BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan hukum koperasi berlandaskan pada pasal 33 ayat 1
UUD 1945 menyandarkan usahanya berdasarkan asas kekeluargaan. Kemudian lahirlah Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum.
Perangkat Organisasi Koperasi daitur pada pasal 21 Undang-Undang Perkoperasian
yang mencakup rapat anggota, pengurus dan pengawas. Sebagai badan usaha koperasi sama dengan
bentuk badan usaha lainnya, yaitu sama-sama berorientasi laba dan membutuhkan modal. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan
modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari: simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, hibah. Sementara itu, modal
pinjaman dapat berasal dari: anggota, koperasi lainnya danatau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan
obligasi dan surat hutang lainnya, sumber lain yang sah. 2.
Pengaturan Pemegang Saham terletak pada Pasal 1 butir 4 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menjelaskan bahwa “Rapat
Universitas Sumatera Utara
Umum Pemegang Saham selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini dan atau Anggaran Dasar”.
177
Namun wewenang yang diberikan Undang-Undang kepada RUPS tidak
berarti RUPS dapat melakukan tugas dan wewenang yang diberikan Undang-Undang kepada Direksi dan Komisaris.Kepada pemegang
saham diberikan bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk
menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi dan
menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang.Koperasi sebagai subjek hukum juga memiliki kesempatan untuk dapat
melakukan usaha
pembiayaanpenyertaan modal
ke suatu
perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan Investee Company.
3. Praktek Koperasi sebagai Pemegang saham PT. Dapat dilaksanakan
melalui mekanisme PMV. Koperasi yang melakukan kegiatan sebagai PMV harus terlebih dahulu memperoleh izin usaha dari
Menteri. PMV dalam hal ini koperasi wajib mencantumkan secara jelas dalam anggaran dasar mengenai maksud dan tujuan badan
hukum hanya untuk menjalankan kegiatan usaha PMV yang terdapat
177
Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Op. Cit, Pasal 1 angka 4
Universitas Sumatera Utara
dalam Pasal 2 Peraturan Mentri Keuangan Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura. Koperasi yang bertransformasi
menjadi Perusahaan Modal Ventura menjadi pemegang saham Perusahaan Penerima Pembiayaan ketika menyertakan modalnya.
Dalam hal menjadi pemegang saham, maka koperasi harus tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Disamping praktek koperasi dalam bentuk PMV, koperasi karyawan juga dapat menjadi pemegang saham dalam PT swasta.
Hal ini dapat terwujud dengan program ESOP. Cara ini mulai dilakukan perusahaan sebagai bentuk penghargaan kepada karyawan
yaitu melalui program yang memungkinkan karyawan mendapat kesempatan dan hak untuk memiliki saham pada perusahaan
tersebut. Melalui program tersebut, karyawan akan merasa ikut memiliki sense of belonging pada tempat bekerja, sehingga
karyawan akan termotivasi untuk memajukan perusahaan.
5.2 Saran