PENDAHULUAN PATOGENESIS OSTEOPOROSIS | Karya Tulis Ilmiah

Osteoporosis Yoko Irawan, S.Ked 406080079

I. PENDAHULUAN

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan terjadinya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health NIH mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah. Osteoporosis yang merupakan penyakit metabolik tulang disebut juga tulang rapuh atau tulang keropos. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami perempuan setelah menopause. Osteoporosis diistilahkan juga sebagai silent disease karena sering tidak memberikan gejala hingga pada akhirnya terjadi fraktur. Proses osteoporosis sebenarnya sudah dimulai sejak usia 40-50 tahun. Pada usia tersebut, baik laki-laki maupun perempuan akan mengalami proses penyusutan massa tulang yang akan menyebabkan kerapuhan tulang. Hanya saja pada perempuan proses kerapuhan tulang menjadi lebih cepat setelah menopause karena kadar hormon estrogen yang mempengaruhi kepadatan tulang sangat menurun. Osteoporosis bahkan sudah dapat dijumpai setelah menopause berlangsung 5-10 tahun. Fraktur tulang yang paling sering terjadi terdapat di ruas tulang belakang, bagian leher tulang paha, dan pergelangan lengan bawah.

II. PATOGENESIS

Massa tulang mengalami perubahan selama hidup melalui tiga fase, yaitu fase tumbuh, fase konsolidasi, dan fase involusi. Sekitar 90 massa tulang dibentuk pada fase tumbuh. Setelah masa pertumbuhan, pertumbuhan tulang berhenti sehingga berhenti pula proses pertumbuhan pemanjangan tulang. Ini berarti tinggi badan sudah tidak mungkin bertambah. Setelah fase pertumbuhan berhenti, mulai fase konsolidasi yang berlangsung 10-15 tahun. Pada fase ini kepadatan tulang bagian kortex dan trabekular akan bertambah dan mencapai puncaknya pada usia 30-35 tahun. Keadaan ini disebut massa tulang puncak peak bone mass. Seseorang yang mempunyai massa tulang puncak yang tinggi akan mempunyai kekuatan tulang yang cukup bila terjadi penurunan densitas tulang akibat usia, sakit berat, atau menurunnya produksi seks steroid. Pencapaian massa puncak tulang ini ternyata lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Untuk jangka waktu tertentu, keadaan massa tulang tetap stabil sampai akhirnya memasuki fase involusi, yaitu mulai terjadinya pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia 40-45 tahun, baik laki-laki maupun perempuan mulai terjadi proses penipisan massa tulang yang penyusutannya berkisar 0,3-0,5 per tahun. Seiring dengan turunnya kadar hormon estrogen yang terjadi secara fisiologis pada perempuan, maka kehilangan massa tulang akan meningkat menjadi 2-3 per tahun yang dimulai sejak masa premenopause dan terus berlangsung sampai 5-10 tahun setelah menopause. Pada usia lanjut, yaitu setelah usia 65 yahun atau usia geriatrik, kehilangan massa tulang tetap terjadi, tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah. Secara keseluruhan, selama hidupnya pada perempuan akan kehilangan 40- 50 massa tulangnya, sedangkan pada laki-laki hanya sekitar 20-30. Penurunan Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 26 Januari 2009– 28 Februari 2009 104 Osteoporosis Yoko Irawan, S.Ked 406080079 massa tulang ini ternyata tidak sama diseluruh tulang rangka. Penurunan yang paling cepat terjadi di tulang-tulang metacarpal, collum femoris, dan corpus vertebrae. Tulang kerangka lainnya juga mengalami proses tersebut, tetapi berlangsung lebih lambat. Pada osteoporosis, resorpsi tulang meningkat sehingga kepadatan massa tulang menurun. Bila massa tulang yang hilang sedemikian besarnya maka benturan ringan pun dapat menyebabkan fraktur. Pada osteoporosis, tulang-tulang yang sering mengalami fraktur yaitu ruas vertebrae, proksimal femur dan distal radius.

III. KLASIFIKASI