9
2.3 Faktor Risiko Karies
Faktor-faktor yang memengaruhi risiko terjadinya karies yaitu pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan, jenis kelamin, sosial
ekonomi.
3,25
1. Pengalaman karies Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya
karies pada gigi permanennya. 2. Penggunaan fluor yang cukup
Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat
meningkatkan remineralisasi. Jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena
pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. 3. Oral Higiene
Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan
gigi, tetapi banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental disertai dengan
pemeriksaan gigi secara teratur.
3,26
4. Jumlah bakteri Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis
bakteri. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai resiko karies lebih tinggi pada gigi desiduinya. Laktobasilus bukan
merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.
3
5. Saliva Fungsi saliva adalah sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih dan anti
bakteri. Faktor yang ada dalam saliva yang berhubungan dengan karies antara lain, aksi penyangga dari saliva, komposisi kimiawi, aliran flow, viskositas dan faktor anti
Universitas Sumatera Utara
10
bakteri. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.
3
6. Pola makan Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,
menyebabkan beberapa bakteri penyebab karies akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi. Saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu
proses remineralisasi diantara waktu makan. Seringnya mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka enamel gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi sehingga terjadi karies. 7. Jenis kelamin
Selama masa kanak-kanak dan remaja, perempuan menunjukkan tingkat keparahan karies yang lebih tinggi daripada laki-laki.
Kontribusi gen pada perempuan diduga memengaruhi risiko terjadinya karies. Gen amelogenin pada perempuan dan
produk protein yang dihasilkan berperan dalam pembentukan enamel. Protein amelogenin terdiri dari 90 matrix enamel, jika terjadi gangguan pada gen atau
berkurangnya produksi protein amelogenin, maka pembentukan enamel akan terganggu sehingga kerentanan karies akan meningkat.
27
Gen amelogenin pada laki-laki akan memberikan mekanisme kompensasi terhadap gangguan yang terjadi pada kromosom X melalui produksi 10 protein
amelogenin yang sama dengan kromosom X, protein ini tidak di jumpai pada perempuan. Kerentanan karies pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki.
27
Waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat satu sampai enam bulan di bandingkan dengan anak laki-laki yang di sebabkan oleh faktor hormonal, sehingga gigi
lebih lama terpapar dengan lingkungan rongga mulut. Penelitian Winda distribusi karies
berdasarkan jenis kelamin pada anak usia 3-5 tahun, laki-laki 42,87 dan perempuan 57,13.
28
Hasil penelitian Parera PJ di Srilangka pada anak usia 2-5 tahun, perempuan memiliki karies yang lebih tinggi 43,6 di bandingkan dengan laki-laki 33,7.
29
Universitas Sumatera Utara
11
8. Sosial ekonomi Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan
sebaliknya. Hal ini dikaitakan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut Thirtankar 2003, pendidikan adalah faktor kedua
terbesar dari faktor sosial ekonomi setelah pekerjaan yang memengaruhi status kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan memengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
3,26
2.4 Prevalensi dan Pengalaman Karies