11
8. Sosial ekonomi Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan
sebaliknya. Hal ini dikaitakan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut Thirtankar 2003, pendidikan adalah faktor kedua
terbesar dari faktor sosial ekonomi setelah pekerjaan yang memengaruhi status kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan memengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
3,26
2.4 Prevalensi dan Pengalaman Karies
Karies gigi dapat ditemui diseluruh dunia tanpa memandang usia, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Diperkirakan 90 anak usia sekolah diseluruh dunia pernah
menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin, prevalensi terendah terdapat di Afrika. Penelitian di negara-negara Eropa, Amerika,
Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95 dari anak-anak di bawah usia 18 tahun terserang karies gigi.
30
Insiden karies gigi setiap tahunnya cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO, yaitu pada tahun 1970 nilai indeks DMFT:
0,70, pada tahun 1980 kemudian meningkat menjadi 2,30 dan pada akhir tahun 1999 menjadi 2,70. Data global juga menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut menjadi
masalah dunia yang dapat memengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup. Jika tidak diobati, karies gigi dapat menyebabkan sakit, gangguan penyerapan makanan,
memengaruhi pertumbuhan tubuh anak dan hilangnya waktu sekolah.
31
Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS tahun 2013 dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan sebanyak 25,9 penduduk Indonesia mengalami
masalah gigi dan mulut. Selain itu 68,9 masyarakat Indonesia berusia 12 tahun ke atas tidak melakukan perawatan pada masalah gigi dan mulut yang dialaminya, data juga
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia memiliki rata- rata pengalaman karies sebesar 4,6. Menurut penelitian Ristya pada tahun 2013 terdapat karies pufa pada anak usia 3-5
Universitas Sumatera Utara
12
tahun dengan rata-rata 4,49±2,35.Hasil data tersebut menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat dan cara menjaga kebersihan rongga mulut masih rendah.
1,8,14
2.5 Dampak Karies Tidak Terawat
Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi adalah karies gigi. Karies pada anak umumnya jarang diperhatikan dan tidak mendapat perawatan. Meskipun banyak
dilakukan penelitian tentang karies, tetapi masih banyak kasus karies yang masih diabaikan. Kerusakan pada gigi yang disertai ketidaknyamanan atau sakit gigi dapat
memengaruhi berat badan, pertumbuhan dan kualitas hidup anak sebab fungsi pengunyahan gigi akan terganggu, membuat anak rewel, gusi bengkak, anak juga akan
mengalami gangguan dalam menjalankan aktifitasnya sehari - hari, sehingga anak tidak mau makan dan akibatnya yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi. Menurut Martapura,
akibat lain dari kerusakan gigi pada anak adalah penyebaran toksin atau bakteri pada mulut melalui aliran darah, saluran pernafasan, saluran pencernaan apalagi bila anak
menderita malnutrisi, hal tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak akan mudah terkena penyakit. Bila gigi desidui sudah berlubang dan rusak
maka dapat diramalkan gigi dewasanya tidak akan sehat nantinya.
32,33
Penelitian yang lain juga menyatakan bahwa karies yang tidak dirawat yang telah mengenai pulpa dapat menyebabkan anak kurang tidur. Setidaknya ada tiga mekanisme
utama mengapa karies gigi dapat berdampak pada kualitas hidup anak. Pertama, karies yang tidak ditangani akan menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman, hal ini akan
menyebabkan menurunnya selera makan karena anak merasa sakit ketika makan. Kedua, dengan adanya rasa sakit, maka kualitas hidup anak akan terganggu dimana
kemungkinan anak tidak bisa tidur pada malam hari yang akan memengaruhi proses pertumbuhan, gangguan pada saat tidur dapat memengaruhi produksi glukosteroid dan
menghambat tumbuh kembang anak. Tidak semua karies gigi berpengaruh dengan kesehatan umum, tetapi sangat berpengaruh pada kualitas hidup anak. Mekanisme
ketiga yaitu pada karies yang tidak dirawat dengan keterlibatan pulpa akan menyebabkan inflamasi kronik dan abses dimana akan memengaruhi pertumbuhan dan
Universitas Sumatera Utara
13
perbaharuan sel-sel hemoglobin yang pada akhirnya akan menyebabkan anemia atau penyakit kronis lainnya di karenakan produksi sel merah yang terganggu.
18,34
2.6 Indeks Massa Tubuh