Kesimpulan Penelitian Keterbatasan Penelitian Seragam Perawat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan dan saran mengenai perbandingan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dan jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6.1 Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa dengan tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A yang sebelumnya tidak mempunyai pengalaman belajar di rumah sakit dan mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur B yang sebelumnya pernah mendapatkan pengalaman belajar di rumah sakit yaitu ketika mengikuti jenjang pendidikan DIII maupun yang telah bekerja, didapatkan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial masing-masing adalah baik dengan jumlah 38 orang 86,36 dan 47 orang 82,45. Sesuai dengan hasil analisa dengan menggunakan uji Fisher didapatkan tidak terdapat perbandingan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dan jalur B. Universitas Sumatera Utara 6.2 Saran 6.2.1 Bagi Institusi Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dengan jalur B. Mahasiswa memiliki pengetahuan dan sikap yang baik dalam bersegam dinas tetapi belum tercermin dari tindakannya. Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa yang masih melanggar peraturan dengan memakai seragam dinasnya ke kampus walaupun sudah ditutupi dengan jaket. Bagi institusi keperawatan dapat diberikan saran berupa pemberian sanksi kepada mahasiswa yang melanggar peraturan tersebut. Selain itu, institusi keperawatan juga perlu menetapkan peraturan yang universal sehingga tidak terdapat peraturan yang ganda dalam satu institusi.

6.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan, harus memperhatikan tindakan preventif terhadap infeksi nosokomial, hal ini karena perawat rata-rata kontak dengan pasien kurang lebih selama 7-8 jam maka tenaga keperawatan adalah tenaga kesehatan yang memungkinkan berpeluang besar untuk menyebarkan infeksi nosokomial

6.2.3 Bagi Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama, peneliti tidak menyarankan untuk memakai instrumen yang ada dalam penelitian ini. Jika peneliti selanjutnya ingin menjadikan sebagai sumber instrumen penelitian maka harus memperhatikan bobot soal per sub variabel sehingga Universitas Sumatera Utara nantinya akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Beberapa hal yang menjadi keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Peneliti tidak bisa mengontrol responden pada saat penelitian, sehingga kemungkinan responden untuk menjawab salah lebih banyak. 2. Instrumen yang peneliti gunakan kurang baik dari segi bobot soal per subvariabel sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan fenomena yang terjadi dilapangan. 3. Kurangnya jurnal pendukung dalam membuat kesimpulan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku ditinjau dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, suatu aktivitas manusia itu sendiri mempunyai bentangan yang luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia Soekidjo, 2007. Sedangkan menurut Saryono 2004 perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh individu karena adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar individu yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.2 Bentuk Perilaku

Sunaryo 2002 membagi bentuk perilaku kedalam dua kategori. Pembatasan dua kategori ini merupakan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. Dua kategori tersebut adalah : Universitas Sumatera Utara 1.Perilaku pasif respon internal Perilaku pasif merupakan perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini hanya sebatas sikap dan belum ada tindakan yang nyata contohnya berpikir dan berfantasi. 2.Perilaku aktif respon eksternal Perilaku aktif adalah perilaku yang sifatnya terbuka yang dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata contohnya mengerjakan soal ulangan dan membaca buku pelajaran. 2.1.3 Proses Pembentukan Perilaku Menurut Sunaryo 2002 perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan, sedangkan kebutuhan manusia menurut Abraham Harold Maslow, terdiri atas lima tingkatan yaitu kebutuhan fisiologisbiologis seperti O 2 , H 2 O, cairan elektrolit, makanan dan seks, kebutuhan rasa aman misalnya rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan, kebutuhan mencintai dan dicintai misalnya mendambakan kasih sayangcinta kasih orang lain dan mencintai orang lain, kebutuhan harga diri misalnya, ingin dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan aktualisasi diri misalnya ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain, ingin sukses dan berhasil mencapai cita cita, ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karir, usaha, kekayaan dan lain lain. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Walgito 2004 terdapat tiga cara pembentukan perilaku yaitu : 1.Pembentukan perilaku dengan kondisioning Pembentukan perilaku dengan kondisioning adalah dengan membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. 2.Pembentukan perilaku dengan pengertian insight Pembentukan perilaku dapat dilakukan melalui pengertian insight. Contohnya: datang kuliah jangan sampai terlambat karena hal tersebut akan menggangu teman yang lain. 3.Pembentukan perilaku dengan menggunakan model Salah satu contoh pembentukan perilaku dengan model adalah orang tua sebagai contoh anak-anaknya

2.1.4 Domain Perilaku

Seorang ahli psikologi pendidikan Benyamin Bloom 1908 yang dikutip oleh Soekidjo 2007 membagi perilaku kedalam tiga domain ranah atau kawasan yaitu ranah kognitif cognitive domain, ranah afektif affective domain dan ranah psikomotor psychomotor domain. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek yang diluarnya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut Universitas Sumatera Utara akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan action terhadap atau sehubungan dengan stimulus objek tadi . 1.Pengetahuan Knowledge Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yakni: a.Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b.Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c.Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Universitas Sumatera Utara d.Analisis Analysis Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain. e.Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f.EvaluasiEvaluation Evaluasi ini berkaitan dengan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.Sikap Attitude Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni : a.Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b.Merespon Responding Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c.Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga Universitas Sumatera Utara d.Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan Practice

Tingkatan tingkat praktik a.Persepsi perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. b.Respon Terpimpin Guided Respons Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua. c.Mekanisme Mecanism Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga. d.Adaptasi Adaptation Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Universitas Sumatera Utara 2.2 Infeksi Nosokomial 2.2.1 Definisi Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya Hidayat, 2009. Infeksi nosokomial tidak seperti infeksi jenis lainnya, diperoleh sewaktu pasien berada di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain dan tidak sedang dalam masa inkubasi Gruendemann, 2006. Sedangkan menurut Iskandar 2009 bahwa definisi infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit, timbul atau terjadi sesudah 72 jam perawatan pada pasien rawat inap , terjadi pada pasien yang dirawat lebih lama dari masa inkubasi suatu penyakit. Ditambahkan lagi oleh Inweregbu 2005 dalam jurnalnya yang berjudul Nosocomial Infection bahwa infeksi nosokomial dapat didefenisikan sebagai infeksi di rumah sakit yang terjadi dalam waktu 48 jam setelah masuk atau 30 hari setelah operasi.

2.2.2 Sumber Penularan Infeksi Nosikomial

Menurut Darmadi 2010 berbagai faktor luar extrinsic faktor sebagai sumber penularan di rumah sakit adalah penderita lain, bangsallingkungan, pengunjung atau keluarga, makanan dan minuman, peralatan material medis, petugas dokter, perawat dll. Universitas Sumatera Utara

2.2. 3 Cara Penyebaran mikroorganisme

Menurut Kozier 2011 cara penyebaran mikroorganisme ke individu yang lain ada tiga cara yaitu : 1.Penyebaran langsung Penyebaran langsung adalah pemindahan mikroorganisme secara cepat dan langsung dari satu individu dengan individu lainnya melalui sentuhan, gigitan, ciuman, atau hubungan seksual. 2. Penyebaran tidak langsung Penyebaran tidak langsung adalah penyebaran lewat perantara dan penyebaran lewat vektor. a.Penyebaran lewat perantara Semua zat yang berfungsi sebagai media dalam mengantarkan dan memasukkan agen infeksi ke inang yang rentan melalui pintu masuk yang sesuai, seperti sapu tangan, mainan, baju kotor, peralatan memasak atau peralatan makan dan instrumen pembedahan dapat bertindak sebagai perantara. Air, makanan, darah, serum dan plasma merupakan perantara lain. b. Penyebaran lewat vektor adalah hewan atau serangga terbang atau merayap yang bertindak sebagai media transportasi agen infeksi. 3.Penyebaran lewat udara Penyebaran lewat udara meliputi droplet atau debu. Nuklei droplet, yaitu residu droplet yang menguap yang dilontarkan oleh inang yang terinfeksi. Misalnya individu pengidap tuberkulosis dapat tetap berada di udara dalam jangka waktu yang lama. Partikel debu yang berisi agen infeksi juga dapat ditularkan lewat udara. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi

Faktor-Faktor yang mempengaruhi proses infeksi menurut Aziz 2009 a.Sumber penyakit Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan dengan cepat atau lambat. b.Kuman penyebab Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan virulensinya. WHO membagi mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial dalam tiga kelompok yaitu : a. Mikroorganisme patogen konvensional yang menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan fisik terhadap kuman tersebut. Misal Staphylococcus aureus, Strepsococcus pyogenes, E.coli, Salmonela, Shigella, Diptheriae, Tuberculosis, Virus Hepatitis, dan sebagainya. b. Mikroorganisme patogen kondisional yang menyebabkan penyakit kalau ada faktor predisposisi spesifik misalnya pada orang yang daya tahan tubuhnya menurun, kuman langsung masuk kedalam jaringan tubuh atau bagian tubuh yang baisanya steril misalnya Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas, proteus, Klebsiella dan sebagainya. c. Mikroorganisme patogen oportunistik menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita yang daya tahannya sangat menurun. Misalnya Mycobacterium atipic, Nocardia. Universitas Sumatera Utara Kuman penyebab terjadinya infeksi nosokomial yang tersering adalah Proteus, E Coli, S. Aureus dan Pseudomonas. Peningkatan infeksi nosokomial disebabkan oleh kuman Enterococuccus Faecalis Streptococcus Faecalis. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Holton bahwa Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA dan Acinetobacter adalah dua jenis bakteri yang paling umum ditemui pada seragam rumah sakit. c.Cara membebaskan sumber dari kuman Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman pH, suhu, penyinaran cahaya dan lain-lain. d.Cara penularan Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh. e.Cara masuknya kuman Proses penyebaran kuman berbeda tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-lain. f.Daya tahan tubuh Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Pencegahan Infeksi Nosokomial

Melalui pemikiran kritis, perawat dapat mencegah terjadinya atau menyebarnya infeksi dengan meminimalkan jumlah dan jenis mikroorganisme yang ditularkan kedaerah yang berpotensi mengalami infeksi. Menghancurkan reservoir infeksi, mengontrol portal keluar, dan masuk serta menghindari tindakan yang dapat menularkan mikroorganisme, mencegah bakteri menemukan tempat untuk bertumbuh PotterPerry, 2005. Beberapa tindakan pencegahan infeksi menurut Aziz Alimul 2009 yang dapat dilakukan adalah : a. Aseptik yaitu semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. b. Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. c. Dekontaminasi yaitu tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. d. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran. e. Sterilisasi yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme bakteri, jamur, parasit, dan virus termasuk bakteri endospora dari benda mati. f. Desinfeksi yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar tidak semua mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat Universitas Sumatera Utara tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospora.

2.3 Seragam Perawat

Seragam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 mempunyai arti sama ragam corak, bentuk, susunan, pakaian. Jadi dapat disimpulkan bahwa seragam perawat adalah pakaian yang mempunyai ragam dan corak yang sama yang dipakai oleh perawat. Seperti telah dijelaskan sebelumnya menurut beberapa ahli dan hasil penelitian bahwa pakaian seragam yang digunakan perawat ataupun tenaga kesehatan lainnya merupakan salah satu sumber dari infeksi nosokomial yang dapat ditransmisikan kepada pasien. Pengendalian efektif terhadap infeksi mengharuskan perawat untuk tetap waspada tentang jenis penularan dan cara untuk mengontrolnya PotterPerry, 2005. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Holton bahwa Methicillin- resistant Staphylococcus aureus MRSA dan Acinetobacter adalah dua jenis bakteri yang paling umum ditemui pada seragam rumah sakit. Peneliti menemukan untuk membunuh bakteri tersebut diperlukan suhu air dan deterjen 60 ◦ celcius. Sedangkan pada suhu 40 ◦ celsius, bakteri MRSA bisa hilang tetapi masih dapat terdeteksi. Jika seragam tersebut dicuci dengan mesin cuci hemat energi suhunya akan beroperasi 40 ◦ celcius saja. Sehingga bakterinya masih terdapat pada pakaian. Penelitian lain memaparkan bahwa untuk menghilangkan Acinetobacter pada pakain yang dicuci pada suhu 40 ◦ celcius adalah dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan besi panas. Berarti menyetrika pakaian dapat meminimalkan bakteri yang melekat pada seragam perawat Sedangkan untuk mencegah penularan mikroorganisme melalui kontak tidak langsung, peralatan dan bahan yang kotor harus dijaga supaya tidak bersentuhan dengan baju perawat. Tindakan salah yang sering dilakukan adalah mengangkat linen yang kotor langsung dengan tangan mengenai seragam. Harus menggunakan kantung linen yang tahan cairan atau linen yang kotor harus diangkat dengan posisi tangan jauh dari tubuh PotterPerry, 2005. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang