkat keberhasilan
Jumlah Tinggi
Sedang Rendah 1
7 18 10 31,25
20 62,5 2 6,45
32 50,79 2
19 – 30
14 45,16 15 48,38 2 6,25
31 49,20 Jumlah
24 38,09 35 55,55 4 6,34
63 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa petani sampel dengan kelompok
lama bertani 7 - 18 tahun terdapat 10 sampel 15,87 memiliki tingkat keberhasilan tinggi, 20 sampel 41,74 tingkat keberhasilan sedang dan 2
sampel 3,17 dengan tingkat keberhasilan rendah.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil analisis yang diperoleh pada Lampiran 6 bahwa Koefisien Korelasi Rank Spearman rs= 0,304 atau sebesar 30,4. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat hubungan dari kedua variabel tinggi. Koefisien korelasinya positif, ini menunjukkan bahwa kedua variabel mempunyai korelasi hubungan yang tinggi.
R= r
2
, besar tingkat hubungan lama bertani dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi sebesar R= 0,304
2
= 9,24 . Perolehan hasil signifikansi sebesar 0,015
α0.05 maka kriteria keputusan yang dapat diambil yaitu H0 ditolak dan H1 diterima sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan
yang antara lama berusahatani dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi.
Hasil pengematan di lapangan menunjukkan bahwa petani yang memiliki lama berusahatani yang lebih lama maka dengan mudah untuk menerima inovasi baru
karena dengan dia belajar berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya sehingga lebih mudah untuk menentukan keputusan. Hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan lama berusahatani dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi diterima.
5.3. Jenis Media Komunikasi yang Dimanfaatkan di Daerah Penelitian