Sejarah Perkoperasian di Indonesia

BAB II KOPERASI SEBAGAI PELAKU EKONOMI DI INDONESIA

2.1 Sejarah Perkoperasian di Indonesia

Ide koperasi lahir dalam era kejayaan kapitalisme. Jika kapitalisme berpijak pada paham tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan ekonomi, maka koperasi lebih mengutamakan peranan manusia dalam memupuk modal. Dengan demikian, perbedaannya terletak pada penekanan faktor-faktor produksi dalam kegiatan ekonomi; koperasi pada manusianya, sedangkan kapitalisme pada kekuatan modal. 51 Dalam hal ini bukanlah berarti bahwa yang satu tidak memerlukan faktor produksi seperti yang ditekankan yang lainnya; di dalam kapitalisme, manusia peranannya diperlukan sebagai salah satu faktor produksi sedang dalam koperasi modal diperlukan untuk menjalankan usahanya yang dikumpulkan oleh manusia- manusia yang menjadi anggotanya. 52 Gerakan koperasi timbul karena adanya inspirasi dari pembaharu sosial pada abad ke-14 di daratan Eropa, dan dapat dicatat serta dikemukakan yang berperan dalam mengembangkan koperasi, antara lain seperti Francois Charles Fourier 1771-1837, Robert Owen 1771-1858, William King, Louis Blanc 1811-1882, N.V.S Grundtwig 1783-1872, Hermann Schulze Celitizch 1808-1883, Friederich William Raiffeisen 51 Andjar Pachta W., et. al. Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 14. 52 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1818-1888, Alphonse Desjardius 1854-1921, M.M Coady 1882-1959, Ivan Emelianaft 1880-1900, Margaret Digby dan Paul Lambert. 53 Koperasi berkembang dari Eropa menuju daratan Asia. Di Jepang, untuk pertama kali koperasi didirikan pada tahun1900, bersamaan waktunya dengan pelaksanaan Undang-Undang Koperasi Industri Kerajinan. 54 Meskipun dibawah nama industri kerajinan, koperasi di Jepang bergerak pula dalam bidang pertanian. Sementara itu di India, gerakan koperasi di India dimulai dengan berdirinya Koperasi Kredit untuk memberikan kemungkinan para produsen kecil berusaha. Munculnya koperasi kredit di India ini disebabkan karena pengusaha kecil disana waktu itu selalu menjadi korban lintah darat yang memberi pinjaman modal dengan bunga yang sangat tinggi. 55 Koperasi kredit di India ini dapat pula berbentuk Koperasi Lumbung, dengan sistem uang pangkal dapat dibayar berupa uang maupun padi dengan iurannya harus berupa padi. Di Indonesia, pertumbuhan koperasi dimulai sejak tahun 1896 yang selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat lingkup kegiatan usaha secara menyeluruh yang berbeda- beda dari waktu ke waktu sesuai dengan iklim lingkungannya. 56 Jikalau pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada 53 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 5-12. 54 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 28 55 Ibid, hlm. 13 56 H. Masngudi, Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia, Jakarta : Badan Penelitian Pengembangan Koperasi Departemen Koperasi, 1990, Hlm. 8. Universitas Sumatera Utara kegiatan simpan-pinjam maka selanjutnya tumbuh pula koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi dan dan kemudian koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan barang- barang untuk keperluan produksi. 57 Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat dari 3 tiga masa periode, yaitu: 58 1. Periode 1896-1908 Masa ini merupakan titik awal dikenalnya koperasi di bumi Indonesia. Pada tahun 1896 ada seorang Patih Pamong Praja bernama R. Aria Wiria Atmadja di Purwokerto yang merintis mendirikan satu bank simpanan Hulp Spaarbank untuk menolong para kaum priyayi yang terjerat tindakan dalam soal riba kaum lintah darat. Usahanya ini mendapat bantuan dari seorang Asisten Residen belanda yang bertugas di Purwokerto bernama E. Sieburgh. Tetapi cita-cita dan ide dari R. Aria Wiria Atmadja tidak dapat berlanjut karena mendapat hambatan kegiatan dari politik Pemerintahan Penjajah pada masa itu. Adapun tidak terlaksananya pembentukan koperasi pada waktu itu, dapat disimpulkan karena beberapa sebab, yaitu: 59 a Belum adanya instansi Pemerintah maupun badan non Pemerintah yang memberikan penerangan dan penyuluhan 57 Ibid. 58 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 14-31. 59 Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi Pada Umumnya dan Koperasi Indonesia didalam Perkembangan, Yogyakarta: TPK Gunung Mulia, 1986, hlm. 51. Universitas Sumatera Utara tentang koperasi. Pemerintah sendiri waktu itu bahkan menghalang-halangi. b Ide koperasi hanya muncul dari segelintir orang dan tidak mendapat dukungan secara luas dari masyarakat. c Pemerintah Penjajah belanda tidak memberikan dukungan untuk pertumbuhan koperasi di masyarakat, karena mereka takut koperasi akan digunakan oleh kaum pejuang untuk tujuan yang dapat membahayakan Pemerintah Penjajah. d Karena belum adanya Undang-Undang tentang Perkoperasian. 2. Periode 1908-1927 Bersamaan dengan lahirnya Kebangkitan Nasional, tepatnya pada antara tahun1908-1913, Boedi Oetomo mencoba memajukan Koperasi-koperasi Rumah Tangga, Koperasi toko, yang kemudian menjadi Koperasi Konsumsi yang di dalam perkembangannya kemudian menjadi Koperasi Batik. Gerakan ini dibantu oleh Serikat Islam yang melahirkan Koperasi pertama kali di Indonesia. Pada tahun 1915 lahir Undang-Undang Koperasi pertama kali di negara jajahan Hindia Belanda yang disebut dengan Verordening op de Cooperatieve Verenegingen Koninklijk Besluit, 7 April 1915, Stb. 431. Undang-Undang ini konkordan dengan Undang-Undang Koperasi Belanda tahun 1876, dan Undang-Undang Koperasi 1915 ini berlaku bagi semua golongan Universitas Sumatera Utara rakyat pada waktu itu. Dengan Undang-Undang ini, rakyat tidak mungkin dapat mendirikan koperasi karena: 60 a Harus mendapat izin dari Gubernur Jendral. b Harus dibuat dengan Akta Notaris dalam berbahasa Belanda. c Membayar bea materai sebesar 50 gulden. d Hak tanah harus menurut Hukum Eropa. e Harus diumumkan di Javasche Courant, yang biayanya cukup tinggi. Munculnya Undang-Undang Koperasi tahun 1915 tersebut mendapat tantangan keras dari para pemuka masyarakat Indonesia, khususnya dari kaum Gerakan Nasional. Akhirnya pada tahun 1920, Pemerintah Belanda membentuk suatu komisi atau Panitia Koperasi, atas desakan keras dari pemuka rakyat. Komisi ini dipimpin oleh Prof. DR. J.H. Boeke, dimana dalam komisi ini duduk pula beberapa wakil Pemuda Pejuang Indonesia. Komisi ini bertugas untuk mempelajari apakah bentuk koperasi sesuai dengan kondisi Indonesia atau tidak, mempelajari dan menyiapkan cara-cara mengembangkan koperrasi yang cocok dengan Indonesia, dan menyiapkan Undang-Undang Koperasi yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Akhirnya keluarlah Undang-Undang Koperasi tahun 1927 yang disebut Regeling 60 Arifinal Chaniago, et. al. Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Bandung: Angkasa, Cetakan ke-2, 1973, hlm. 55-56. Universitas Sumatera Utara Inslamdsche Cooperatieve Verenegingen Stb. 1927-91. Isinya antara lain: a Akte Pendirian tidak perlu Notariil, cukup didaftarkan pada Penasihat Urusan Kredit Rakyat dan Koperasi, dan dapat ditulis dalam Bahasa Daerah. b Bea Materainya cukup 3 tiga gulden. c Dapat memiliki hak tanah menurut Hukum Adat. d Hanya berlaku bagi golongan Bumi Putera. 3. Periode 1927-1942 Pemerintah Belanda mengeluarkan Peraturan Koperasi yaitu Algemene Regeling Op De Cooperatieve Verenegingen Stb. 1933- 108. Peraturan baru ini tidak ada bedanya dengan peraturan koperasi tahun 1915. Akibatnya koperasi semakin bertambah mundur. Pada tahun 1935 Jawatan Koperasi dipindahkan dari Departemen Dalam Negeri ke Departemen Ekonomi, kemudian pada tahun 1937 dibentuklah koperasi-koperasi Simpan Pinjam yang diberi bantuan modal oleh pemerintah, dengan tugas sebagai koperasi pemberantas utang rakyat, terutama kaum tani yang tidak lepas dari cengkraman kaum pengijon dan lintah darat. 4. Periode 1942-1945 Sejak Balatentara Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, peranan koperasi menjadi berubah lagi. Koperasi dijadikan Universitas Sumatera Utara sebagai alat pendistribusian barang-barang keperluan tentara Jepang. Koperasi-koperasi yang ada kemudian diubah menjadi Kumiai, yang berfungsi sebagai pengumpul barang keperluan perang. Pada masa ini koperasi semakin hancur yang disebabkan karena adanya ketentuan dari Penguasa Jepang bahwa mendirikan koperasi harus mendapat izin dari pemerintah setempat, dan biasanya izin tersebut sangan dipersulit. 5. Periode 1945-1958 Sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian UUD disahkan, maka timbul semangat baru untuk menggerakkan koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat dalam UUD, yaitu pada pasal 33 ayat 1 UUD beserta penjelasannya. Karena itu, Gerakan Koperasi seluruh Indonesia mengadakan Kongres yang pertama pada tanggal 12 Juli 1946 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari beberapa keputusan penting yang diambil adalah menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dijadikan sebagai Hari Koperasi, yang bermakna hari bertekad dari seluruh bangsa Indonesia untuk melaksanakan kegiatan perekonomian melalui koperasi. Gerakan Koperasi Indonesia mengadakan kongres kedua, dimana salah satu keputusannya adalah menetapkan dan mengangkat DR. M. Hatta sebagai Bapak Koperasi di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Kemudian pada tahun 1958 Pemerintah mengundangkan Undang- Undang Koperasi Nomor 79 tahun 1958 Lembaran Negara 1958- 139. Undang-Undang ini dibuat berdasar pada Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 Pasal 38, yang isi ketentuannya sama dengan Pasal 33 UUD. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang ini maka peraturan koperasi tahun 1933 dan peraturan koperasi tahun 1949 dinyatakan dicabut. 6. Periode 1958-1965 Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 79 tahun 1958 koperasi semakin maju berkembang dan tumbuh dimana-mana. Tetapi dengan diberlakukannya kembali UUD berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, maka Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1959 sebagai Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 79 tahun 1958. Dalam peraturan ini ditentukan bahwa Pemerintah bersikap sebagai pembina, pengawas, perkembangan koperasi di Indonesia. Tanggal 2 sampai 10 Agustus tahun 1965 lahirlah Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian Lembaga Negara 1965-75. Undang-undang ini terdapat unsur-unsur politik yang masuk dalam koperasi, artinya koperasi masih tetap jadi alat perjuangan dari partai-partai politik yang menguasainya. 7. Pada Tahun 1966-1991 Universitas Sumatera Utara Pemerintah Orde Baru bertekad mengembalikan citra koperasi sesuai dengan kehendak para pendiri Pasal 33 UUD. Dalam pada itu terbentuklah Ketetapan MPRS Nomor XXIIIMPRS1966 Tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan. Peranan Koperasi tercantum didalam Bab V, Pasal 42 dan Pasal 43. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1967 Pemerintah Orde Baru dengan persetujuan DPR- GR telah berhasil membuat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian yang secara tegas mencabut Undang-Undang sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 1969-1970, koperasi siap memasuki tahap-tahap pembangunan lima tahun pertama. Pemerintah telah mendirikan Pusat Latihan Penataran Koperasi Puslatpenkop, Balai Latihan Koperasi Balatkop, Lembaga Jaminan Kredit Koperasi LJKK, Badan Usaha Unit Desa Koperasi Unit Desa BUUDKUD. Setelah berlaku lebih kurang 25 tahun dan dunia koperasi maupun dunia usaha pada umumnya telah berkembang pesat, keberadaan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian dianggap masih belum sepenuhnya dapat menampung hasil-hasil yang diperlukan untuk menunjang kegiatan perkumpulan koperasi. Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Lembaran Negara Nomor 116 dan Tambahan Lembaga Negara Nomor 3502 Tahun 1992 ini dinyatakan sebagai Undang-Undang Universitas Sumatera Utara yang diterbitkan untuk menyesuaikan derap langkah koperasi dengan perkembangan keadaan perekonomian pada umumnya. 61 Undang-Undang ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas jati diri, tujuan, kedudukan, peran, menejemen, keusahaan, dan permodalan koperasi serta pembinaan koperasi sehingga dapat lebih menjamin terwujudnya koperasi sebagaimana dimanatkan dalam UUD. 62 Pada tahun 2012, lahirlah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Roh korporasi terus merasuk ke sendi-sendi kehidupan negara, termasuk jiawa usaha yang sesuai dengan kegotongroyongan: koperasi. Namun dikarenakan bernuansa korporasi, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dibatalkan Mahkamah Konstitusi melalui putusan Nomor 28PUU-XI2013. Materi yang dibatalkan adalah seluruh materi muatan Undang-Undang. Selain karena berjiwa korporasi, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian telah menghilangkan asas kekeluargaan dan gotong royong yang menjadi ciri khas koperasi. Menurut Mahkamah Konstitusi, Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian bertentangan dengan UUD 1945, dan hal tersebut mengakibatkan undang-undang ini tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat setelah adanya putusan dari Mahkamah Konstitusi tersebut yang berarti pula undang-undang tersebut dibatalkan. Untuk menghindari kekosongan hukum, Mahkamah Konstitusi 61 Andjar Pachta W, et. al. Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha, Jakarta: Pernada Media, 2005, hlm. 71 62 Ibid. Universitas Sumatera Utara menyatakan memberlakukan kembali UU Perkoperasian dan berlaku untuk sementara waktu sampai dengan terbentuknya undang-undang yang baru. 63 UU Perkoperasian menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 64 Koperasi menyandarkan usahanya berdasarkan asas kekeluargaan sebagaimana perwujudan dari pasal 33 ayat 1 UUD 1945.

2.2 Pengembangan Koperasi dalam Perekonomian di Indonesia