5.50 Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah 4.61 Inflasi Triw ulanan qtq Inflasi Bulanan mtm

14 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB , yoy Sektor Q II-2009 yoy Q I-2010 yoy Q II-2010 yoy Kontribusi Q II-2010 Pertanian 4.7 0.2 0.2 2.75 Pertambangan dan Penggalian 14.6 9.3 13.4 0.27 Industri Pengolahan 7.7 6.2 25 3.80 Listrik, Gas Air Bersih 1.3 12.6 10.7 0.04 Bangunan 4.3 2.3 7.8 0.37 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.2 6.8 5.4 0.83 Pengangkutan Komunikasi 12.3 11.8 12.5 0.86 Keuangan, Persew aan Jasa Perusahaan 6.2 38 37 3.63 Jasa-jasa 6.4 4.8 4.7 0.35 PDRB dengan M igas 5.96

5.89 5.50

5.5 Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah

Kontribusi pertumbuhan tahunan sektor terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan Triw ulan II-2010 Secara triw ulanan, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,61 qtq didukung oleh pertumbuhan positif dari 8 delapan sektor ekonomi nya. Sektor pertanian mengalami penurunan output seiring perubahan iklim dan pergeseran masa tanam yang mengakibatkan hasil produksi menurun. Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB , qtq Sektor Q II-2009 qtq Q I-2010 qtq Q II-2010 qtq Kontribusi Q II-2010 Pertanian 6.81 28.8 1.1 0.42 Pertambangan dan Penggalian 7.84 7.93 15.29 0.31 Industri Pengolahan 2.47 1.91 20.61 3.13 Listrik, Gas Air Bersih 5.18 1.73 3.44 0.01 Bangunan 2.33 5.32 7.84 0.37 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.00 2.05 1.65 0.25 Pengangkutan Komunikasi 3.31 6.33 3.94 0.27 Keuangan, Persew aan Jasa Perusahaan 5.86 4.39 5.09 0.5 Jasa-jasa 9.44 6.34 9.39 0.69 PDRB dengan M igas 4.99

10.56 4.61

4.61 Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah

Kontribusi pertumbuhan triw ulanan sektor terhadap pertumbuhan ekonomi triw ulanan Triw ulan II-2010 15 Kondisi Makro Ekonomi Regional Pertanian 36.8 Pertamban gan Penggalian 2.0 Industri Pengolaha n 15.2 Listrik, Gas Air Bersih 0.6 Bangunan 4.5 PHR12.9 Pengangku tan...10.0 Keuangan.. 6.6 Jasa-jasa 11.5 Grafik 1.22 Pangsa PDRB Sektoral Triw ulan II-2010 Sektor pertanian mendominasi 35.6 pangsa PDRB di triw ulan laporan, atau turun dibandingkan triw ulan I-2010. Secara umum, pada triw ulan laporan terdapat 4 empat sektor yang mengalami kenaikan pangsa, 2 dua sektor tetap,dan 3 tiga sektor mengalami penurunan pangsa. Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Bandar Lampung SEKTOR PERTANIAN Pada triw ulan II-2010, output sektor pertanian turun sebesar 1,1 qtq, jauh dibaw ah pertumbuhan triw ulan I-2010 yang tercatat sebesar 28,8 qtq. Kondisi ini lebih dikarenakan faktor cuaca sehingga panen yang terjadi pada komoditas tanaman bahan makanan padi, lada maupun komoditas perkebunan singkong, saw it pada bulan April dan M ei 2010 tidak maksimal. Pada bulan Juni 2010 musim tanam gaduh dimulai, sehingga output yang dihasilkan terbatas. Secara tahunan, sektor pertanian melemah. Hal ini dikonfirmasi oleh prompt indicator berupa data aram yang menunjukkan penurunan luas panen maupun produksi padi dan kedelai pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 tabel 1.7. Pertanian 40.5 Pertambang an Penggalian 1.8 Industri Pengolahan 13.2 Listrik, Gas Air Bersih 0.3 Bangunan 4.6 Perdaganga n, Hotel Restoran 15.9 Pengangkut an Komunikasi 6.9 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 9.8 Jasa-jasa 7.0 Grafik 1.21 Pangsa PDRB sektoral Triw ulan I-2010 16 Kondisi Makro Ekonomi Regional Absolut Persen Absolut Persen Padi Saw ah + Ladang Luas Panen ha 506,547 570,417 553,025 63,870 12.61 -17,392 -3.05 Produktivitas kuha 46.22 46.88 47.43 0.66 1.43 0.55 1.17 Produksi ton 2,341,075 2,673,844 2,622,900 332,769 14.21 -50,944 -1.91 Kedelai Luas Panen ha 5,658 13,518 8,268 7,860 138.92 -5,250 -38.84 Produktivitas kuha 11.8 11.95 11.93 0.15 1.27 -0.02 -0.17 Produksi ton 6,678 16,153 9,860 9,475 141.88 -6,293 -38.96 Jagung Luas Panen ha 387,549 434,542 432,403 46,993 12.13 -2,139 -0.49 Produktivitas kuha 46.7 47.58 47.94 0.88 1.88 0.36 0.76 Produksi ton 1,809,886 2,067,710 2,072,800 257,824 14.25 5,090 0.25 2008-2009 2009-2010 Tabel 1.7 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Saw ah + Ladang dan Jagung Tahun 2008-2010 Uraian 2008 2009 Atap 2010 Aram II Perkembangan Perkembangan Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah Indikator berupa kredit perbankan maupun Kredit Usaha Rakyat menunjukkan adanya peningkatan alokasi pada akhir triw ulan II-2010 dibandingkan triw ulan I-2010. Pada KUR, baki debet kredit pertanian, perburuan, dan sarana pertanian meningkat sebesar 23,56 qtq dari RP219,03 miliar pada akhir triw ulan I-2010 menjadi Rp283,167 miliar di triw ulan laporan. Begitupula dengan outstanding kredit pertanian perbankan yang meningkat dari Rp2,346 triliun menjadi Rp2,357 triliun di periode penghitungan yang sama. Kebutuhan modal kerja ketika masa tanam gaduh pada akhir triw ulan II-2010 merupakan penyebab peningkatan kredit tersebut Sumber: LBU, LBUS, Laporan KUR Perbankan Lampung diolah - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 - 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Jan F e b M ar A p r M ay Ju n Ju l A u g S e p O ct N o v D e c Jan F e b M ar A p r M ay Ju n 2009 2010 Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian kredit perbankan axis kanan KUR juta Rp miliar Rp 17 Kondisi Makro Ekonomi Regional - 10 20 30 40 50 Jan -0 9 F e b -0 9 M ar -0 9 A p r- 9 Me i- 9 Ju n -0 9 Ju l- 9 A g s- 9 S e p -0 9 O ct -0 9 N o v- 9 D e c- 9 Jan -1 F e b -1 M ar -1 A p r- 1 Me i- 1 Ju n -1 Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan miliar Rp SEKTOR PERTAM BANGAN DAN PENGGALIAN Sektor ini menunjukkan pertumbuhan baik secara triw ulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 15,29 qtq dan 13,4 yoy. M eski begitu, pergerakan alokasi kredit sektor pertambangan belum searah dengan PDRB nya. Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah Sumber: LBU dan LBUS diolah SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Pada triw ulan laporan, terjadi pertumbuhan output pada sektor ini sebesar 20,61 qtq dan 25 yoy. M eningkatnya output sektor industri pengolahan didukung oleh beberapa indikator, antara lain impor bahan baku untuk industri, penyaluran kredit perbankan, serta data pertumbuhan produksi industri pengolahan besar dan sedang. Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah -20 -10 10 20 50 100 150 200 250 I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Grafik 1.24 Perkembangan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Nilai harga konstan 2000 Pertumbuhan qtq - axis kanan Pertumbuhan yoy - axis kanan miliar Rp -60 -40 -20 20 40 60 80 300 600 900 1200 1500 1800 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2007 2008 2009 2010 Grafik 1.26 PDRB Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Harga Konstan 2000 Sektor Industri Pengolahan Growth yoy - axis kanan Growth qtq - axis kanan miliar Rp 18 Kondisi Makro Ekonomi Regional - 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000 Ja n -0 9 Fe b -0 9 Mar -0 9 A p r- 9 M e i- 9 Ju n -0 9 Ju l- 9 A g s- 9 Se p -0 9 O ct -0 9 N o v- 9 D e c- 9 Ja n -1 Fe b -1 Mar -1 A p r- 1 May -1 Ju n -1 Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Industri miliar Rp Impor bahan baku olahan maupun belum olahan untuk industri meningkat masing-masing sebesar 57,17 qtq dan 16,24 qtq grafik 1.27. Begitu pula dengan penyaluran kredit sektor industri pengolahan dimana pada triw ulan laporan terjadi pertumbuhan sebesar 7,22 qtq. Data BPS menunjukkan bahw a pertumbuhan produksi industri pengolahan besar dan sedang triw ulan II-2010 naik sebesar 8,33 qtq disumbang terutama dari jenis industri makanan dan minuman naik 8,9 qtq serta industri karet dan barang dari karet dan barang dari plastik naik 10,69 qtq. Adanya kerjasama ACFTA juga diperkirakan mendukung perkembangan usaha sektor ini, akibat biaya bahan baku China yang lebih murah sehingga output yang dihasilkan meningkat. Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi M oneter diolah Sumber: LBU dan LBUS diolah SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Sektor ini mengalami pertumbuhan tahunan maupun triw ulanan yang positif. Secara triw ulanan, pertumbuhan yang terjadi sebesar 3,44 qtq diprediksi akibat pertambahan jumlah pelanggan PDAM grafik 1.30, jumlah konsumsi listrik grafik 1.31, maupun konsumsi gas elpiji pasca program konversi gas elpiji. Hingga saat ini program konversi mitan ke gas sudah ditetapkan di beberapa kabupatenkota meliputi Bandar Lampung, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Pesaw aran, Tanggamus, dan M etro. Jika diamati secara tahunan, pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air sebesar 10,7 yoy disebabkan kondisi pemulihan pasca krisis keuangan global pada akhir 2008 hingga aw al 2009. 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 T rw I 9 T rw II 9 T rw II I 9 T rw IV 9 T rw I- 1 T rw II -1 Grafik 1.27 Impor Bahan Baku Industri dalam US Bahan Baku olahan utk industri Bahan Baku blm diolah utk industri axis kanan 19 Kondisi Makro Ekonomi Regional - 20 40 60 80 100 120 140 Grafik 1.31 Volume Penjualan Listrik Lampung miliar Rp Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah Berdasarkan Proyeksi Bank Indonesia Bandar Lampung Sumber : PDAM Way Rilau diolah Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah SEKTOR BANGUNAN Pertumbuhan output yang positif terjadi pada sektor ini. M ulai maraknya realisasi proyek pembangunan Pemerintah maupun sw asta, mendorong perkembangan sektor ini, hingga pertumbuhannya mencapai 7,84 qtq dan 7,83 yoy. Data penjualan semen juga mendukung hal ini, dimana terjadi peningkatan rata-rata penjualan sebesar 13,15 qtq. Selain itu berdasarkan hasil SKDU, diperoleh informasi bahw a sektor ini mengalami ekspansi usaha pada triw ulan II-2010 SBT 3,33 . -10 -5 5 10 15 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2008 2009 2010 Grafik 1.29 PDRB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Berdasarkan Harga Konstan 2000 Nilai Output Growth yoy - axis kanan Growth qtq - axis kanan miliar 32,950 33,000 33,050 33,100 33,150 33,200 33,250 33,300 33,350 33,400 33,450 Jan -0 9 F e b -0 9 M ar -0 9 A p r- 9 May -0 9 Ju n -0 9 Ju l- 9 A u g -0 9 S e p -0 9 O ct -0 9 N o v- 9 d e s- 9 Jan -1 F e b -1 M ar -1 A p r- 1 May -1 33,255 33,380 Grafik 1.30 Jumlah Pelanggan PDAM W ay Rilau Kota Bandar Lampung 20 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PHR Sektor ini mengalami pertumbuhan output yang positif sebesar 1,65 qtq dan 5,4 yoy terjadi akibat maraknya penggunaan hotel terutama di bulan Juni 2010 ketika liburan tahun ajaran baru terjadi maupun untuk rapat instansi dan persiapan penyelenggaraan Pemilukada. Indikator pendukung berupa tingkat hunian hotel menggambarkan bahw a selama triw ulan II-2010 jumlah tamu yang menginap meningkat grafik 1.34. Sub sektor lain yaitu perdagangan dan restoran juga mengalami pertumbuhan positif oleh faktor yang sama diatas. M eningkatnya subsektor perdagangan maupun restoran juga didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha triw ulan I-2010 bahw a dunia usaha berekspektasi triw ulan II-2010 akan terjadi ekspansi usaha di subsektor tersebut, dengan SBT subsektor perdagangan sebesar14,67 dan SBT subsektor restoran sebesar 1,02 . 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2008 2009 2010 miliar Rp Grafik 1.32 PDRB Sektor Bangunan Berdasarkan Harga Konstan 2000 21 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOM UNIKASI Output yang dihasilkan sektor ini mengalami peningkatan sebesar 12,15 yoy maupun 3,94 qtq seiring momen akhir tahun ajaran sisw a yang dimanfaatkan sebagian besar masyarakat untuk berlibur. -4 -2 2 4 6 8 10 0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0 1400.0 1600.0 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2008 2009 2010 Grafik 1.33 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Berdasarkan Harga Konstan 2000 Nilai Output Growth yoy - axis kanan Growth qtq - axis kanan miliar Rp 7703 8435 190 190 50 100 150 200 250 300 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 Tw I-09 Tw II-09 Tw III-09 Tw IV-09 Tw I-10 Tw II-10 Grafik 1.34 Jumlah Tamu yang menginap di Hotel Berbintang Tamu Lokal Tamu Asing 22 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah Indikator berupa kredit perbankan menunjukkan adanya peningkatan outstanding kredit di sektor tersebut sebesar 11,19 qtq dan 36,04 yoy. Semakin maraknya keberadaan angkutan serta volume penggunaan yang diprediksi meningkat pada triw ulan laporan, merupakan indikator peningkatan output sektor ini. Pengoperasian Pelabuhan Panjang selama 24 jam mulai M ei 2010 juga turut mendongkrak output sektor ini. Sumber : LBU dan LBUS diolah SEKTOR KEUANGAN, PERSEW AAN DAN JASA PERUSAHAAN Semakin menggeliatnya aktivitas perekonomian membuat output sektor ini tumbuh positif sebesar 5,09 qtq dan 37 yoy. Adanya tahun ajaran baru bagi perkuliahan mendorong subsektor sew a bangunan diprediksi meningkat dengan tajam. Begitu pula dengan aktivitas perbankan yang tetap gencar menjaring calon nasabahnya. 100 200 300 400 500 600 700 I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Grafik 1.35 Perkembangan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi miliar Rp -20 20 40 60 80 100 - 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun 2008 2009 2010 Grafik 1.36 Perkembangan Kredit Sektor Angkutan Nilai Growth yoy Growth qtq Miliar Rp 23 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah SEKTOR JASA-JASA Sektor ini mengalami peningkatan output, baik secara triw ulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 9,39 qtq dan 4,7 yoy. Adanya libur panjang sekolah membuat output subsektor hiburan dan rekreasi terdongkrak. Begitupula dengan Pemilukada yang meningkatkan output subsektor pemerintahan umum. Sumber: BPS Provinsi Lampung diolah 100 200 300 400 500 600 700 800 I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Grafik 1.38 PDRB Sektor Jasa-Jasa Berdasarkan harga konstan 2000 miliar Rp -20 -10 10 20 30 40 50 300 600 900 1200 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2008 2009 2010 Grafik 1.37 PDRB Sektor Keuangan Berdasarkan Harga Konstan 2000 Nilai Growth yoy - axis kanan Growth qtq - axis kanan miliar Rp 24 Kondisi Makro Ekonomi Regional BOKS I. DAM PAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA ACFTA TERHADAP UM KM DI DAERAH

1. Latar Belakang

ACFTA merupakan kerjasama perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dengan CHINA ACFTA. Dalam lingkup tersebut, disepakati berlakunya tariff bea impor sebesar 0 untuk komoditas yang diimpor dari China ke Negara-negara ASEAN. Penerapan ACFTA telah terjadi sejak 1 Januari 2010, dengan Indonesia sebagai salah satu negara peserta nya. Perdagangan Indonesia dengan China telah berlangsung sejak lama. Pangsa ekspor ke China sekitar 12 setiap bulannya. Di Lampung, pasca penerapan ACFTA, rata-rata ekspor Lampung ke China di triw ulan II-2010 mencapai US19,5 triliun, meningkat dibanding triw ulan I-2010 yang sebesar US16,09 triliun. Produk Lampung yang diekspor ke China antara lain komoditas pertanian dan pulp. Disisi lain, impor produk China pasca penerapan ACFA juga mengalami peningkatan, dimana pada triw ulan II-2010 rata-rata impor Lampung tercatat sebesar US10,25 juta, atau tumbuh 112,7 dibanding akhir tahun 2009. Usaha M ikro Kecil M enengah UM KM merupakan pelaku usaha yang memiliki peran besar di Lampung. Dalam komponen kredit perbankan, kredit M KM memegang pangsa sebesar 75 dari total kredit perbankan. Semakin gencarnya produk China masuk ke Lampung, diperkirakan akan mempengaruhi kegiatan usaha M KM di berbagai sektor ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian guna melihat dampak penerapan ACFTA terhadap sektor unggulan utama di Lampung, yang terdiri atas sektor Perdagangan, Pertanian, dan Industri Pengolahan.

2. Tujuan

Tujuan dari penelitian singkat ini adalah untuk : 1. M emperoleh informasi mengenai dampak pelaksanaan ACFTA terhadap kinerja perusahaan, khususnya UM KM di sektor Perdagangan, Perindustrian, dan Pertanian. 2. M engetahui dampak penerapan ACFTA terhadap ketenagakerjaan. 3. M engetahui dampak ACFTA terhadap prospek perkembangan sektor unggulan daerah. 25 Kondisi Makro Ekonomi Regional 4. M emberikan rekomendasi sebagai upaya menyelaraskan dunia usaha terhadap pelaksanaan ACFTA.

3. Ruang Lingkup

Kajian ini difokuskan pada sektor unggulan daerah, meliputi pelaku usaha berskala M KM yang berorientasi pasar domestik di sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan.

4. M etodologi

Pengambilan data dilakukan dengan metode quick survey menggunakan kuesioner baku yang disebarkan, kemudian diolah menggunakan perangkat statistik SPSS dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 20, dimana sebanyak 12 responden merupakan pengusaha di sektor pertanian, 4 responden di sektor industri, dan 4 responden bergerak di sektor perdagangan.

5. Hasil Analisis

a. Profil responden Dari total responden, sebanyak 55 responden memiliki produk utama berupa barang jadi, 30 responden barang mentah, dan 15 barang setengah jadi. b. Dampak ACFTA bagi kegiatan kinerja usaha saat ini 1. Sebanyak 95 responden mengetahui adanya ACFTA dan berpendapat bahw a keberadaan ACFTA membuat produk China dan ASEAN akan lebih banyak beredar di pasar lokal. 2. Dari total responden yang mengetahui tentang ACFTA, sebanyak 68 tidak merasakan dampak buruk dari ACFTA. Alasan responden yang merasa diuntungkan dengan adanya ACFTA adalah harga bahan baku dari ChinaASEAN lebih murah dibanding dari sumber lain. Dengan bahan baku yang murah ini, maka kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik. Adapun responden yang merasakan dampak buruk ACFTA lebih disebabkan karena harga produk ASEANChina yang lebih murah dibanding produk nasional, dapat mematikan industri dalam negeri. 3. Sebanyak 55 responden mendukung ACFTA. M ereka menilai dengan adanya ACFTA, maka : a. Produk yang tersedia di pasaran menjadi lebih bervariasi dengan harga yang lebih murah 26 Kondisi Makro Ekonomi Regional b. Harga bahan baku menjadi lebih murah c. Kesempatan melakukan ekspor dengan negara China dan ASEAN lebih terbuka. d. Akan memacu kompetisi antar perusahaan sejenis. 4. Adanya ACFTA ternyata belum membuat kinerja perusahaan meningkat. Indikator kinerja berupa omset, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpakai, serta jumlah tenaga kerja menunjukkan bahw a sebagian besar konsumen masih memiliki kinerja yang stabil. 5. Dari segi komponen biaya, pembiayaan bahan baku sebagian besar masih konstan atau belum mengalami lonjakan yang signifikan. M eski demikian, pengusaha di sektor pertanian menilai bahw a pasca penerapan ACFTA, biaya bahan baku mengalami penurunan, antara lain pada komoditas bibit dan benih. c. Dampak ACFTA bagi ketenagakerjaan Dari sisi ketenagakerjaan, sebagian besar 85 pelaku usaha tidak memiliki rencana untuk melakukan kebijakan pengurangan tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahw a kebijakan ACFTA tidak memberikan dampak buruk bagi tenaga kerja perusahaan. d. Prospek dunia usaha pasca penerapan ACFTA 1. Dengan adanya ACFTA, sebagian besar responden memiliki ekspektasi bahw a kedepannya, omset tidak akan mengalami penurunan. Namun responden diperkirakan tidak akan melakukan investasi signifikan pada tahun 2010. 2. Sebagian besar responden berekspektasi bahw a kondisi dunia usaha tetap optimis, dengan alasan pendapatan masyarakat di Lampung masih cukup besar untuk menjadi konsumen mereka, selain itu pasar produk yang tersedia masih luas untuk digali.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Penerapan ACFTA memiliki respon yang cukup baik pada sektor unggulan Lampung. M eski demikian, dampak ini belum dirasakan secara signifikan. 2. Dalam rangka meminimalisir terjadinya dampak merugikan ACFTA dikemudian hari, maka penguatan kualitas produk dalam negeri perlu dilakukan, dengan teknologi yang efisien. Sehingga harga jual dan kualitas produk lokal dapat bersaing di pasaran. 3. Upaya untuk membekali usaha kecil menengah melalui pelatihan dan pendampingan perlu ditingkatkan sehingga kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik. 27 Perkembangan Inflasi

BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI

1. KONDISI UM UM

Inflasi Lampung pada triw ulan II-2010 tercatat kembali mengalami trend peningkatan. Inflasi pada periode ini mencapai 2,53 qtq. Gangguan supply dan administered price menjadi faktor utama penyebab lonjakan harga yang terjadi. Sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok tembakau mengalami inflasi tertinggi, yaitu mencapai 54,64 yoy dan 26,06 yoy. Gejolak harga yang terjadi pada triw ulan II-2010 tersebut mengakibatkan inflasi tahunan Lampung mencapai 7,39 yoy, melebihi inflasi tahunan nasional sebesar 5,05 yoy. Di w ilayah Sumatera, inflasi Lampung tertinggi ke-2 setelah Jambi 7,91 , sedangkan pada tingkat nasional inflasi Lampung tertinggi ke-7 setelah Banjarmasin 7,76 , Jambi 7,91 , M ataram 8,04 , M aumere 8,52 , Ternate 10,04 , dan Kupang 11,08 . Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah

2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

Secara umum, faktor supply dan administered price masih menjadi faktor utama yang menyebabkan fluktuasi harga selama triw ulan II-2010. Pada bulan April, administered goods seperti rokok kretek menjadi penyumbang inflasi terbesar. Selain itu, gangguan produksi akibat musim hujan yang terus berlangsung juga 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Jan Fe b Mar A p r May Ju n Ju l A u g Se p O ct N o v D e c Jan Fe b Mar A p r May Ju n Ju l A u g Se p O ct N o v D e c Jan Fe b Mar A p r May Ju n 2008 2009 2010 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional Nasional yoy Bdl yoy 28 Perkembangan Inflasi menyebabkan harga komoditas bumbu-bumbuan mulai merangkak naik. Pada bulan M ei, komoditas makanan jadi juga turut menjadi penyumbang inflasi. M usim giling tebu yang masih berlangsung ditambah kenaikan harga gula dunia pada pertengahan M ei 2010 turut menyebabkan harga gula bertahan tinggi. Sementara itu, pada bulan Juni, komoditas padi-padian turut merangkak naik akibat selesainya masa panen di berbagai daerah sentra produksi di Lampung.

2.1. Inflasi Triw ulanan qtq

Secara triw ulanan, pada triw ulan II-2010 Lampung mengalami inflasi sebesar 2,53 qtq, meningkat dibandingkan inflasi triw ulan I-2010 yang mencapai 0,15 qtq. Kelompok bahan makanan yang sebelumnya mengalami deflasi, pada periode ini mengalami inflasi tertinggi, yaitu mencapai 4,64 qtq, selanjutnya diikuti oleh kelompok makanan jadi yang mengalami inflasi 4,55 qtq. Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah

2.2 Inflasi Bulanan mtm

Sepanjang tahun 2010, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2010, yaitu mencapai 1,41 mtm. Komoditas yang paling besar menyumbang inflasi berasal dari kelompok bahan makanan, yaitu beras 0,21 dan cabe merah 0,19 . Berdasarkan pantauan harga oleh Tim Evaluasi Harga TEH Provinsi Lampung, harga beras IR-64 kualitas II meningkat hingga 7,69 bila dibandingkan bulan M ei 2010. Peningkatan harga terjadi akibat supply yang mengalami gangguan. Di tingkat petani, masa panen di kabupaten sentra produksi t elah berakhir. Sementara itu, di tingkat 4.64 4.55 0.79 2.31 0.76 0.37 0.33 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 B A HA N M A K A NA N M AK ANAN J ADI , M N M AN, R O KO K T BK P E RUM A HA N S A NDA NG K E S E HA T A N P E NDIDIK A N, RE K RE A S I OR T RA NS P O RT K O M UNIK A S I Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan qtq Per Kelompok Komoditas 29 Perkembangan Inflasi penggilingan harga beras sudah mengalami kenaikan rata-rata 5 akibat sulitnya penjemuran seiring curah hujan yang tinggi. Sumber : Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung diolah Pada komoditas cabe, kenaikan harga disinyalir disebabkan oleh menurunnya produksi karena terganggunya proses pembungaan akibat curah hujan yang tinggi. Kenaikan harga cabe ini menjadi isu nasional, dimana harga cabe di sebagian besar daerah mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan. Bila dibandingkan dengan harga normalnya yang berkisar antara Rp20.000-Rp25.000kg, harga cabe pada periode ini telah meningkat lebih dari 100 . Selain beras dan cabe, komoditas lainnya yang turut mengalami kenaikan harga tertinggi di Lampung pada bulan Juni 2010 adalah baw ang merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras. Tingginya inflasi sejumlah komoditas pangan pokok menjadikan inflasi kelompok bahan makanan memiliki andil terbesar terhadap inflasi yang terjadi, yaitu mencapai 0,91 . Selain kelompok bahan makanan, kelompok lainnya yang memberikan sumbangan terbesar bagi terjadinya inflasi sebesar 1,41 mtm adalah kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan. Tingginya sumbangan kelompok makanan jadi 0,31 terdorong oleh kenaikan harga rokok kretek akibat penetapan kenaikan harga cukai. Sementara itu, kenaikan harga asbes dan kontrak rumah paling dominan 7,000 7,000 7,000 7,000 7,200 7,300 6,850 6,900 6,950 7,000 7,050 7,100 7,150 7,200 7,250 7,300 7,350 M .V M . I M . II M . III M . IV M . V M ei Juni 2010 R p k g Grafik 2.3 Perkembangan Harga Beras IR-64 22,000 22,000 23,000 23,500 23,500 23,500 21,000 21,500 22,000 22,500 23,000 23,500 24,000 M .V M . I M . II M . III M . IV M . V M ei Juni 2010 Rp kg Grafik 2.4 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras 12,000 12,000 13,000 13,500 13,500 14,000 11,000 11,500 12,000 12,500 13,000 13,500 14,000 14,500 M .V M . I M . II M . III M . IV M . V M ei Juni 2010 R p k g Grafik 2.5 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras - 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 M.V M. I M. II M. III M. IV M. V Mei Juni R p k g Grafik 2.6 Perkembangan Harga Cabe Cabe M erah Keriting Cabe M erah Biasa Cabe Raw it 30 Perkembangan Inflasi mendorong inflasi yang terjadi pada kelompok perumahan, sehingga kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0.09 .

2.3 Inflasi Tahunan yoy