BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Permintaan Obligasi Ritel Indonesia ORI
ORI merupakan singkatan dari Obligasi Negara Ritel, maksudnya adalah jenis obligasi negara yang diperjualbelikan secara ritel atau eceran dengan
pecahan yang relatif kecil. Ritel atau eceran sebagaimana pengertian perdagangan barang dapat dijual dalam bentuk pecahan kecil dan dapat dilakukan
ditoko-toko besar atau kecil sekalipun. Tempat perdagangan ORI bukan di pasar akan tetapi pada Bank atau Perusahaan Sekuritas yang ditunjuk oleh Pemerintah.
Penerbitan ORI sebetulnya bukan merupakan sejarah baru dalam industri keuangan Indonesia modern. Untuk pertama kali dalam sebuah buku yang
diterbitkan Bank Negara Indonesia, obligasi nasional Republik Indonesia diterbitkan pada bulan Mei 1946. Tujuannya untuk mengumpulkan dana
masyarakat. Dana hasil penerbitan obligasi nasional 1946 digunakan untuk membiayai sektor pertanian dan kerajinan rakyat. Hal tersebut juga sebagai upaya
untuk meredam inflasi. Ketika terjadi defisit hebat di tahun 1950, pemerintah mengambil kebijakan
‘pengguntingan uang’. Separuh mata uang dipakai sebagai alat pembayaran dan separuh lainnya ditukar dengan obligasi pemerintah yang kemudian dinamakan
Obligasi RI 1950. Sembilan tahun kemudian pemerintahan Presiden Soekarno kembali
menerbitkan obligasi. Ada dua obligasi yang didistribusikan kepada rakyat di tahun 1959, yaitu Obligasi Konsolidasi 1959 dan Obligasi Berhadiah 1959 senilai
Universitas Sumatera Utara
dua juta rupiah. Penerbitan Obligasi Konsolidasi ini dilakukan untuk menggantikan uang rakyat yang dibekukan di bank-bank pemerintah. Sementara
Obligasi Berhadiah lebih bersifat sukarela sebagai dana pembangunan. Obligasi Berhadiah ini berjangka waktu 30 tahun yang kemudian banyak dibeli pemodal
individu dalam negeri. Pada tahun-tahun pertama, Obligasi Berhadiah lancar memberikan kupon tiap tahun kepada pemiliknya. Namun lama kelamaan, karena
bentuknya masih fisik dan sudah berpindah-pindah tangan, keberadaan obligasi ini tidak jelas lagi. Banyak yang akhirnya memvonis obligasi-obligasi negara
Orde Lama ini default atau gagal menebus kembali utangnya kepada rakyat. Salah satu kelemahan obligasi negara yang diterbitkan pemerintah Orde
Lama yakni tidak dijaminnya oleh Undang-Undang. Berbeda dengan saat ini, pemerintah menerbitkan surat utang negara baik untuk institusi maupun ritel
dengan hukum yang jelas. Terbitnya Obligasi Ritel Indonesia makin menyemarakkan pilihan investasi.
Kehadiran ORI membuat masyarakat Indonesia semakin terbiasa dengan produk- produk pasar modal. Dalam skala risiko, obligasi berada di antara deposito dan
saham. Sejalan dengan itu, tingkat hasil investasi yang dapat diharapkan dari obligasi adalah diantara deposito dan saham. Adapun yang berlaku dalam hal ini
adalah semakin tinggi potensi risiko, semakin besar potensi hasilnya. Secara umum, obligasi adalah instrumen investasi bagi pemodal yang menginginkan hasil
lebih tinggi dari bunga deposito, tetapi lebih aman dari saham. Diantara semua jenis obligasi yang ada di pasar sekarang ini, maka ORI
dapat dikatakan paling aman. ORI lebih aman dibandingkan dengan SUN Surat
Universitas Sumatera Utara
Utang Negara karena tenornya lebih pendek, hanya tiga tahun. Sementara obligasi negara secara umum lebih aman daripada obligasi korporat, karena
potensi bangkrutnya negara jauh lebih kecil dibandingkan dengan bangkrutnya perusahaan. Bahkan dapat dikatakan, ORI sama amannya dengan deposito
karena keduanya dijamin. Deposito sampai jumlah tertentu dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan LPS dan ORI dijamin oleh pemerintah. Risiko
ORI muncul jika ada perbahan harga di pasar sekunder. Harga ORI di pasar sekunder dapat saja naik turun sehingga dimungkinkan terjadi capital loss akibat
harga jual lebih rendah daripada harga beli. Ini bisa dihindari bila investor tetap disiplin memegang ORI hingga jatuh tempo. Untuk risiko ini, ORI memberikan
kompensasi lain, yakni bunga yang lebih tinggi. Permintaan ORI dari Juni 2007 sampai Agustus 2007 berjalan tetap sebesar
Rp 9.517 Miliar dan tidak mengalami peningkatan. Begitu juga dari September 2007 sampai Februari 2008 tidak mengalami peningkatan. Perkembangan yang
terjadi selama Maret 2008 sampai Oktober 2009 itu tidak begitu berfluktuasi, bahkan cenderung
mengalami peningkatan walaupun peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar.
Pada November 2009 permintaan ORI tetap tanpa ada peningkatan sebesar Rp 34.633 Miliar sampai pada bulan April, kemudian mengalami
peningkatan yang tetap sampai bulan Februari 2010. Pada Maret 2010 permintaan ORI mengalami penurunan hingga akhirnya terus meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan permintaan ORI dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Permintaan Obligasi Ritel Indonesia ORI Jun 07
– Des 11 Rp Miliar
Bulan ORI
Bulan ORI
Bulan ORI
Jan-07 -
Sep-08 34.699
Mei-10 33.407
Feb-07 -
Okt-08 34.699
Jun-10 33.407
Mar-07 -
Nop-08 34.633
Jul-10 33.407
Apr-07 -
Des-08 34.633
Agust-10 41.097
Mei-07 -
Jan-09 34.633
Sep-10 41.097
Jun-07 9.517
Feb-09 34.633
Okt-10 41.097
Jul-07 9.517
Mar-09 34.633
Nop-10 41.047
Agust-07 9.517
Apr-09 34.633
Des-10 40.672
Sep-07 18.885
Mei-09 34.583
Jan-11 40.517
Okt-07 18.885
Jun-09 34.569
Feb-11 40.378
Nop-07 18.885
Jul-09 34.569
Mar-11 40.378
Des-07 18.885
Agust-09 40.174
Apr-11 40.378
Jan-08 18.885
Sep-09 40.149
Mei-11 40.378
Feb-08 18.885
Okt-09 40.149
Jun-11 40.368
Mar-08 32.340
Nop-09 40.149
Jul-11 40.368
Apr-08 32.070
Des-09 40.149
Agust-11 40.368
Mei-08 32.070
Jan-10 40.149
Sep-11 31.616
Jun-08 32.070
Feb-10 40.149
Okt-11 42.616
Jul-08 31.984
Mar-10 33.956
Nop-11 42.616
Agust-08 31.984
Apr-10 33.407
Des-11 42.616
Sumber : BI Kantor Cabang Medan, data diolah 2011.
Universitas Sumatera Utara
Adapun trend perkembangan permintaan ORI selama kurun waktu penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Perkembangan Permintaan ORI Tahun 2007-2011
Permintaan ORI terus mengalami peningkatan dari Juni 2007 sampai dengan Desember 2009, tetapi menurun hingga Juni 2010. Kemudian meningkat
kembali dan mengalami penurunan pada Juni 2011. Dan pada September 2011 mengalami peningkatan.
4.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito