Kebutuhan Gizi Remaja Remaja 1.

Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya “terkucil”, dan itu akan merusak rasa percaya diri Arisman, 2010.

2.3.3. Kebutuhan Gizi Remaja

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances RDA atau Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan AKG. Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan perkembangan kronologis bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial Arisman, 2010. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan AKG atau Recommended Daily Allowances RDA adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi dietary requirements. Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui Almatsier,2009. WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10- 15 berasal dari protein, 15-30 dari lemak, dan 55-75 dari karbohidrat Almatsier, 2009. Menurut Arisman 2010, banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis besar remaja putra memerlukan lebih banyak ebergi dibandingkan remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun 2.550 kkal, Universitas Sumatera Utara untuk kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait dkk., menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energi yang lebih baik. Perkiraan energi untuk remaja putra berusia 11-18 tahun, yaitu 13-23 kkalcm, sementara remaja putri dengan usia yang sama, yaitu 10-19 kkalcm. Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putra, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0,29-0,32 grcm tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0,27-0,29 grcm Arisman, 2010 Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi AKG untuk protein. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI WKNPG VI tahun 1998 menganjurkan angka kecukupan gizi AKG protein untuk remaja 1,5 - 2,0 grkg BBhari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki. Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2004, angka kecukupan energi dan protein rata-rata yang dianjurkan pada remaja tercantum dalam tabel 2.1. Tabel 2.1. Kecukupan Energi dan Protein Rata-rata yang Dianjurkan pada Remaja Jenis Kelamin Umur Tahun Berat Badan kg Energi kkal Protein gr Laki-laki 10-12 35 2050 50 13-15 46 2400 60 16-19 55 2600 65 Perempuan 10-12 37 2050 50 13-15 48 2350 57 16-19 50 2200 50 Sumber: Depkes RI, 2004 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat. Peningkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg praremaja sampai 1200 mg remaja Arisman, 2010. Peningkatan kebutuhan akan energi dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan tiamin, riboflavin, dan niasin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energi. Vitamin diketahui berperan dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan asupan vitamin B6, B12, dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan dalam sintesis DNA Deoxyribonucleic Acid dan RNA Ribonucleic Acid. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak cepat rusak, asupan vitamin A, C dan E juga perlu ditingkatkan selain vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin C dalam serum cukup rendah Dep. Pertanian AS, Guenter dkk, 1986, terutama mereka yang memantangkan sayur dan buah, serta perokok Arisman, 2010. AKG yang ditetapkan pada Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional WNPG tahun 2004 meliputi zat-zat gizi sebagai berikut: energi kkal, protein g, vitamin A RE, vitamin D mcg, vitamin E mg, vitamin K mcg, tiamin mg, riboflavin mg, niasin mg, asam folat mcg, piridoksin mg, vitamin B12 mcg, vitamin C mg, kalsium mg, fosfor mg, magnesium mg, besi mg, iodium mcg, seng mg, selenium mcg, mangan mg, dan fluor mg. WNPG 2004 juga menganjurkan kebutuhan serat makanan dietary fiber sebanyak 10-14 gram1000 kkal atau 19-30 goranghari, dengan rasio serat makanan tidak larut air dan serat larut air sebesar 3:1 Almatsier, 2009. AKG disusun berdasarkan kelompok umur, gender, serta status hamil dan menyusui. AKG disusun untuk 19 golongan manusia berdasarkan umur, dan diatas 9 tahun juga berdasarkan gender, serta ibu hamil dan menyusui. Daftar AKG secara lengkap untuk tahun 2004 dapat dilihat pada lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

2.4. Homeostasis Energi dan Regulasi Asupan Makanan

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

8 93 83

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Dan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Di SMA Santo Thomas 1 Medan

4 62 87

Hubungan Arus Puncak Ekspirasi dengan Indeks Massa Tubuh pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 28 57

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 14

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 2

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 4

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 19

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 4

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 21

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 28