Sarana dan Prasarana Desa Marjandi Pisang Rona Perilaku Komunikasi di Daerah Penelitian

4.4. Sarana dan Prasarana Desa Marjandi Pisang

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam kegiatan penduduk sehari harinya, juga sebagai akses untuk mempercepat masuknya informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah sebagai berikut : Tabel 4.3. Sarana Peribadatan Desa Marjandi Pisang No Sarana peribadatan Jumlah 1 Mesjid 1 2 Mushola 3 Gereja 2 Total 3 Sumber : Kecamatan Panombeian Panei, 2010 Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sarana peribadatan di daerah penelitian masih sangat minim karena hanya terdapat 1 mesjid dan 2 gereja di daerah penelitian tersebut. Tabel 4.4. Sarana Pendidikan Desa Marjandi Pisang No Sarana pendidikan Jumlah 1 SD 1 2 SMP 3 SMA Total 1 Sumber : Kecamatan Panombeian Panei, 2010 Tabel 4.5. Sarana Kesehatan Desa Marjandi Pisang No Sarana kesehatan Jumlah 1 Puskesmas 2 Posyandu 2 Total 2 Sumber : Kecamatan Panombeian Panei, 2010 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya terdapat 1 buah sarana pendidikan yaitu SD sekolah dasar . Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya terdapat 2 posyandu didaerah penelitian hal ini menunjukkan masih kurangnya pelayanan kesehatan sehingga sangat sulit bagi mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan di daerah ini. 4.5. Karateristik Sampel 4.5.1. Ditributor Pupuk di Desa Marjandi Pisang Tabel 4.6. Karateristik Sampel Distributor Pupuk Subsidi No Distributor Jenis pupuk Subsidi Lokasi 1 CV.Masayub Lestari Urea Medan 2 PT. Bintang Petani Agromandiri SP-36, NPK Phoska, ZA dan Organik. Medan Sumber balai penyuluhan pertanian 2015.

4.5.2. Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi

Dari hasil wawancara terhadap penyuluh dan petani di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun bahwa distributor pupuk bersubsidi adalah tengkulak ataupun pembeli hasil panen agen yang ditanam oleh petani yang disebar secara langsung pada awal tanam. Distributor memberikan pupuk subsidi kesetiap petani sesuai dengan permintaan petani untuk kebutuahan lahan pertaniannya. Distributor bertanggung jawab akan ketersediaan pupuk subsidi UREA, ZA, SP- 36, NPK Phoska, Organik. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2012, Harga eceran tertinggi HET pupuk subsidi di kios pengecer resmi, tingkat kecamatandesa ditetapkan sebagai berikut: 1 Pupuk urea Rp. 1.800kg 2 Pupuk SP-36 Rp. 2.000kg 3 Pupuk ZA Rp. 1.400kg 4 Pupuk NPK Phoska Rp. 2.300kg 5 Pupuk NPK Pelangi Rp. 2.300kg 6 Pupuk NPK Kujang Rp. 2.300kg 7 Pupuk Organik Rp. 800kg Catatan:  HET tersebut berlaku untuk pembelian pupuk dalam kemasan karung 50 kg secara tunai di kios pupuk pengecer resmi di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun.  Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana tertuang dalam permentan Nomor 87PermentanSR.103122011. Universitas Sumatera Utara

4.5.3. Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi

Pedagang pengecer yang berada di Desa Marjandi Pisang merupakan pengecer resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah untuk bertugas menyalurkan pupuk bersubsidi langsung ke petani. Pengecer resmi di Desa Marjandi Pisang yaitu UD. Hendra dan UD. Joy Tani. Namun pada penelitian ini yang diambil dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.7. Data Sampel Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi No Nama Usaha Dagang Lokasi Pupuk Subsidi Yang Dijual Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota 1 UD. Hendra Desa Marjandi Pisang Urea SP-36 ZA NPK -Lindung -Sutra Ungu -Mekar Tani -Sariah -Sauhur -Karya Tani -Seia Sekata 20 26 26 24 25 21 21 2 UD. Joy Tani Desa Marjandi Pisang Urea SP-36 ZA NPK -Tulus 24 Sumber: Analisis data primer

4.5.3. Petani Padi Sawah Konsumen Pupuk Bersubsidi

Dalam penelitian ini petani yang menjadi sampel adalah petani padi sawah yang berada di Desa Marjandi Pisang yang ikut dalam suatu kelompok tani maupun tidak ikut dalam kelompok dan merupakan konsumen yang membeli pupuk subsidi dari pengecer resmi. Universitas Sumatera Utara BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Rona Perilaku Komunikasi di Daerah Penelitian

Rona perilaku komunikasi di daerah penelitian dapat dilihat dari bagaimana cara petani dalam berinteraksi dengan orang lain seperti interaksi petani dengan keluarganya, interaksi petani dengan petani lainnya dan interaksi petani dengan penyuluh pertanian. Keaktifan dalam berkomunikasi tersebut dapat ditunjukkan dengan cara petani dalam memberikan penjelasan informasi mengenai program pupuk bersubisdi, kepuasan dengan pendapat orang lain, penerimaan pendapat serta saran dari orang lain, memberikan informasi, saran dan pendapat kepada orang lain, meminta informasi, saran dan pendapat kepada orang lain, pernyataan enggan untuk membantu menjelaskan informasi mengenai program pupuk bersubsidi, meminta penjelasan informasi kepada orang lain mengenai program pupuk bersubsidi dan pembelaan terhadap pendapat sendiri. Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa rona perilaku komunikasi petani memiliki skor rata-rata 41,03. Skor terendah rona perilaku komunikasi petani adalah 6 dan skor tertinggi rona perilaku komunikasi petani adalah 103. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Marjanji Pisang memiliki interaksi komunikasi dalam taraf tinggi. Petani di Desa Marjanji Pisang termasuk dalam petani yang terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagian besar dari mereka, mau untuk mendengarkan, menjelaskan, memberi saran mau pun meminta saran atau pendapat kepada orang lain. Secara umum, petani di Desa Marjandi Pisang termasuk aktif dalam Universitas Sumatera Utara berinteraksi dengan orang lain untuk membahas informasi mengenai program pupuk bersubsidi yang didapatkan dari berbagai sumber informasi. Tabel 5.1. Deskripsi perilaku komunikasi petani di desa Marjandi Pisang Klasifikasi Rata-rata Nilai Minimum Nilai Maxium Interaksi komunikasi dengan keluarga Interaksi komunikasi dengan petani lain Interaksi komunikasi dengan penyuluh Total 9,4 8,87 22,76 41,03 6 6 22 30 51 103 Sumber: diolah lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa, petani di Desa Marjandi Pisang memiliki rata-rata skor interaksi komunikasi dengan keluarga sebesar 9.4. Skor minimum interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 0 dan skor maksimum interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 22. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Marjandi Pisang memiliki interaksi komunikasi dengan keluarga untuk membahas informasi mengenai program pupuk bersubsidi masuk pada taraf rendah. Rendahnya interaksi petani dengan keluarga untuk membahas mengenai program pupuk bersubsidi disebabkan karena dalam satu keluarga, biasanya hanya kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani dan dialah yang paling mengerti mengenai program pupuk bersubsidi, bagaimana pengaruh program pupuk bersubsidi tersebut terhadap kegiatan usahatani mereka, dan apa manfaat dan kegunaan dari pupuk bersubsidi tersebut, sedangkan keluarga yang lain seperti istri maupun anak kurang memahami mengenai pupuk bersubdi. Sebagian besar anak petani, jarang ada yang mau untuk meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai Universitas Sumatera Utara petani. Sedangkan istri, bertugas untuk membereskan urusan rumah tangga. Petani di Desa Marjandi Pisang sering berada di luar rumah untuk bekerja agar dapat meningkatkan produksi usahatani mereka, sehingga mereka hampir tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan teman sesama petani untuk membahas masalah program pupuk bersubsidi. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa skor rata-rata interaksi komunikasi petani dengan petani lain adalah 8,87. Skor terendah untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 0 dan skor tertinggi untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 30. Berdasarkan rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Marjandi Pisang memiliki interaksi komunikasi dengan petani lain dalam taraf rendah. Rendahnya interaksi petani dengan petani lainnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu terlalu sibuknya para petani tersebut dalam mengembangkan dan meningkatkan usahatani mereka serta ketidaktahuan informasi mengenai program pupuk bersubsidi tersebut diantara para petani lainnya. Berdasarkan Tabel 5.1 petani di Desa Marjandi Pisang memiliki skor rata-rata dalam interaksi komunikasi dengan penyuluh sebanyak 22,76. Skor terendah interaksi komunikasi petani dengan penyuluh adalah 6 dan skor tertinggi untuk interaksi petani dengan penyuluh adalah 51. Rata-rata skor interaksi petani dengan penyuluh di Desa Marjandi Pisang menempati skor tertinggi dari keseluruhan jenis interaksi. Hal tersebut menggambarkan bahwa, sebagian besar interaksi komunikasi petani terjadi antar sesama penyuluh untuk membahas masalah program pupuk bersubsidi. Penyebab seringnya interaksi antar sesama penyuluh disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara adanya jadwal pertemuan para petani dengan penyuluh untuk membahas program pupuk bersubsidi tersebut. Jadwal pertemuan petani dengan penyuluh diadakan satu kali dalam tiga bulan. Program pupuk bersubsidi merupakan program yang dibuat Pemerintah guna membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk sesuai kebutuhannya dalam meningkatkan produksi pertanian mereka. Agar program pemerintah ini sampai ketangan para petani maka Pemerintah bekerjasama dengan para penyuluh untuk menyampaikan informasi mengenai program pupuk bersubsidi tersebut. Dengan demikian untuk membahas program pupuk bersubsidi tersebut para petani lebih sering bertemu dan bertanya kepada penyuluh setempat. Komunikasi eksternal petani dengan penyuluh dapat dikatakan paling sering diantara jenis interaksi komunikasi lainnya. Dari hasil wawancara di Desa Marjandi Pisang terdapat berbagai macam pertemuan antar petani dengan PPL penyuluh pertanian yaitu sebagai berikut: Tabel 5.2. Pertemuan rutin petani di Desa Marjandi Pisang No Pertemuan Topik 1 Pertemuan rutin 1 x 3 bulan  Keadaan lahan dilapangan  ADRT kelompok  Pemecahan masalah-masalah yang ada 2 Pertemuan pasca panen  RAT PUAP  P2P3  Membahas bantuan dana yang digelontarkan oleh kementan pada tahun 2010 yaitu sebesar 100 juta kepada setiap kelompok tani dan diberikan secara bergilir ke kelompok yang lain  Melakukan doa syafaat turun benih yang dipasilitasi PPL 3 Kegiatan rutin setelah turun benih  Melakukan gotong royong  Perburuan hama tikut Sumber: balai penyuluhan desa Marjandi Pisang 2015. Universitas Sumatera Utara 5.2 Hubungan Karateristik Individu Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Berusahatani Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi Tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban petani sampel terhadap kuesioner yang diberikan. Kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi. Petani sampel diminta memilih satu dari tiga pilihan jawaban yang dituliskan dalam angka 1-3, yaitu: A. Ya3, B. Kadang-kadang 2, C. Tidak 1 . Dengan Range skor yaitu ada 3 : 10 – 16 = tingkat keberhasilan rendah 17 – 23 = tingkat keberhasilan sedang 24 – 30 = tingkat keberhasilan tinggi Karateristik individu petani tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi di desa Marjandi Pisang dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini: Tabel 5.3. Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi No Kategori Jumlah Jiwa Persentase 1 Tinggi 24 38,09 2 3 Sedang Rendah 35 4 55,54 6,34 Jumlah 63 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 4 Berdasarkan pada Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 63 petani sampel, jumlah petani 2438,09 termasuk kategori tinggi tingkat keberhasilannya terhadap Penerimaan Pupuk Bersubsidi, sebanyak 35 petani dengan persentase 55,55 masuk dalam kategori sedang dan kategori rendah sebanyak 4 petani atau 6,34 . Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi tinggi. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa lebih dari setengah petani sampel ikut merasakan program pemerintah tentang pengadaan pupuk bersubsidi. Karakteristik Petani Sampel Petani sampel dalam penelitian ini adalah petani yang memakai pupuk bersubsidi. Karakteristik petani sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi umur petani, tingkat pendidikan petani, lamanya berusahatani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini. Tabel 5.4. Karakteristik Individu Petani Sampel No Karakteristik Satuan Rata-rata Rentang 1 Umur Tahun 40,11 22-56 2 Tingkat Pendidikan Tahun 7,59 5-12 3 Lama Bertani Tahun 19,29 7-30 Sumber : Diolah dari Lampiran 1 Umur Petani Sampel Umur petani sampel pada tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Karakteristik Petani Sampel Kategori Umur No Umur Sampel Petani Tahun Jumlah Petani Jiwa Persentase 1 22 – 39 27 42,85 2 40 – 56 Jumlah 36 63 57,14 100 Sumber : Data diolah dari Lampiran 1 Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa persentase terbesar usia petani sampel pada tingkat keberhasilan pupuk bersubsidi yaitu 57,14 antara usia 40-56 sedangkan persentase terkecil usia petani sampel yaitu 42,85 berada antara usia Universitas Sumatera Utara 22-39 tahun. Dengan demikian rata-rata usia petani sampel dalam penerimaan pupuk bersubsidi berada pada usia 40 tahun. Usia petani sampel dalam penelitian ini tergolong usia produktif dalam menerima inovasi baru yaitu mengikuti proram pemerintah tentang pengadaan pupuk bersubsidi dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Tingkat Pendidikan Petani Sampel Tingkat pendidikan petani sampel pada tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6. Karakteristik Petani Sampel Kategori Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Sampel Petani Tahun Jumlah Petani Jiwa Persentase 1 SD 26 41,26 2 3 JUMLAH SMP SMA 34 3 61 53,93 4,76 98,82 Sumber : Data diolah dari Lampiran 1 Dari Tabel 5.6 diketahui petani sampel pengguna pupuk bersubsidi yang bersekolah berjumlah 63 orang. Persentase pendidikan tertinggi petani sampel adalah tamat SMP sebesar 53,93 dan persentase tingkat pendidikan terkecil adalah tamat SMA sebesar 4,76 . Tingkat pendidikan petani sampel sudah termasuk tidak cepat dalam mengadopsi inovasi baru tentang penerimaan pupuk bersubsidi yang diadakan pemerintah. Universitas Sumatera Utara Lama Berusahatani Petani Sampel Lama berusahatani petani sampel pada tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini. Tabel 5.7. Karakteristik Petani Sampel Kategori Tingkat Pendidikan No Lama Berusahatani Sampel Petani Tahun Jumlah Petani Jiwa Persentase 1 7 – 18 32 50,79 2 19 – 30 31 49,20 Sumber : Data diolah dari Lampiran 1 Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa persentase terbesar yaitu 50,79 dengan jumlah 32 orang petani sampel. Petani tersebut sudah bertani selama 7 sampai 18 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa petani sampel sudah memiliki pengalaman panjang dalam bertani. 5.2.1 Hubungan karakteristik umur, tingkat pendidikan dan lama bertani Terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi Diduga ada hubungan antara karateristik individu dengan pemahaman petani padi sawah tentang pupuk bersubsidi. Karateristik individu yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan dan lama berusahatani. Untuk mengetahui hubungan antar karateristik individu dengan pemahaman petani padi sawah tentang pupuk bersubsidi di analisis menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman rs SPSS 16 dengan nila i α alpha adalah 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 keputusan yang diambil benar. Hasil analisisnya dapat diuraikan pada Tabel 5.8 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Uji Hipotesis Hubungan Antara Karakteristik Individu Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi No Variable Y Total Koefesien Korelasi Signifikansi 1 Umur 0,296 0,023 2 Tingkat Pendidikan -0,120 0,348 3 Lama Berusahatani 0,304 0,015 Sumber : Diolah dari Lampiran 6 Hubungan Antara Umur Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja seseorang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja maka rasa tanggung jawab akan semakin besar. Dari hasil penelitian yang telah dilakunan diperolah bahwa tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi baerdasarkan tingkatan umur petani sampel disajikan pada Table 5.9 berikut. Tabel 5.9. Hubungan Umur Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi No Umur tahun Persentase Tingkat keberhasilan Jumlah Tinggi Sedang Rendah 1 22 – 39 7 25,92 18 66,55 2 11,11 27 42,85 2 40 – 56 17 47,22 17 47,22 2 11,11 36 57,14 Jumlah 24 38,09 25 39,68 4 6,34 63 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 4 Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa petani sampel dengan kelompok umur yang lebih tinggi atau semakin tinggi umur petani maka mempengaruhi perkembangan program pemerintah tentang pengadaan pupuk bersubsidi di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun. Seperti pada kelompok umur 40 – 56 tahun dapat membuktikan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi Universitas Sumatera Utara dengan 17 petani memiliki skor tingkat keberhasilan tinggi, kemudian 17 petani dengan skor tingkat keberhasilan sedang dan 2 petani dengan skor keberhasilan rendah. Petani padi sawah di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah pemasok beras dari beberapa daerah yang ada di kabupaten simalungun, dilihat dari semangat petani yang ikut dalam kelompok tani dan mengikuti pertemuan rutin yang telah disepakati oleh setiap kelompok tani seperti yang telah disajikan pada Table 5.2. Dari hasil analisis yang diperoleh pada Lampiran 6 bahwa Koefisien Korelasi Rank Spearman rs= 0,296 atau sebesar 29. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan dari kedua variabel tinggi. Koefisien korelasinya positif, ini menunjukkan bahwa kedua variabel mempunyai korelasi hubungan yang tinggi. R= r 2 , besar tingkat hubungan umur dan sikap petani sampel sebesar R= 0,296 2 = 8,76 . Untuk perolehan hasil signifikansi sebesar 0,023 α0.05 maka kriteria keputusan yang dapat diambil yaitu H0 ditolak dan H1 diterima sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak nyata antara umur dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi. Hasil pengematan di lapangan menunjukkan bahwa petani yang memiliki umur muda maupun tua, memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi yang di jalankan oleh pemerintah karena umur petani masih produktif. Maka hipotesis yang menyatakan adanya hubungan umur dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi diterima. Universitas Sumatera Utara 5.2.2 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk meningkatkan usahtaninya. Dari hasil penelitian yang telah dilakunan diperoleh bahwa tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi baerdasarkan tingkatan pendidikan petani sampel disajikan pada Table 5.10 berikut. Tabel 5.10. Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi No Tingkat Pendidikan tahun Tingkat keberhasilan Jumlah Tinggi Sedang Rendah 1 2 1 – 6 7 – 9 9 34,61 12 35,29 16 61,53 21 61,76 1 3,84 1 2,94 26 41,26 34 53,98 3 10 – 12 1 3,17 2 1,58 - 3 4,76 Jumlah 22 34,92 39 61,90 2 3,17 63 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 4 Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui bahwa 63 petani yang mengikuti jenjang pendidikan dari pendidikan sekolah dasar SD sampai pendidikan menengah atas SMA, tampak pada Table 5.10 bahwa tingkat pendidikan petani sampel pada penelitian ini sangat rendah dimana hanya 3 petani yang tamat jenjang sekolah menengah atas SMA dan kebanyak petani sampel hanya duduk sampai pada jentang sekolah menengah pertama SMP. Skor tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi pada petani kelompok jenjang SMP adalah 53,98. Dimana 21 petani dengan skor tingkat keberhasilan sedang, 12 petani dengan tingkat keberhasilan tinggi dan 1 petani dengan tingkat keberhasilan rendah. Pada table 5.10 dapat dilihat perbandingan antara petani yang tamat jenjang pendidikan SD Universitas Sumatera Utara dan SMP tidak terlalu signifikan dimana kelompok petani sampel yang tamat jenjang pendidikan Sekolah Dasar SD 9 petani denga skor tingkat keberhasilan tinggi, 16 petani dengan skor tingkat keberhasilan sedang dan 1 petani dengan skor tingkat keberhasilan rendah. Sehingga pendidikan yang tinggi tidak terlalu mempengaruhi tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi yang merupakan program pemerintah. Kenyataan dilapangan pada penelitian ini bahwa fasilitas pendidikan formal untuk desa Marjandi Pisang sangat minim dengan 1 sekolah dasar SD dan Sekolah Menengah Pertama SMP kemudian jarak sekolah ketempat tinggal petani sangat jauh dan harus ditempuh dengan jalan kaki, sehingga semangat untuk sekolah berkurang. Dari hasil analisis yang diperoleh pada Lampiran 6 bahwa Koefisien Korelasi Rank Spearman rs= -0,120 atau sebesar 1,2 . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan dari kedua variabel lemah. Koefisien korelasinya negatif, ini menunjukkan bahwa kedua variabel mempunyai korelasi hubungan yang rendah. R= r 2 , besar tingkat hubungan pendididkan dengan tingkat keberhasilan penerimaan sebesar R= --0,120 2 = -144 . Untuk perolehan hasil signifikansi sebesar 0,348 ≥ α0.05 maka kriteria keputusan yang dapat diambil yaitu H0 diterima dan H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi. Kenyataan dilapangan pada penelitian ini Petani yang memiliki pendidikan lebih tinggi ataupun lebih rendah tidak menunjukkan adanya hubungan dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi yang dijalankan oleh pemerintah. Universitas Sumatera Utara Petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi rentan dengan kegiatan usaha tani sehingga ilmu yang dimiliki tidak dapat diterapkan dalam kegiatan pertanian. Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat penerimaan pupuk bersubsidi ditolak. 5.2.3. Hubungan Antara Lama Bertani Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Dari hasil penelitian yang telah dilakunan diperolah bahwa tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi baerdasarkan lama bertani petani sampel disajikan pada Table 5.11 berikut. Tabel 5.11. Hubungan Lama Bertani Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi No Lama Bertani tahun Tingkat keberhasilan Jumlah Tinggi Sedang Rendah 1 7 18 10 31,25 20 62,5 2 6,45 32 50,79 2 19 – 30 14 45,16 15 48,38 2 6,25 31 49,20 Jumlah 24 38,09 35 55,55 4 6,34 63 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 4 Berdasarkan Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa petani sampel dengan kelompok lama bertani 7 - 18 tahun terdapat 10 sampel 15,87 memiliki tingkat keberhasilan tinggi, 20 sampel 41,74 tingkat keberhasilan sedang dan 2 sampel 3,17 dengan tingkat keberhasilan rendah. Universitas Sumatera Utara Dari hasil analisis yang diperoleh pada Lampiran 6 bahwa Koefisien Korelasi Rank Spearman rs= 0,304 atau sebesar 30,4. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan dari kedua variabel tinggi. Koefisien korelasinya positif, ini menunjukkan bahwa kedua variabel mempunyai korelasi hubungan yang tinggi. R= r 2 , besar tingkat hubungan lama bertani dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi sebesar R= 0,304 2 = 9,24 . Perolehan hasil signifikansi sebesar 0,015 α0.05 maka kriteria keputusan yang dapat diambil yaitu H0 ditolak dan H1 diterima sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang antara lama berusahatani dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi. Hasil pengematan di lapangan menunjukkan bahwa petani yang memiliki lama berusahatani yang lebih lama maka dengan mudah untuk menerima inovasi baru karena dengan dia belajar berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya sehingga lebih mudah untuk menentukan keputusan. Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan lama berusahatani dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi diterima.

5.3. Jenis Media Komunikasi yang Dimanfaatkan di Daerah Penelitian