Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

(1)

57

Universitas Sumatera Utara Lampiran

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Binartha Utami

NIM : 100100241

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 4 November 1992

Agama : Islam

Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 1, Gang Makmur No.9, Tanjung Sari, Medan, Sumatera Utara

Keluarga :

1) Ayah : Drs. Bintara Perangin-angin 2) Ibu : Ernawati Tarigan

3) Adik : Meiranita Perangin-angin

Riwayat Pendidikan : 1. TK Islam Fitria As-syahara V (1997-1998) 2. SD Negeri 9 Cileungsi (1998-2004) 3. SMP Muhammadiyah Cileungsi (2004-

2007)

4. SMA 3 PSKD Jakarta (2007-2010) 5. Fakultas Kedokteran USU (2010- Sekarang)


(2)

(3)

59

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2


(4)

Lampiran 2


(5)

61

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN PENELITIAN

Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan Hormat,

Saya yang bernama Binartha Utami adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu tugas akhir dalam rangka menyelesaikan proses pembelajaran Program S1 Kedokteran USU.

Makanan cepat saji (fast food) adalah jenis makanan yang mudah disajikan, praktis, dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Sedangkan fast food dikatakan negatif karena ketidakseimbangan nutrisi yang dikandungnya, tinggi garam dan lemak, rendah vitamin, mineral serta serat, dan bila dikonsumsi berlebihan dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan lain-lain. Sehingga dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan para remaja menjadi lebih mengerti berbagai kandungan gizi dalam makanan cepat saji (fast food) pola barat dan dampaknya bagi kesehatan.

Maka untuk keperluan penelitian ini, saya mohon kesediaan Adik-adik, Siswa dan Siswi SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Adik-adik bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Adik-adik bersedia


(6)

menjadi subjek penelitian, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan. Bila Adik-adik membutuhkan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi saya: Nama : Binartha Utami

Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 1 Gang Makmur No. 9, Tanjung Sari, Medan

No. Hp : 085762833716

Atas perhatian dan kesediaan Adik-adik menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2013 Peneliti,

(Binartha Utami)


(7)

63

Universitas Sumatera Utara Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Alamat : No. Telp./Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat digunakan seperlunya.

Mengetahui, Medan, Oktober 2013

Wali Kelas, Responden Penelitian,

( ) ( )


(8)

Lampiran 5

KUESIONER

GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH REMAJA USIA 15-17 TAHUN YANG MENGONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) POLA

BARAT DI SMA YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

I. INFORMASI RESPONDEN

(Isilah Informasi di Bawah Ini Dengan Benar dan Tepat)

No. Responden :

Nama Responden :

Tanggal Lahir :

Kelas :

Tanggal Wawancara :

II.KARAKTERISTIK RESPONDEN

(Isilah Informasi di Bawah Ini Dengan Benar dan Tepat)

A. Umur : Tahun

B. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

C. Tinggi Badan : cm

D. Berat Badan : kg

E. Uang Saku/Hari : a. < Rp 30.000,00

(pilih salah satu) b. Rp 30.000,00 – Rp 50.000,00

c. > Rp 50.000,00


(9)

65

Universitas Sumatera Utara NB: *tanggal terakhir kali dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan

III. KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD POLA BARAT

(pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan memberi tanda (x))

1. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan makanan siap saji (fast

food)?

a. Makanan yang mudah disajikan dan praktis b. Makanan yang tampilannya menarik c. Makanan yang diolah secara alami

2. Makanan siap saji yang sering Anda konsumsi adalah (jawaban boleh

lebih dari satu)

1. Ayam Goreng (fried chicken)

2. Hamburger

3. Pizza

4. Spaghetti

5. Chicken Nugget

6. Sosis

7. Lainnya. Sebutkan

3. Berapa kali Anda mengonsumsi makanan siap saji?

a. 2-3 kali per minggu

b. 3-4 kali per bulan

c. 1-2 kali per bulan

d. Tidak Pernah

4. Biasanya kapan saat Anda paling sering mengonsumsi makanan saji (fast

food)? (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Saat makan siang sesudah pulang sekolah 2. Saat pulang les bimbingan

3. Saat ngumpul dengan teman-teman

4. Saat ada traktiran teman yang berulang tahun

5. Lainnya, sebutkan:


(10)

5. Apa yang menjadi pertimbangan Anda untuk mengonsumsi makanan siap saji (fast food)? (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Harganya terjangkau 2. Praktis

3. Tampilannya menarik 4. Rasanya enak

5. Lainnya, sebutkan:

6. Bersama siapakah Anda biasanya mengonsumsi fast food? a. Sendiri

b. Keluarga c. Teman

d. Lainnya, sebutkan: 7. Apakah alasan Anda ingin mengonsumsi fast food?

(jawaban dapat lebih dari satu)

1. Agar terlihat gaul dan tidak ketinggalan jaman 2. Untuk menjaga agar tetap dipandang teman masih mampu untuk

membelinya

3. Ajakan dari orang lain (keluarga, teman, dan lain-lain) 4. Makanan siap saji lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama

menunggu untuk dikonsumsi

5. Makanan siap saji pengganti makanan yang tidak sempat dibawa dari

rumah

8. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai makanan siap saji (fast

food)? (Jawaban dapat lebih dari satu)

1. Buku 2. Koran

3. Poster

4. Majalah 5. Televisi 6. Radio


(11)

67

Universitas Sumatera Utara

7. Internet

8. Lainnya, sebutkan:

9. Apakah ada di sekitar sekolah Anda yang menjual makanan siap saji (fast

food) modern?

a. Ada b. Tidak ada

10.Makanan siap saji yang sering Anda konsumsi di sekolah atau sekitar sekolah adalah... (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Ayam Goreng (fried chicken)

2. Hamburger

3. Pizza

4. Spaghetti

5. Chicken Nugget

6. Sosis

7. Lainnya. Sebutkan

11. Seberapa seringkah Anda melakukan aktivitas fisik atau berolahraga? a. Setiap hari

b. 2-3 kali per minggu c. 1-3 kali per bulan d. Tidak pernah

12. Sebutkan aktivitas fisik atau olahraga yang sering anda lakukan? (jawaban

boleh lebih dari satu)

a. Jogging b. Senam c. Berenang d. Bermain bola e. Gym

f. Lainnya, sebutkan


(12)

(13)

69

Universitas Sumatera Utara


(14)

Lampiran 7

OUTPUT SPSS

ANALISA UNIVARIAT

Kelas Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kelas X 32 48.5 48.5 48.5

Kelas XI 34 51.5 51.5 100.0

Total 66 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 34 51.5 51.5 51.5

Perempuan 32 48.5 48.5 100.0

Total 66 100.0 100.0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15 Tahun 16 24.2 24.2 24.2

16 Tahun 23 34.8 34.8 59.1

17 Tahun 27 40.9 40.9 100.0

Total 66 100.0 100.0


(15)

71

Universitas Sumatera Utara Frekuensi Konsumsi Fast Food

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2-3 kali/minggu 34 51.5 51.5 51.5

3-4 kali/bulan 22 33.3 33.3 84.8

1-2 kali/bulan 10 15.2 15.2 100.0

Total 66 100.0 100.0

Uang Saku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < Rp30.000,00 38 57.6 57.6 57.6

Rp30.000,00-Rp50.000,00 26 39.4 39.4 97.0

> Rp50.000,00 2 3.0 3.0 100.0

Total 66 100.0 100.0

Statistics Berat Badan (kg)

N Valid 66

Missing 0

Mean 58.5152

Median 55.0000

Sum 3862.00

Statistics Tinggi Badan (cm)

N Valid 66

Missing 0

Mean 161.5152

Median 163.0000

Std. Deviation 8.89813

Sum 10660.00


(16)

Statistics Indeks Massa Tubuh (IMT)

N Valid 66

Missing 0

Mean 22.2625

Median 21.5628

Std. Deviation 3.97463

Sum 1469.33

Persentil IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <5 percentile 1 1.5 1.5 1.5

5-85 percentile 47 71.2 71.2 72.7

85-95 percentile 13 19.7 19.7 92.4

>95 percentile 5 7.6 7.6 100.0

Total 66 100.0 100.0

Kelompok IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berat Badan Kurang 1 1.5 1.5 1.5

Normal 47 71.2 71.2 72.7

Berat Badan Berlebih 13 19.7 19.7 92.4

Obesitas 5 7.6 7.6 100.0

Total 66 100.0 100.0


(17)

73

Universitas Sumatera Utara

ANALISA BIVARIAT

Kelas Responden * Jenis Kelamin Crosstabulation Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

Kelas Responden Kelas X Count 14 18 32

% of Total 21.2% 27.3% 48.5%

Kelas XI Count 20 14 34

% of Total 30.3% 21.2% 51.5%

Total Count 34 32 66

% of Total 51.5% 48.5% 100.0%

Uang Saku * Frekuensi Konsumsi Fast Food Crosstabulation

Frekuensi Konsumsi Fast Food Total

2-3 kali/minggu

3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan

Uang Saku < Rp30.000,00 Count 21 8 9 38

% of Total 31.8% 12.1% 13.6% 57.6%

Rp30.000,00-Rp50.000,00 Count 13 13 0 26

% of Total 19.7% 19.7% .0% 39.4%

> Rp50.000,00 Count 0 1 1 2

% of Total .0% 1.5% 1.5% 3.0%

Total Count 34 22 10 66

% of Total 51.5% 33.3% 15.2% 100.0%


(18)

Kelompok IMT * Jenis Kelamin Crosstabulation Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

Kelompok IMT Berat Badan Kurang Count 1 0 1

% of Total 1.5% .0% 1.5%

Normal Count 22 25 47

% of Total 33.3% 37.9% 71.2%

Berat Badan Berlebih Count 7 6 13

% of Total 10.6% 9.1% 19.7%

Obesitas Count 4 1 5

% of Total 6.1% 1.5% 7.6%

Total Count 34 32 66

% of Total 51.5% 48.5% 100.0%

Kelompok IMT * Frekuensi Konsumsi Fast Food Crosstabulation

Frekuensi Konsumsi Fast Food Total

2-3 kali/minggu

3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan

Kelompok IMT Berat Badan Kurang Count 0 1 0 1

% of Total .0% 1.5% .0% 1.5%

Normal Count 26 15 6 47

% of Total 39.4% 22.7% 9.1% 71.2%

Berat Badan Berlebih Count 5 5 3 13

% of Total 7.6% 7.6% 4.5% 19.7%

Obesitas Count 3 1 1 5

% of Total 4.5% 1.5% 1.5% 7.6%

Total Count 34 22 10 66

% of Total 51.5% 33.3% 15.2% 100.0%


(19)

75

Universitas Sumatera Utara Lampiran 8


(20)

Lampiran 9


(21)

77

Universitas Sumatera Utara Lampiran 10


(22)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Allo, B., Syam, A. & Virani, D., 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan

Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Gizi Lebih pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sudirman I Makassar, Makassar: Program Studi Ilmu

Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anonim, 2013. Perkembangan Usaha PT Fast Food Indonesia Tbk. Available from: 2013)

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi

VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. 2nd ed. Jakarta: EGC.

Asmika; Ruhana, Amalia & Febriyani, Mila.2013. Hubungan Daya Tarik Iklan

Fast Food pada Media Massa, Asupan Makan dan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMA Negeri 3 Pontianak.

Malang: Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.

Centers for Disease Control and Prevention, 2011. About BMI for Children and Teens. USA: CDC. Available from:

Collison, K. S. et al., 2010. Sugar-sweetened Carbonated Beverage Consumption

Correlates with BMI, Waist Circumference, and Poor Dietary Choices in School Children, Saudi Arabia: BioMed Central Public Health. Available

from: http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/234. [Accessed 4 April 2013].

Damopolii, W., Mayulu, N. & Masi, G., 2013. Hubungan Konsumsi Fast Food

dengan Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado, Manado: Program


(23)

54

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Drummond, K. E. & Brefere, L. M., 2007. Nutrition for Foodservice and Culinary

Professionals. 6th ed. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.

Fitri, Shinta Junita, 2011. Kebiasaan Konsumsi Fast Food Pada Siswa yang

Berstatus Gizi Lebih di SMA Kartini Batam. Skripsi. Gizi Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah & Pranadji, D. K., 2010. Pangan dalam Era Globalisasi. In: Y. F. Baliwati, A. Khomsan & C. M. Dwiriani, eds. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya, pp. 16-17.

Hayati, Fitria., 2000, Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Konsumsi Fast

Food Waralaba Modern dan Tradisional pada Remaja Siswa SMU Negeri Jakarta Selatan. Skripsi. Gizi Masyarakat Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Heryanti, Evi, 2009. Hubungan Kebiasaan Makan Cepat Saji (Fast Food

Modern), Aktivitas Fisik dan Faktor Lainnya Dengan Status Gizi Mahasiswa Penghuni Asrama UI Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia.

Kumar, Vinay, Abul K. Abbas, dan Nelson Fausto. 2010. Dasar Patologi Penyakit,

ed 7, terj. Luqman Y. R., Frans D., dan Leo R. Jakarta: EGC.

Langellier, B.A., 2012. The Food Environment and Student Weight Status, Los

Angeles County, 2008-2009. Los Angeles: Centers for Disease Control and

Prevention. Available from:

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Patterson, R., Risby, A. & Chan, Mei-Yen., 2012. Consumption of takeaway and

fast food in a deprived inner London Borough: are they associated with childhood obesity?, London: BMJ Open. Available from:

Pratiwi, Ramadani. 2011. The Influence of Predisposing, Enabling and

Reinforcing Factor on Meal Patterns of Senior High Students in Shafiyyatul Amaliyyah Education Foundation in Medan. Tesis. Program Studi S2 Ilmu


(24)

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Rouhani, M. H. et al., 2012. Fast Food Consumption, Quality of Diet, and Obesity

among Isfahanian Adolescent Girls, Isfahanian: Hindawi Publishing

Corporation, Journal of Obesity .

Sadock, B. J. & Sadock, V. A., 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippincott

Williams & Wilkins.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Sihaloho, Neni Maynita. 2012. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pola Pemilihan

Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) pada Pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sumatera Utara.

Sugondo, S., 2010. Obesitas. In: A. W. Sudoyo, ed. Buku Ajar Penyakit Dalam,

Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1973-1977.

Suryaalamsah, Inne Indraaryani. 2009. Konsumsi Fast Food dan Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Kegemukan di SD Bina Insani Bogor. Tesis.

Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suryanti, R., Jafar, N. & Syam, A., 2013. Gambaran Jenis dan Jumla Konsumsi

Fast Food dan Soft Drink pada Mahasiswa Obesitas di Universitas Hasanuddin, Makassar: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Tarigan, Elsa Frida. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sumatera Utara.

Tayem, Y. I. et al., 2012. Prevalence and Risk Factors of Obesity and

Hypertension Among Students at a Central University in the West Bank, West

Bank: Creative Commons Attribution-Noncommercial. Available from: [Accessed 28 Maret 2013]

The Food Monitoring Group, 2012. International Collaborative Project to Compare and Track the Nutritional Composition of Fast Foods, BMC Public


(25)

56

Health. Available from:

[Accessed 4 April 2013].

Tortora, G. J. & Derrickson, B. H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology,

Volume 2-Maintenance and Continuity of the Human Body. 12th ed. USA:

John Wiley & Sons, Inc.

Valery, P. C. et al., 2012. Diet, Physical Activity, and Obesity in School-Aged

Indigenous Youths in Northern Australia, Australia: Hindawi Publishing

Corporation.

Virgianto, G. & Purwaningsih, E., 2006. Consumption of Fast Food as a Risk

Factor of Obesity in 15-17 Years Old Adolescent, Study at SMUN 3 Semarang, Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Wardlaw, G. M., Hampl, J. S. & Disilvestro, R. A., 2004. Perspectives in

Nutrition. 6th ed. New York: McGraw-Hill.


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Indeks Massa Tubuh pada Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat

Saji (Fast Food) Pola Barat

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Grafik Persentil CDC IMT-Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast

Food) Pola Barat


(27)

25

Universitas Sumatera Utara

3.2.Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas maka definisi operasional masing-masing variabel adalah:

1. Makanan cepat saji adalah makanan yang mempunyai kandungan garam, gula, lemak dan kalori tinggi, tetapi kandungan vitaminnya sedikit.

2. Konsumsi makanan cepat saji adalah kebiasaan responden dalam memilih konsumsi fast food berupa jenis fast food yang dikonsumsi dan frekuensinya.

a. Cara Ukur: responden menjawab kuesioner b. Alat Ukur: kuesioner

c. Hasil pengukuran: - kebiasaan buruk (skor > 75%) - kebiasaan sedang (skor 45-75%) - kebiasaan baik (skor <45%) d. Skala: ordinal

3. Indeks massa tubuh adalah rumus matematis yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran meter).

a. Cara ukur: menghitung berat badan (kg) dan tinggi badan (cm), lalu menghitung IMT dengan menggunakan rumus (���= �� (��)

�� (�2)) lalu hasilnya diplotkan ke dalam grafik CDC IMT-Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

b. Alat ukur: berat badan diukur dengan timbangan digital merk Camry dengan ketelitian 0,1 kg dan tinggi badan diukur dengan menggunakan

microtoise merk Gea dengan ketelitian 0,1 cm.

c. Hasil pengukuran:

- BB kurang (< 5 percentile) - Kisaran normal (5-85 percentile) - BB berlebih (85-95 percentile) - Obesitas (≥ 95 percentile)

d. Skala: ordinal


(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional study untuk mengetahui gambaran indeks massa tubuh remaja di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah yang mengonsumsi makanan cepat saji. Studi

cross sectional melakukan observasi pada tiap subjek hanya satu kali dan

pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Sastroasmoro dan Ismael, 2010).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan dengan pertimbangan berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, bahwa letak sekolah sangat strategis yaitu dekat dengan pusat penjualan makanan cepat saji, ditambah lagi dikantin sekolah banyak tersedia makanan cepat saji (hamburger, hot dog, pizza, dan lain-lain).

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-November 2013, setelah mendapat persetujuan dari komisi etik penelitian kesehatan FK USU.

4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berjumlah


(29)

27

Universitas Sumatera Utara

207 orang yang terdiri dari 89 orang kelas X dan 118 orang kelas XI. Kelas XII tidak diikutkan dalam pemilihan responden karena telah mengikuti Ujian Nasional.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari siswa dan siswi SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berusia 15-17 tahun. Besarnya ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Issac & Michael):

� = �� 2

1−�⁄2 � (1− �) (� −1) �2+ �2

1−�⁄2 � (1− �)

Keterangan:

n = besar sampel minimum N = jumlah populasi �2

1−�⁄2 = nilai standar baku normal pada kurva normal (95%= 1,96)

P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi bila tidak diketahui maka ditetapkan 50% (0,5)

d = derajat penyimpangan terhadap populasi, ditetapkan sebesar 10% atau 0,1

Maka:

�= (207) (1,96)

2 (0,5)(10,5) (207−1) (0,1)2+ (1,96)2 (0,5)(10,5)

�= 198,80

2,06 + 0,96

�= 198,80 3,02

�= 65,82

�= 66 orang

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dari 207 siswa didapatkan sampel sebanyak 65,82 atau dibulatkan menjadi 66 orang siswa yang tersebar pada kelas X dan XI. Untuk mengambil sampel dari setiap kelas dilakukan dengan metode


(30)

simple random sampling, yaitu mengambil sampel secara acak atau undian sampai

memenuhi jumlah sampel yang diinginkan (Notoatmodjo, 2010).

4.4.Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur untuk mendapatkan informasi tentang identitas responden (nama, kelas, umur, tinggi badan, berat badan) dan kebiasaan pemilihan konsumsi makanan cepat saji pola barat. Tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise merk Gea dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, berat badan diukur menggunakan timbangan digital merk Camry dengan tingkat ketelitian 0,1 kg.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak sekolah untuk mendapatkan informasi tentang jumlah siswa/i kelas X dan XI, data kesehatan, fasilitas sekolah, kegiatan siswa/i serta gambaran mengenai SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

4.5.Metode Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data sebagai berikut : 1. Pengeditan Data (Editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.

2. Pengkodean Data (Coding)


(31)

29

Universitas Sumatera Utara

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner.

3. Pemasukkan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk disolah dan dianalisis melalui program komputer.

4. Pengecekan Data (Cleaning)

Adalah pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

4.5.2. Analisa Data

Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yang menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan karakteristik responden (umur dan jenis kelamin) dengan penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi.

b. Untuk mendistribusikan gambaran indeks massa tubuh responden dengan penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi.

c. Untuk mendistribusikan kebiasaan pemilihan konsumsi makanan cepat saji pola barat dalam bentuk distribusi frekuensi.


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Lokasi Penelitian

SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan sekolah swasta perguruan Islam yang telah berdiri sejak tahun 2004. Sekolah ini berdiri di tanah yang memiliki luas lebih kurang 3,5 Ha dan beralamat di Jl. Setia Budi No. 191, Kecamatan Medan Sunggal 20132, Sumatera Utara.

SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan sekolah yang memiliki akreditasi A dan diklasifikasikan sebagai sekolah mandiri. Jumlah siswa dan siswi tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 311 orang, yang terdiri dari 89 orang kelas X, 118 orang kelas XI, dan 104 orang kelas XII.

Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah antara lain gedung kantor, gedung belajar yang menggunakan Air Conditioner (AC), masjid, ruang multiguna, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komput er, Laboratorium Matematika, Laboratorium IPA, perpustakaan, ruang audiovisual, wifi area, sarana olahraga dan seni di dalam dan di luar ruangan, studio musik, ruang makan siswa, klub sepak bola, klinik pemeriksaan kesehatan Mitra Bunda, konsultasi psikologi, kantin dan supermarket.

Jam pelajaran sekolah dimulai pada pukul 07.25 WIB sampai pukul 15.30 WIB pada hari Senin sampai hari Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu jam pelajaran dimulai seperti hari biasa dan berakhir pada pukul 12.00 WIB.

SMA Yayasan Shafiyyatul Amaliyyah Medan merupakan salah satu sekolah swasta mandiri yang besar di Medan. Daya beli siswa dan siswi terhadap makanan cepat saji yang tinggi kandungan energi dan lemak tergolong tinggi (fast

food).


(33)

31

Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini berupa jenis kelamin dan umur responden.

a. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden berdasarkan tiap kelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kelas

Jenis Kelamin

n %

Laki-laki Perempuan

n % N %

1. X 14 21,2 18 27,3 32 48,5

2. XI 20 30,3 14 21,2 34 51,5

Jumlah 34 51,5 32 48,5 66 100

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (51,5%) sedangkan responden perempuan sebanyak 32 orang (48,5%). Lalu, responden terbanyak berdasarkan kelas adalah kelas XI yaitu sebanyak 34 responden (51,5%) , sedangkan responden yang berasal dari kelas X sebanyak 32 orang (48,5%).

b. Umur Responden

Dalam penelitian ini umur responden mulai dari umur 15 tahun hingga 17 tahun seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Responden N %

1. 15 Tahun 16 24,2

2. 16 Tahun 23 34,9

3. 17 Tahun 27 40,9

Jumlah 66 100


(34)

Berdasarkan tabel 5.2. respoden terbanyak dalam penelitian ini adalah responden berusia 17 tahun sebanyak 27 orang (40,9%), lalu responden berusia 16 tahun sebanyak 23 orang (34,9%). Sedangkan responden yang paling sedikit adalah berusia 15 tahun sebanyak 16 orang (24,2%).

5.1.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian

Gambaran uang saku responden per hari dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian

Uang Saku Jumlah (n) Persentase (%)

< Rp30.000,00 38 57,6

Rp30.000,00-Rp50.000,00 26 39,4

> Rp50.000,00 2 3,0

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa, responden yang mendapatkan uang saku kurang dari Rp30.000,00 per hari sebanyak 38 orang (57,6%), lalu responden yang mendapatkan uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 adalah sebanyak 26 orang (39,4%). Sedangkan responden yang mendapatkan uang saku lebih dari Rp50.000,00 hanya terdapat 2 orang (3%).

5.1.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat

Gambaran frekuensi responden dalam mengonsumsi fast food pola barat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(35)

33

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat

Frekuensi Jumlah (n) Persentase (%)

2-3 kali per minggu 34 51,5

3-4 kali per bulan 22 33,3

1-2 kali per bulan 10 15,2

Tidak pernah 0 0

Total 66 100

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa frekuensi mengonsumsi fast food terbanyak pada responden penelitian ini adalah sebanyak 2-3 kali per minggu, yaitu sebesar 34 orang (51,5%). Lalu responden yang mengonsumsi fast food sebanyak 3-4 kali per bulan adalah sebesar 22 orang (33,3%) dan 10 orang responden mengonsumsi fast food sebanyak 1-2 kali per bulan. Sedangkan dapat pula dilihat pada tabel 5.4. bahwa tidak terdapat responden yang tidak pernah mengonsumsi fast food dalam penelitian ini.

Tabel 5.5. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Berdasarkan Uang Saku Responden

Frekuensi Uang Saku Responden Total

<Rp30.000,00 Rp30.000,00-Rp50.000,00

>Rp50.000,00

2-3 kali per minggu

n 21 13 0 34

% 61,8 38,2 0 51,5

3-4 kali per bulan

n 8 13 1 22

% 36,4 59,1 4,5 33,3

1-2 kali per bulan

n 9 0 1 10

% 90 0 10 15,2

TOTAL 38 26 2 66

Dapat dilihat dari tabel 5.5. bahwa responden yang mengonsumsi fast food sebanyak 2-3 kali per minggu, terdapat 21 orang (61,8%) diantaranya memiliki


(36)

uang saku di bawah Rp30.000,00 per hari dan 13 orang (38,2%) sisanya memiliki uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari.

Kemudian, dari 22 orang yang mengonsumsi fast food sebanyak 3-4 kali per bulan, terdapat 13 responden (59,1%) yang memiliki uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari, 8 orang (36,4%) memiliki uang saku kurang dari Rp30.000,00 per hari, dan hanya 1 orang (4,5%) yang memiliki uang saku lebih dari Rp50.000,00 per hari.

Terakhir, dari 10 orang yang mengonsumsi fast food 1-2 kali per bulan, 9 orang (90%) responden diantaranya memiliki uang saku kurang dari Rp30.000,00 per hari serta hanya 1 orang (10%) yang memiliki uang saku lebih dari Rp50.000,00 per hari.

5.1.5. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Penelitian

Gambaran indeks massa tubuh (IMT) responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.6. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden*

*diperoleh berdasarkan Grafik Persentil IMT CDC 2000

Berdasarkan tabel 5.6. dapat diperoleh keterangan bahwa kategori IMT terbanyak pada responden penelitian ini adalah dalam kisaran normal, yaitu sebanyak 47 orang (71,2%). Kemudian responden dengan kategori berat badan berlebih (overweight) adalah sebanyak 13 orang (19,7%) dan responden dengan kategori obesitas adalah sebanyak 5 orang (7,6%). Sedangkan responden dengan kategori berat badan kurang (underweight) adalah sebanyak 1 orang (1,5%).

Kategori IMT Jumlah (n) Persentase (%)

Berat Badan Kurang 1 1,5

Kisaran Normal 47 71,2

Berat Badan Berlebih 13 19,7

Obesitas 5 7,6

Total 66 100


(37)

35

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.7. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. IMT

Jenis Kelamin

n %

Laki-laki Perempuan

N % n %

1.

Berat Badan

Kurang 1 2,9 0 0 1 1,5

2. Kisaran Normal 22 64,7 25 78,1 47 71,2

3.

Berat Badan

Berlebih 7 20,6 6 18,8 13 19,7

4. Obesitas 4 11,8 1 3,1 5 7,6

TOTAL 34 51,5 32 48,5 66 100

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa kategori IMT terbanyak pada responden laki-laki adalah dalam kisaran normal yaitu sebanyak 22 orang (64,7%), selanjutnya terdapat 7 orang (20,6%) responden laki-laki dengan berat badan berlebih (overweight), 4 orang (11,8%) dengan kategori obesitas, dan 1 orang (2,9%) dengan kategori berat badan kurang (underweight).

Sedangkan untuk responden perempuan, kategori IMT terbanyak juga dalam kisaran normal, yaitu sebanyak 25 orang (78,1%), lalu terdapat 6 orang (18,8%) responden perempuan dengan berat badan berlebih dan 1 orang (3,1%) responden dengan kategori obesitas.


(38)

Tabel 5.8. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Fast Food

Kategori IMT Frekuensi Konsumsi Fast Food Total

2-3 kali/minggu 3-4 kali/bulan 1-2 kali/bulan Berat Badan

Kurang

n 0 1 0 1

% 0 100 0 1.5

Normal n 26 15 6 47

% 55,3 31,9 12,8 71.2

Berat Badan Berlebih

n 5 5 3 13

% 38,5 38,5 23,1 19.7

Obesitas n 3 1 1 5

% 60 20 20 7.6

TOTAL 34 22 10 66

Pada tabel 5.8. memperlihatkan bahwa dari 47 orang responden dengan IMT normal, 26 orang (55,3%) diantaranya mengonsumsi fast food kira-kira sebanyak 2-3 kali per minggu, 15 orang (31,9%) sebanyak 3-4 kali per bulan, dan 6 orang (12,8%) sebanyak 1-2 kali per bulan.

Kemudian, dari 13 orang responden dengan berat badan berlebih (overweight), terdapat masing-masing 5 orang (38,5%) diantaranya mengonsumsi

fast food kira-kira sebanyak 2-3 kali per minggu dan 3-4 kali per bulan, serta

terdapat pula 3 orang (23,1%) yang mengonsumsi fast food 1-2 kali per bulan. Selanjutnya, dari 5 orang dengan kategori obesitas, terdapat 3 orang (60%) responden yang mengonsumsi fast food 2-3 kali per minggu, dan masing-masing 1 orang (20%) responden yang megonsumsi fast food 3-4 kali per bulan dan 1-2 kali per bulan. Dan terdapat 1 responden dengan berat badan kurang (underweight) yang mengonsumsi fast food 3-4 kali per bulan.

5.1.6. Gambaran Kebiasaan Mengonsumsi Fast Food Pola Barat

Kebiasaan responden dalam mengonsumsi fast food dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(39)

37

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.9. Distribusi Fast Food Pola Barat yang Paling Sering Dikonsumsi

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Jenis Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat yang Sering Dikonsumsi

n % n %

1. Ayam goreng (fried

chicken)

46 69,7 20 30,3 66 100

2. Hamburger 30 45,4 36 54,6 66 100

3. Pizza 17 25,8 49 74,2 66 100

4. Spaghetti 14 21,2 52 78,8 66 100

5. Chicken nugget 38 57,6 28 42,4 66 100

6. Sosis 24 36,4 42 63,6 66 100

7. Lainnya 3 4,5 63 95,5 66 100

Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa ayam goreng (fried chicken) menjadi makanan cepat saji yang paling sering dikonsumsi, yakni dipilih oleh 46 orang responden (69,7%). Kemudian responden yang memilih chicken nugget ada sebanyak 38 orang (57,6%), memilih hamburger ada 30 orang (45,4%), memilih sosis ada 24 orang (36,4%), memilih pizza ada 17 orang (25,8%), memilih spaghetti ada 14 orang (21,2%), serta memilih makanan cepat saji lainnya ada sebanyak 3 orang (4,5%).


(40)

Tabel 5.10. Distribusi Saat Paling Sering Mengonsumsi Fast Food Pola Barat

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Saat Paling Sering Responden

Mengonsumsi Fast Food Pola Barat

n % n %

1. Saat makan siang sesudah pulang sekolah

18 27,3 48 72,7 66 100

2. Saat pulang les bimbingan 5 7,6 61 92,4 66 100 3. Saat ngumpul dengan

teman-teman

45 68,2 21 31,8 66 100

4. Saat ada traktiran teman yang berulang tahun

26 39,4 40 60,6 66 100

5. Lainnya 11 16,7 55 83,3 66 100

Berdasarkan tabel 5.10. dapat diperoleh keterangan bahwa responden memilih saat yang paling sering mengonsumsi makanan cepat saji pola barat adalah saat berkumpul bersama teman-teman, yaitu sebesar 45 orang (68,2%). Lalu ada 26 orang (39,4%) responden yang memilih saat ada traktiran teman yang berulang tahun, 18 orang (27,3%) responden memilih saat makan siang sesudah pulang sekolah, 5 orang (7,6%) memilih saat pulang les bimbingan, dan ada yang memilih saat lainnya seperti saat sarapan pagi, saat bepergian ke mal, saat ada waktu luang dan libur sebanyak 11 orang (16,7%) responden.


(41)

39

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.11. Distribusi Pertimbangan Responden Untuk Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Pertimbangan Responden Untuk Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat

n % n %

1. Harganya terjangkau 14 21,2 52 78,8 66 100

2. Praktis 50 75,8 16 24,2 66 100

3. Tampilan menarik 6 9,1 60 90,9 66 100

4. Rasanya enak 47 71,2 19 28,8 66 100

5. Lainnya 5 7,6 61 92,4 66 100

Dapat dilihat pada tabel 5.11. bahwa yang menjadi pertimbangan responden dalam mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat paling banyak memilih karena praktis yakni sebesar 50 orang (75,8%). Kemudian yang menjawab karena rasanya enak ada sebanyak 47 orang (71,2%), menjawab karena harganya terjangkau ada 14 orang (21,2%), serta 6 orang (9,1%) menjawab karena tampilan dari makanannya yang menarik. Sedangkan ada 5 orang (7,6%) yang memiliki pertimbangan lain seperti alasan karena tidak adanya makanan lain untuk dikonsumsi dan mudahnya akses ke tempat makanan cepat saji.


(42)

Tabel 5.12. Distribusi Alasan Responden Mengonsumsi Makanan Cepat Saji

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Alasan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat

n % n %

1. Agar terlihat gaul dan tidak ketinggalan zaman

3 4,5 63 95,5 66 100

2. Untuk menjaga agar tetap dipandang teman masih mampu untuk membelinya

3 4,5 63 95,5 66 100

3. Ajakan dari orang lain (teman, keluarga, dll)

20 30,3 46 69,7 66 100

4. Makanan cepat saji lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama menunggu untuk dikonsumsi

48 72,7 18 27,3 66 100

5. Makanan cepat saji pengganti makanan yang tidak sempat dibawa dari rumah

32 48,5 34 51,5 66 100

Dapat diperoleh keterangan dari tabel 5.12. bahwa alasan terbanyak responden untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat adalah karena makanan cepat saji lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama menunggu untuk dikonsumsi, yakni dipilih oleh 48 orang responden (72,7%). Kemudian alasan selanjutnya yang dipilih oleh 32 orang responden (48,5%) adalah makanan cepat saji dijadikan pengganti makanan yang tidak sempat dibawa dari rumah, lalu alasan selanjutnya adalah karena diajak oleh orang lain (teman, keluarga, dll) dipilih oleh 20 orang (30,3%). Sedangkan alasan lain seperti agar terlihat gaul dan


(43)

41

Universitas Sumatera Utara

tidak ketinggalan zaman dan untuk menjaga agar tetap dipandang teman masih mampu untuk membelinya masing-masing dipilih oleh 3 orang responden (4,5%).

Tabel 5.13. Distribusi Sumber Informasi Mengenai Makanan Cepat Saji (Fast Food)

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Sumber Informasi Mengenai Makanan Cepat Saji (Fast Food)

N % n %

1. Buku 14 21,2 52 78,8 66 100

2. Koran 20 30,3 46 69,7 66 100

3. Poster 21 31,8 45 68,2 66 100

4. Majalah 23 34,8 43 65,2 66 100

5. Televisi 53 80,3 13 19,7 66 100

6. Radio 12 18,2 54 81,8 66 100

7. Internet 38 57,6 28 42,4 66 100

8. Lainnya 3 4,5 63 95,5 66 100

Berdasarkan tabel 5.13. dapat dilihat bahwa sumber informasi terbanyak yang didapat responden mengenai makanan cepat saji (fast food) berasal dari televisi, yaitu dipilih oleh 53 orang responden (80,3%), kemudian internet dipilih oleh 38 orang (57,6%), majalah oleh 23 orang (34,8%), poster oleh 21 orang (31,8%), koran oleh 20 orang (30,3%), buku oleh 14 orang (21,2%), dan radio dipilih oleh 12 orang (18,2%). Sedangkan ada 3 orang (4,5%) responden yang memperoleh informasi tersebut dari orang lain seperti teman, keluarga dan lain-lain.

5.1.7. Gambaran Aktivitas Fisik Responden

Gambaran aktivitas fisik dalam penelitian ini berupa frekuensi beraktivitas fisik (olahraga) responden dan jenis olahraga yang dilakukan responden.


(44)

a. Frekuensi Beraktivitas Fisik (Olahraga) Responden

Gambaran aktivitas fisik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik/Olahraga Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

No. Frekuensi

Jenis Kelamin

n %

Laki-laki Perempuan

n % n %

1. Setiap hari 5 14,7 1 3,1 6 9,1

2. 2-3 kali per minggu 20 58,8 16 50,0 36 54,6

3. 1-3 kali per bulan 9 26,5 13 40,6 22 33,3

4. Tidak pernah 0 0 2 6,3 2 3,0

TOTAL 34 51,5 32 48,5 66 100

Berdasarkan tabel 5.14. didapati bahwa responden laki-laki paling sering melakukan aktivitas fisik, yaitu terdapat 20 orang (58,8%) responden yang berolahraga 2 sampai 3 kali per minggu, 9 orang (26,5%) berolahraga 1 sampai 3 kali per bulan, dan 5 orang (14,7%) berolahraga setiap hari, serta tidak ada responden laki-laki yang tidak pernah berolahraga.

Sedangkan untuk responden perempuan didapati 16 orang (50%) berolahraga 2 sampai 3 kali per minggu, 13 orang (40,6%) berolahraga 1 sampai 3 kali per bulan, 1 orang (3,1%) responden berolahraga setiap hari, dan terdapat pula 2 orang responden (6,3%) yang tidak pernah berolahraga.


(45)

43

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.15. Gambaran Indeks Massa Tubuh Responden Berdasarkan Frekuensi Berolahraga

Berdasarkan tabel 5.15. dapat diperoleh keterangan bahwa dari 5 orang yang obesitas, 3 orang (60%) diantaranya berolahraga 1-3 kali per bulan dan 2 orang (40%) sisanya berolahraga 2-3 kali per minggu. Lalu pada responden yang memiliki berat badan berlebih, 6 orang (46,2%) diantaranya berolahraga setiap 2-3 kali per minggu, 4 orang (2-30,8%) 1-2-3 kali per bulan, dan 2-3 orang (22-3,1%) berolahraga setiap hari. Selanjutnya pada 27 orang (57,4%) responden dengan IMT normal paling banyak berolahraga setiap 2-3 kali per minggu, 15 orang (31,9%) berolahraga 1-3 kali per bulan, 3 orang (6,4%) berolahraga setiap hari, sedangkan 2 orang (4,3%) sisanya mengaku tidak pernah berolahraga. Dan terakhir, responden dengan berat badan kurang berolahraga setiap 2-3 kali per minggu.

b. Jenis Aktivitas Fisik (Olahraga)

Jenis aktivitas fisik atau olahraga yang sering dilakukan oleh responden penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

IMT

Frekuensi berolahraga Total

Setiap hari

2-3 kali per minggu

1-3 kali per bulan

tidak pernah Berat Badan

Kurang

N 0 1 0 0 1

% 0 100 0 0

Normal N 3 27 15 2 47

% 6.4 57.4 31.9 4.3

Berat Badan Berlebih

N 3 6 4 0 13

% 23.1 46.2 30.8 0

Obesitas N 0 2 3 0 5

% 0 40.0 60.0 0


(46)

Tabel 5.16. Distribusi Jenis Aktivitas Fisik Responden Penelitian

No. Pertanyaan dan Jawaban Ya Tidak

N %

Jenis aktivitas

fisik/olahraga n % n %

1. Jogging 28 42,4 38 57,6 66 100

2. Senam 16 24,2 50 75,8 66 100

3. Berenang 23 34,8 43 65,2 66 100

4. Sepak bola 25 37,9 41 62,1 66 100

5. Gym 4 6,1 62 93,9 66 100

6. Lainnya 7 10,6 59 89,4 66 100

Dari tabel 5.16. dapat diperoleh keteranngan bahwa jogging adalah jenis olahraga yang paling sering dilakukan oleh responden penelitian ini, yaitu dipilih oleh 28 orang (42,4%), selanjutnya 25 orang (37,9%) memilih sepak bola, 23 orang (34,8%) memilih berenang, 16 orang (24,2%) memilih senam, sedangkan gym dipilih oleh 4 orang (6,1%) responden. Terdapat pula 7 orang responden memilih olahraga jenis lain, seperti bersepeda, tenis meja, dan menari.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar remaja di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang normal yaitu 71,2% responden. Selanjutnya terdapat pula responden yang memiliki berat badan berlebih (overweight) sebanyak 19,7% dan obesitas 7,6% serta 1 orang responden yang memiliki berat badan kurang (underweight) dari keseluruhan total responden. Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa masalah gizi masih menjadi masalah utama di Indonesia, tidak hanya berat badan berlebih dan obesitas, namun banyak pula masyarakat Indonesia yang masih memiliki berat badan yang kurang atau underweight.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk umur diatas 15 tahun adalah


(47)

45

Universitas Sumatera Utara

19,1% (8,8% berat badan lebih dan 10,3% obesitas), menurut jenis kelamin menunjukkan, bahwa prevalensi nasional obesitas umum pada laki-laki umur diatas 15 tahun adalah 13,9%, sedangkan pada perempuan adalah 23,8% (Riskesdas, 2007). Prevalensi obesitas meningkat pada tahun 2010 menjadi 21,7% (10,0% berat badan lebih dan 11,7% obesitas) (Riskesdas, 2010). Para ahli percaya jika kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3 miliar orang dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan obesitas. Skala masalah obesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi individu dan sistem kesehatan pemerintah (Soeria, 2013) yang diacu dalam (Damopolii, dkk, 2013). Sedangkan secara nasional menurut (Riskesdas, 2010) prevalensi kekurusan pada remaja umur 16-18 tahun adalah 8,9 persen terdiri dari 1,8 persen sangat kurus dan 7,1 persen kurus.

Selanjutnya, dapat dilihat bahwa dari 38,5% remaja dengan berat badan berlebih dan 60% remaja dengan obesitas sangat sering mengonsumsi fast food yaitu 2-3 kali per minggu. Hal ini sesuai pula dengan penelitian (Virgianto, 2005) bahwa semakin besar asupan kalori total, semakin besar pula kemungkinan terjadinya obesitas. Ini memperkuat pernyataan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa peningkatan masukan energi dan konsumsi makanan memberikan kontribusi besar untuk terjadinya obesitas. Walaupun kejadian obesitas ini turut berhubungan dengan ada atau tidaknya aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur oleh remaja tersebut.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan remaja, meningkatnya partisipasi dalam kehidupan sosial, aktivitas remaja dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut (Worthiton-Robert, 1996). Biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar rumah, seperti fast food.

Uang saku merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi daya beli, terutama daya beli terhadap pangan. Uang saku yang besar akan meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli (Suryaalamsah, 2009). Dari tabel 5.3. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (57,6%) mendapatkan uang saku di bawah Rp30.000,00 per hari dan 39,4% responden


(48)

mendapatkan uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari. Sedangkan berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa 61,8 % responden yang mengonsumsi fast food dua sampai tiga kali per minggu memiliki uang saku dibawah Rp30.000,00 per hari dan 38,2% sisanya memiliki uang saku memiliki uang saku antara Rp30.000,00 sampai Rp50.000,00 per hari. Uang saku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi keinginan responden dalam mengonsumsi apa yang mereka inginkan, salah satunya yaitu konsumsi makanan cepat saji pola barat (fast food). Menurut Pratiwi (2011), besarnya uang saku yang diberikan kepada siswa dan kurangnya kontrol dari orang tua mengakibatkan siswa sering mengonsumsi makanan cepat saji yang dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan mereka di masa yang akan datang.

Dalam penelitian ini, 51,5% responden mengonsumsi fast food dua sampai tiga kali per minggu. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2008) didapatkan hasil frekuensi konsumsi fast food remaja SMA Depok lebih dari dua kali per minggu sebanyak 36,1% dan didukung pula oleh hasil penelitian Risa, dkk (2009) pada remaja di Palembang bahwa sebagian besar (52,2%) dari remaja tersebut mengonsumsi fast food bisa lebih dari tiga kali per minggu. Kecenderungan dalam mengonsumsi fast food terlalu sering dapat menimbulkan ketidakseimbangan gizi yang berakibat terjadinya gizi berlebih atau obesitas (Asmika, dkk, 2011). Selanjutnya dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yang tidak pernah mengonsumsi makanan cepat saji, ini mengindikasikan bahwa makanan cepat saji masih menjadi makanan yang paling digemari dikalangan remaja, mungkin karena para remaja tersebut belum memahami dampak dari seringnya mengonsumsi makanan tersebut.

Fried chicken menjadi yang paling banyak dipilih oleh responden (69,7%)

serta chicken nugget 57,6% sebagai jenis makanan cepat saji yang paling sering dikonsumsi. Sesuai dengan penelitian Suryaalamsah (2009) bahwa fried chicken juga dipilih sebagai jenis fast food yang paling sering dikonsumsi pada 58,3% responden dengan berat badan normal maupun gemuk. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh bahan baku dan proses pengolahannya. Fried chicken berbahan baku ayam broiler dan diolah dengan cara digoreng. Jenis fast food yang diolah


(49)

47

Universitas Sumatera Utara

dengan cara digoreng akan lebih banyak menyerap minyak daripada yang diolah dengan cara dipanggang, lalu penambahan tepung terigu dan bumbu-bumbu membuat fried chicken memiliki cita rasa yang lebih gurih dan renyah, tetapi tinggi kalori, lemak, kolesterol dan garam serta sangat miskin serat, sehingga diduga dapat mempengaruhi profil lipidnya, walaupun hal ini tidak diteliti dalam penelitian ini. Oleh karena itu diperlukan konsumsi serat sebagai tambahan untuk mengimbangi tingginya kolesterol dalam darah (Virgianto, 2005). Walaupun demikian, masih dalam penelitian Virgianto tahun 2005 menyatakan bahwa variasi jenis makanan cepat saji bukanlah faktor risiko untuk terjadinya obesitas, ini disebabkan yang mempengaruhi obesitas adalah jumlah masukan kalori, bukan jenis makanannya. Berbeda dengan yang ditemukan Padmiari dan Haman Hadi (2001) bahwa ada hubungan antara jenis makanan cepat saji yang dikonsumsi dengan kejadian obesitas pada kelompok umur yang berbeda. Ini mungkin disebabkan karena sumbangan kalori sangat bervariasi terhadap asupan total harian yang bergantung pada jenis makanan cepat saji tersebut.

Pada tabel 5.10. dapat dilihat bahwa saat paling sering responden mengonsumsi fast food adalah saat berkumpul bersama teman-temannya, sehingga teman merupakan pengaruh terbesar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan. Hal ini sesuai dalam penelitian Patterson (2011) diperoleh lebih dari dua pertiga responden dalam penelitian tersebut setuju bahwa salah satu alasan mereka mengonsumsi fast food adalah karena teman-temannya. Remaja adalah masa transisi antara kehidupan anak menjadi dewasa, mereka sudah memasuki tahap independensi (kebebasan) dalam berinteraksi dan bergaul dengan lingkungan sosial yang menyebabkan remaja menjadi lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman-temannya.

Dari hasil penelitian ini didapatkan 75,8% responden mempertimbangkan untuk mengonsumsi makanan cepat saji karena praktis dan 71,2% responden memilih karena rasanya yang enak. Rasa yang enak ini diduga karena kandungan lemak dan garam yang tinggi dari bahan-bahan penyusun fast food. Makanan cepat saji merupakan makanan yang lebih cepat dan praktis sehingga tidak lama menunggu untuk dikonsumsi. Hasil ini serupa dengan penelitian Sihaloho (2012)


(50)

yang sebagian besar dari respondennya (75,4%) memilih hal yang sama dengan penelitian ini. Dengan pengolahan yang cenderung cepat dan bersih karena menggunakan tenaga mesin, restoran yang mudah ditemukan serta pelayanannya yang selalu ada setiap saat, bagaimanapun cara memesannya, menjadikan fast

food atau ready-to-eat-food sebagai pilihan utama orang tua yang sibuk atau

konsumsi ketika menghabiskan waktu bersama keluarga pada masyarakat modern. Informasi sangat menentukan bagi konsumen menjatuhkan pilihan pada produk yang akan dibelinya. Sumber informasi yang berkenaan dengan makanan dapat berupa iklan dan promosi di media cetak maupun media elektronik, pengalaman masa lalu, dan pengaruh lingkungan sosial terdekat yang sering dijumpai. Dalam penelitian ini, responden memilih televisi (80,3%) dan internet (57,6%) sebagai sumber informasi terbanyak mengenai makanan cepat saji. Menonton televisi merupakan kegiatan di saat santai yang disukai oleh semua orang dari mulai balita, anak-anak, sampai orang dewasa. Iklan-iklan yang ditampilkan di sela-sela acara televisi disajikan sedemikian rupa agar menarik penontonnya (Suryaalamsah, 2009). Sesuai dengan penelitian Budiono dan Mardiana (2006) diperoleh rata-rata remaja yang melihat televisi lebih dari 5 jam sehari, sebagian dari mereka memiliki 10% asupan kalori yang lebih tinggi daripada orang yang telah menghabiskan waktu kurang dari 2 jam sehari ditelevisi. Sedangkan dalam penelitian Risa, dkk (2009) disalah satu SMA di Palembang didapatkan data 77,2% siswa menggunakan media elektronik sebagai sumber informasi iklan dan 22,8% sisanya menggunakan media cetak sebagai sumber informasi melihat iklan.

Menurut Triwinarto (2007) dalam Allo (2013) aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka sebagai suatu pegeluaran tenaga (dinyatakan kilo-kalori), yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara teratur. Pada tabel 5.14. diperoleh bahwa laki-laki lebih sering melakukan aktivitas fisik dibanding wanita, yaitu sekitar 58,8% responden laki-laki berolahraga setiap 2-3 kali per minggu, dan tidak ada responden laki-laki yang


(51)

49

Universitas Sumatera Utara

tidak pernah berolahraga. Hal ini diduga bahwa laki-laki lebih bersifat atletis dan lebih gemar berolahraga dibanding perempuan sehingga laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dan massa lemak yang lebih sedikit dibanding perempuan.

Pada tabel 5.16. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki berat badan berlebih dan obesitas cenderung memiliki aktivitas fisik lebih sedikit dibanding dengan responden dengan IMT yang normal. Enam puluh persen dari responden yang obesitas jarang berolahraga yakni hanya setiap 1-3 kali per bulan. Sedangkan jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai maka secara berkelanjutan dapat mengakibatkan obesitas. Kemudian dapat disimpulkan pula olahraga yang paling sering dipilih oleh responden adalah jogging, hal ini mungkin disebabkan oleh jogging yang merupakan olahraga termudah dan paling efisien untuk dilakukan oleh para remaja, karena jogging tidak memerlukan alat olahraga apapun.

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja, berdasarkan penelitian ini dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden terdapat 27,3% responden yang mengalami obesitas dan berat badan berlebih, dan 38,9%-nya jarang sekali melakukan aktivitas fisik yaitu hanya berkisar 1-3 kali per bulan sedangkan yang melakukan aktivitas fisik setiap hari hanya 16,7% responden dari keseluruhan responden yang obesitas dan memiliki berat badan berlebih.

Selain aktivitas fisik, terdapat juga banyak bukti yang menunjukkan bahwa komponen genetik turut berperan dalam kejadian obesitas dalam keluarga, seperti adanya mutasi pada gen yang mengode leptin, leptin receptor, melanocortin-4

receptor, dan proopionelanocortin (Echwald, et al, 2002). Dalam penelitian yang

sama (Echwald, et al, 2002), menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara isoenzim HSD11B1 (11β-hydroxysteroid dehydrogenase), yang

mengkatalisasikan perubahan secara hormonal pada kortisol (cortisol) yang aktif dan kortison (cortisone) yang inaktif, dengan gen-gen lain yang menjadikannya faktor predisposisi terhadap fenotip obesitas sentral, walaupun peran HSD11B1 ini bukanlah faktor utama dalam kerentanan genetik untuk obesitas. Dari data didapatkan hubungan lokus HSD11B1 dalam meningkatkan rasio W:H (waist to


(52)

hip ratio), terutama pada wanita, dan ini mendukung peran aktivasi

glukokortikoid melalui 11β-HSD1 tersebut untuk meregulasi distribusi jaringan adiposit dalam tubuh.


(53)

51

Universitas Sumatera Utara

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pembahasan tentang gambaran indeks massa tubuh (IMT) remaja usia 15-17 tahun yang mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar remaja di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang normal. Sehingga makanan cepat saji bukanlah prediktor utama yang mempengaruhi peningkatan IMT, asupan energi yang seimbang, aktivitas fisik serta pengaruh genetik diduga turut berperan.

2. Sebagian besar responden tergolong sering mengonsumsi fast food pola barat dengan frekuensi berkisar 2-3 kali per minggu dan tidak ada responden yang tidak pernah mengonsumsi fast food.

3. Fried chicken dan chicken nugget menjadi jenis fast food yang paling

sering dikonsumsi.

4. Konsumsi makanan cepat saji menjadi pilihan para remaja karena cepat, praktis dan cita rasanya yang enak, serta dipengaruhi pula oleh dorongan dari teman-temannya.

6.2. Saran

1. Bagi pihak sekolah SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan diharapkan melakukan pendekatan kepada pelajar mengenai dampak dari konsumsi fast food yang berlebihan serta konseling mengenai perilaku konsumsi fast food agar dapat mengurangi konsumsi fast food dan menggantinya dengan berbagai jenis makanan yang lebih sehat dan bergizi.


(54)

2. Bagi para orang tua disarankan untuk lebih memperhatikan kebiasaan makan anak, dan perlu diajarkan mengenai gaya hidup sehat melalui konsumsi makanan bergizi seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan nutrisurvey pada setiap jenis makanan cepat saji pola barat serta meneliti bagaimana profil lipid dan tekanan darah para pelajar yang memiliki IMT berlebih karena kemungkinan para remaja tersebut sudah mengalami sindroma metabolik.


(55)

5

Universitas Sumatera Utara

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Istilah fast food pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar tahun 1950-an dan pelajar merupakan konsumen terbanyak yang memilih menu

fast food. Fast food dipilih karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk

menyiapkan makanannya sendiri (Fitri, 2011).

Menurut Hayati (2000) yang dikutip dalam Fitri (2011), secara umum produk fast food dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produk fast food yang berasal dari Barat dan lokal. Fast food yang berasal dari Barat sering juga disebut

fast food modern, seperti fried chicken, hamburger, french fries, pizza, dan

sebagainya. Sedangkan fast food lokal sering disebut dengan istilah fast food tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda, dan lain-lain.

Makanan cepat saji modern (fast food) adalah jenis makanan yang mudah disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Sihaloho, 2012).

Menurut Khomsan (2002), fast food dikatakan negatif karena ketidakseimbangannya (dari segi porsi serta komposisi sayuran sehingga miskin akan vitamin dan mineral), tinggi garam, dan rendah serat (merupakan faktor pemicu munculnya penyakit hipertensi), serta sumber lemak dan kolesterol (mengandalkan pangan hewani ternak sebagai menu utama). Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan harian. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi dalam tubuh seseorang dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, berupa tekanan darah tinggi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan diabetes melitus, serta obesitas (Novitasari, 2005).


(56)

Fast food cenderung lebih padat energi, kaya akan sumber asam lemak

jenuh (saturated fatty acids) dan asam lemak trans (trans fatty acids), garam, rendah mikronutrien dan dikonsumsi dalam porsi yang cukup besar dibandingkan makanan lain. Sebagai konsekuensi langsung, konsumsi berlebihan dari fast food dihubungkan dengan peningkatan risiko berat badan berlebih (overweight) dan obesitas. (The Food Monitoring Group BMC Public Health, 2012).

Berat badan berlebih pada anak meningkatkan risiko obesitas saat dewasa, hal ini terjadi karena terdapat peningkatan dari sel lemak (fat cell) pada jaringan adiposit terutama di jaringan adiposit viseral dan juga berisiko untuk berkembangnya penyakit kronik lainnya. Adanya akses terhadap makanan berenergi padat yang tinggi lemak (energy-dense high-fat) dan makanan-makanan asin (salty foods) disertai minuman ringan yang manis (sweetened soft drinks) di sekolah, kampus, rumah dan di gerai-gerai makanan cepat saji (fast food), menandai peningkatan masukan energi anak dan remaja yang dapat mendorong terjadinya obesitas. Anak dan remaja ini tiga kali lebih sering makan makanan yang berasal dari restoran dan outlet fast food sekarang ini dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu. Ini mungkin dikarenakan makanan-makanan tersebut relatif murah, mudah diakses, banyaknya iklan makanan dan dengan orang tua yang sibuk berkerja sehingga tidak memiliki waktu untuk memasak bagi keluarga (Patterson, dkk, 2011).

Berikut ini adalah makanan cepat saji modern yang paling populer di seluruh dunia yang berasal dari beberapa negara, dikutip dari Sihaloho (2012), diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Hamburger

Hamburger (atau seringkali disebut dengan burger) adalah sejenis makanan

berupa roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan

patty yang biasanya diambil dari daging, kemudian sayur-sayuran berupa

selada, tomat dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger diberi berbagai jenis saus seperti mayones, saus tomat dan sambal.


(57)

7

Universitas Sumatera Utara

Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti sosis.

2. Pizza

Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain sesuai selera. Pizza pertama kali populer di negara Italia.

3. French fries (kentang goreng)

French fries adalah hidangan yang dibuat dari potongan-potongan kentang

yang digoreng dalam minyak goreng panas. French fries berasal dari negara Belgia. Kentang goreng bisa dimakan begitu saja sebagai makanan ringan, atau sebagai makanan pelengkap hidangan utama. Kentang goreng memiliki kandungan glukosa dan lemak yang cukup tinggi.

4. Fried Chicken (ayam goreng)

Fried Chicken atau ayam goreng pada umumnya jenis makanan siap saji yang

umum dijual di restoran makanan siap saji. Fried chicken umumnya memiliki protein, kolesterol dan lemak.

5. Spaghetti

Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah populer di Indonesia. Spaghetti

adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-12 menit di dalam air mendidih dengan tambahan daging diatasnya.

6. Fish and Chips

Fish and chips adalah sebuah nama makanan Barat yang terdiri dari kombinasi

antara ikan dan kentang goreng. Rakyat Inggris dan Irlandia menyebutnya dengan istilah ‘chippies’ atau ‘chipper’, dan merupakan menu makan siang murah meriah di kalangan pekerja.

7. Sushi

Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama

lauk berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Sushi juga sudah populer di masyarakat Indonesia.

8. Hot Dog

Hot dog merupakan makanan siap saji berupa sosis yang diselipkan dalam roti. Mustard, saus tomat, bawang dan mayonaise dapat melengkapi isiannya.


(58)

Masih banyak yang termasuk jenis makanan cepat saji (fast food) modern diantaranya menurut Peter dalam Ade (2011), yaitu the torpedo roll, the pizza pie,

chili con carne, tortillas, club sandwich, sourthen fried chicken, bacon, lettuce and tomato sanwiches, grilled cheese sandwich, dan open beef sandwich. Namun

belum ditemukan referensi mengenai apa saja yang termasuk makanan cepat saji (fast food) lokal yang berada di Indonesia.

Berikut ini gambaran kandungan nilai gizi dari beberapa jenis makanan cepat saji yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena pengaruh tren globalisasi (dikutip dari Tarigan, 2012):

1. Komposisi gizi Pizza (100 g):

Kalori (483 KKal), Lemak (48 g), Kolesterol (52 g), Karbohidrat (3 g), Gula (3 g), Protein (3 g).

2. Komposisi gizi Hamburger (100 g):

Kalori (267 KKal), Lemak (10 g), Kolesterol (29 mg), Protein (11 g), Karbohidrat (33 g), Serat kasar (3 g), Gula (7 g).

3. Komposisi gizi Donat (I bh = 70 g):

Kalori (210 Kkal), Lemak (8 g), Karbohidrat (32 g), Serat kasar (1 g), Protein (3 g), Gula (11 g), Sodium (260 mg).

4. Komposisi gizi Fried Chicken (100 g):

Kalori (298 KKal), Lemak (16,8 g), Protein (34,2 g), Karbohidrat (0,1 g). 5. Chicken nugget 6 potong: 250 kalori

6. Komposisi chicken nugget:

protein 15,5%, lemak 9,7%, karbohidrat 66,7%

7. Kentang goreng mengandung 220 kalori (Muliany, 2005).

2.2. Aspek Sosio-Kultural Makanan

Pemilihan akan makanan yang dikomsumsi tidak terlepas dari peranan makanan itu sendiri. Kecuali peranan biologik, yaitu untuk memenuhi rasa lapar, makanan mempunyai peranan sosio-kultural. Den Hartog, Hautvast, dan den Hartog (1980) dalam Almatsier (2009) mengelompokkannya sebagai berikut:


(59)

9

Universitas Sumatera Utara

1. Fungsi kenikmatan atau Gastronomik

Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan makanan berbeda dari satu bangsa ke bangsa yang lain, dan dari satu daerah/suku ke daerah/suku lain. Makanan di negara tropik berbeda dengan di negara dengan empat musim.

Di Indonesia, kesukaan makanan antardaerah/suku juga banyak berbeda. Sebagai contoh, sudah terkenal bahwa makanan di Sumatra, khususnya di Sumatra Barat, lebih pedas daripada makanan di Jawa, khususnya Jawa Tengah yang suka makanan manis.

Secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera atau cita rasa/inderawi, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu, dan tekstur.

2. Makanan untuk Menyatakan Jati Diri

Makanan sering dianggap sebagai bagian penting untuk menyatakan jati diri seseorang atau sekelompok orang. Di Jepang misalnya, ikan mentah/sushi merupakan makanan terhormat untuk disajikan kepada tamu-tamu. Di sebagian Sumatra, daging dianggap sebagai makanan berprestise. Amatlah memalukan bila kepada tamu tidak dapat menghidangkan daging. 3. Fungsi Komunikasi

Makanan merupakan media penting dalam upaya manusia berhubungan satu sama lain. Di dalam keluarga kehangatan hubungan antar anggotanya terjadi pada waktu makan bersama. Begitupun di antara keluarga besar diupayakan pertemuan secara berkala dengan makan-makan untuk memelihara dan mempererat hubungan silahturahmi. Antartetangga sering dilakukan tukar-menukar makanan. Dalam bisnis, kesepakatan sering diperoleh dalam suatu jamuan makan di restoran atau di tempat makan lain. Pesta-pesta makan sering diselenggarakan untuk menghormati seseorang, sekelompok orang, atau untuk merayakan suatu peristiwa penting. Banyak waktu dan uang digunakan untuk mengusahakan agar makanan yang disajikan memenuhi selera tamu-tamu yang diundang. Ini sering berakibat seseorang mengeluarkan uang melebihi kemampuannya.


(60)

4. Fungsi Status Ekonomi

Makanan sering digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi. Semua budaya mempunyai makanan yang dianggap berprestise. Makan beras dianggap lebih berprestise daripada makan jagung dan umbi-umbian. Oleh karena itu, disamping karena pertambahan penduduk, konsumsi beras di Indonesia semakin hari semakin bertambah sehingga menjadi masalah dalam pengadaannya. Beras putih dianggap lebih berprestise daripada beras tumbuk, padahal beras tumbuk mengandung lebih banyak zat-zat gizi daripada beras giling. Di negara industri, roti putih dulu dianggap lebih bergengsi daripada roti yang berwarna kecoklatan (dibuat dari tepung gandum yang tidak sempurna penggilingannya). Akan tetapi sekarang, karena kesadaran gizi sudah semakin besar, banyak orang memilih memakan roti berwarna kecoklatan (brown bread) tersebut.

5. Simbol Kekuasaan

Melalui makanan seseorang atau sekelompok masyarakat dapat menunjukkan kekuasaan terhadap orang atau kelompok masyarakat lain. Majikan memberikan makanan yang berbeda daripada yang ia makan kepada bawahan/pembantunya. Memberi makanan yang berkualitas rendah dalam jumlah yang tidak mencukupi kepada orang tahanan merupakan sebagian dari hukumannya. Dalam keadaan bermusuhan suatu negara menetapkan embargo bahan pangan terhadap negara musuhnya. 6. Fungsi Religi, Magis, dan lain-lain.

2.3. Remaja

2.3.1. Pengertian dan Perkembangan Remaja

Remaja adalah masa transisi antara kehidupan seorang anak menjadi dewasa. Ada beberapa pandangan berbeda dalam menentukan batasan usia remaja. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas usia remaja adalah 10-20 tahun. Sedangkan dalam Sadock (2007), membedakan masa remaja menjadi tiga


(61)

11

Universitas Sumatera Utara

bagian, yaitu remaja awal yang berusia 12-14 tahun, remaja pertengahan berusia 14-16 tahun, dan remaja akhir yang berusia 17-19 tahun.

WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual yang dikutip dari Sarwono (2000) dalam Pratiwi (2011). Definisi tersebut dikemukakan dalam 3 kriteria, yaitu: biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi remaja adalah suatu masa dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seks sekundernya sampai ia mencapai matang seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Dalam Sadock (2007), awal dari masa remaja ini ditandai dengan pubertas, yang merupakan proses perkembangan fisik dan reproduksi, baik primer maupun sekunder, seorang anak menjadi dewasa. Laju pertumbuhan anak, baik perempuan maupun lelaki, hampir sama cepatnya sampai pada usia 9 tahun. Selanjutnya, antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan lebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi; sementara anak lelaki baru dapat menyusul dua tahun kemudian. Pubertas dimulai sekitar umur 10-11 tahun untuk anak perempuan dan 12-13 tahun untuk anak laki-laki. Waktu pubertas dan laju pertumbuhan pada anak sangat bervariasi. Selama lima sampai tujuh tahun perkembangan pubertas, berat badan remaja mencapai sekitar 20 persen dari berat badan dewasa dan 50 persen dari berat badan dewasa ideal. Hampir seluruh organ tubuh ukurannya bertambah dua kali lipat dari ukuran sebelumnya, dan hampir setengah dari pertumbuhan tulang total terjadi (Arisman, 2010)

Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Masa ini merupakan sebuah dunia yang “lengang” dan rentan


(62)

dalam artian fisik, psikis, sosial, dan gizi. Pertumbuhan yang disertai dengan perubahan fisik, memicu berbagai kebingungan (Arisman, 2010).

Masa remaja adalah periode kritis dalam perjalanan kehidupan manusia, karena pada saat itulah individu mulai mengembangkan sikap mental dan identitas dirinya, dimana seseorang mulai berinteraksi dengan lebih banyak pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan perilaku. Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan makan remaja. Remaja menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan dimakannya, selain itu remaja juga sering mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah fast food (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).

2.3.2. Masalah Gizi Remaja

Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi remaja. Disamping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alkohol dan rokok serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal, masalah gizi remaja serupa atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan (Arisman, 2010).

Menurut Wardlaw (2004), banyak remaja perempuan yang berhenti meminum susu, sehingga mereka tidak mengonsumsi cukup kalsium yang berguna untuk memaksimalkan mineralisasi tulang mereka. Asupan kalsium yang cukup untuk lelaki dan perempuan antara usia 9 dan 18 tahun adalah 1300 mg per hari, dibandingkan dengan 800 mg per hari untuk anak-anak yang lebih muda. Sedangkan menurut Arisman (2010), remaja tidak setiap hari makan buah dan sayur, sementara kudapan asin dan manis (70%) dimakan beberapa kali (sepertiga dari mereka) setiap hari. Survei Departemen Pertanian Amerika Serikat (1995) membuktikan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun, hanya mengonsumsi 777 mg kalsium sehari.


(63)

13

Universitas Sumatera Utara

Masalah selanjutnya adalah defisiensi zat besi. Anemia defisiensi besi beberapa kali muncul pada remaja wanita setelah mereka mulai menstruasi (menarche) dan pada remaja lelaki muncul selama percepatan pertumbuhan mereka. Sekitar 10% remaja memiliki simpanan besi yang rendah atau berhubungan dengan anemia. Penting bagi remaja untuk memilih makanan baik yang mengandung zat besi, seperti daging tanpa lemak, biji-bijian, dan sereal. Remaja wanita, khususnya yang memilki siklus menstruasi yang berat, membutuhkan konsumsi makanan yang kaya akan zat besi (atau secara teratur mengonsumsi suplemen besi). Defisiensi besi merupakan kondisi yang sangat merugikan untuk remaja. Masalah ini dapat menyebabkan kelelahan (fatigue) dan menurunkan kemampuan untuk berkonsentasi dan belajar di sekolah (Wardlaw, 2004).

Salah satu masalah serius yang bersifat universal kini adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi secara berlebihan. Makanan ini meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak mengandung gula serta lemak, disamping zat aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat (gula, lemak, dan aditif secara berlebihan) ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini (Arisman, 2010).

Pada penelitian Patterson (2011) di London didapati kemungkinan alasan-alasan mengapa mereka senang membeli makanan dan minuman dari outlet fast

food atau takeaway outlets. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa pengaruh teman sebaya menjadi faktor penting yang signifikan dan potensial mempengaruhi frekuensi konsumsi, dimana ini menjadi gengsi tersendiri bagi para remaja. Kemudian rasa dan akses yang cepat menjadi dua alasan populer lainnya. Pada laporan sebelumnya juga ditemukan bahwa mereka menikmati rasa dari makanan tersebut. Rasa mungkin dapat dihubungkan dengan kandungan tinggi lemak dan garam pada produk ini.


(1)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24

3.2. Definisi Operasional ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian ... 26

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian... 26

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 26

4.2.2. Waktu Penelitian ... 26

4.3.Populasi dan Sampel ... 26

4.3.1. Populasi ... 26

4.3.2. Sampel ... 27

4.4.Metode Pengumpulan Data ... 28

4.5.Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 28

4.6.1 Pengolahan Data ... 28

4.6.2. Analisa Data ... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2. Karakteristik Responden ... 31

5.1.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian ... 32

5.1.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat ... 32

5.1.5. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Penelitian 34 5.1.6. Gambaran Kebiasaan Mengonsumsi Fast Food Pola Barat .. 36

5.1.7. Gambaran Aktivitas Fisik Responden ... 41

5.2. Pembahasan ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 51

6.2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Kecukupan Energi dan Protein Rata-rata yang

Dianjurkan pada Remaja ... 16

Tabel 2.2. Kategori Status Berat Badan dan Persentil Menurut IMT-berdasarkan Umur ... 22

Tabel 2.3. Klasifikasi IMT menurut kriteria Asia Pasifik ... 23

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 31

Tabel 5.3. Gambaran Uang Saku Responden Penelitian ... 32

Tabel 5.4. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Pola Barat ... 33

Tabel 5.5. Gambaran Frekuensi Konsumsi Fast Food Berdasarkan Uang Saku Responden ... 33

Tabel 5.6. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden ... 34

Tabel 5.7. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Tabel 5.8. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Fast Food ... 36

Tabel 5.9. Distribusi Fast Food Pola Barat yang Paling Sering Dikonsumsi ... 37


(3)

Tabel 5.10. Distribusi Saat yang Paling Sering Mengonsumsi Fast

Food Pola Barat ... 38

Tabel 5.11. Distribusi Pertimbangan Responden Untuk Mengonsumsi Fast Food Pola Barat ... 39 Tabel 5.12. Distribusi Alasan Responden Mengonsumsi Makanan Cepat Saji ... 40 Tabel 5.13. Distribusi Sumber Informasi Mengenai Fast Food ... 41 Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik/Olahraga Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 42 Tabel 5.15. Gambaran Indeks Massa Tubuh Responden Berdasarkan

Frekuensi Berolahraga ... 43 Tabel 5.16. Distribusi Jenis Aktivitas Fisik Responden Penelitian ... 44


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Sirkuit Neurohormonal di Hipotalamus yang

Mengatur Keseimbangan Energi 20 Gambar 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Indeks Massa Tubuh

pada Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi


(5)

DAFTAR SINGKATAN

AAP American Academy of Pediatrics

AKG Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan CDC Centers for Disease Control and Prevention

DNA Deoxyribonucleic Acid

IMT Indeks Massa Tubuh

MSH Melanocyte-Stimulating Hormone

NCHS Nutrition Community Health Survey

NPY Neuropeptida Y

RDA Recommended Daily Allowances

RNA Ribonucleic Acid

SMA Sekolah Menengah Atas

WHO World Health Organization


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia Lampiran 2 Grafik Persentil CDC IMT-berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin

Lampiran 3 Lembar Penjelasan kepada Calon Responden Penelitian Lampiran 4 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 Master Data Hasil Penelitian

Lampiran 7 Output SPSS

Lampiran 8 Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Lampiran 9 Lembar Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah


Dokumen yang terkait

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

8 93 83

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Dan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Di SMA Santo Thomas 1 Medan

4 62 87

Hubungan Arus Puncak Ekspirasi dengan Indeks Massa Tubuh pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 28 57

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 14

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 2

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 4

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 19

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 4

Gambaran Indeks Massa Tubuh Remaja Usia 15-17 Tahun yang Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pola Barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 21

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Obesitas pada siswa Kelas V dan VI SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 28