46 Perkembangan Perbankan
4. PERKEM BANGAN BANK SYARIAH
Bank Syariah mengalami pertumbuhan kinerja yang baik. Indikator berupa
aset, DPK, kredit, NPF, maupun FDR mengkonfirmasi hal tersebut. Dari sisi aset, terjadi kenaikan sebesar 43,47 qtq dan 77,28 yoy. Bank Umum Syariah BUS maupun
BPR Syariah BPRS menyumbang kenaikan aset tersebut . Untuk komponen DPK Bank Syariah, terjadi peningkatan jumlah nominal
simpanan dana ini. BUS yang berpangsa 94,3 memiliki DPK sebesar Rp496,3 miliar di akhir triw ulan laporan.
Sedangkan untuk pembiayaan Bank Syariah, pertumbuhan yang terjadi sebesar 25,4 qtq dan 53,52 yoy. Adapun mayoritas pembiayaan diberikan untuk tujuan
modal kerja dengan pangsa 68,6 . Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, pembiayaan terbesar diperuntukkan bagi sektor jasa umum sebesar Rp343,21 miliar
dengan share sebesar 44,17 diikuti kemudian oleh lain-lain sebesar Rp149,22 miliar atau berpangsa 24,08 , dan sektor perdagangan perdagangan sebesar Rp157,8 miliar
dengan pangsa 20,31 , Tingkat intermediasi bank syariah menunjukkan peningkatan dibanding triw ulan
sebelumnya. Hal ini terjadi pada BUS dimana FDR nya naik dari 130,36 menjadi 146,08 qtq. Pertumbuhan positif dari indikator intermediasi ini dibarengi dengan
meningkatnya kualitas kredit, sehingga indikator NPF Bank Syariah turun dari 2,41 pada triw ulan I-2010 menjadi 1,84 di triw ulan laporan. Peningkatan kualitas kredit ini
terjadi pada BUS maupun BPRS.
Sumber
:
LBU dan LBUS diolah
Posisi miliar Rp
Pangsa yoy
qtq A
Asset - Jenis Bank 547.44 676.50 970.57
100.0 77.3
43.47
1 BUS
495.34 607.78 896.85
92.4 81.1
47.56 2
BPRS 52.10 68.73
73.72
7.6 41.5
7.27
B DPK - Jenis Bank
369.49 466.28 526.54 100.0
42.5 12.92
1 BUS
346.26 437.24
496.33 94.3
43.3 13.51
2 BPRS
23.23 29.04 30.21 5.7
30.1 4.05
C Pembiayaan - Jenis
Bank
506.16 619.65 777.06 100.0
53.5 25.40
1 BUS
465.87 570.00 725.04 93.3
55.6 27.20
2 BPRS
40.28 49.65 52.02 6.7
29.1 4.77
D Pembiayaan - Jenis
Penggunaan
506.16 619.65 777.06 100.0
53.5 25.40
1 M odal Kerja
308.06 396.04 533.26 68.6
73.1 34.65
2 Investasi
65.34 83.07 83.32 10.7
27.5 0.30
2 Konsumsi
132.75 140.53 160.48 20.7
20.9 14.19
E NPF
3.94 2.41
1.84 F
FDR 136.16
122.45 132.89
Indikator Perbankan Syariah Tabel 3.9
No Uraian
Trw II 2009 miliar Rp
Trw II 2010 Trw I 2010
miliar Rp
47 Perkembangan Perbankan
5. ASESM EN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH
Asesmen secara umum terhadap stabilitas sistem keuangan daerah dilakukan guna melihat potensi sumber-sumber risiko keuangan daerah yang dapat mengganggu
stabilitas sistem keuangan di daerah. Asesmen yang dilakukan menyimpulkan bahw a pada triw ulan II-2010, risiko pada sektor ekonomi cenderung melemah. Hal ini
diprediksi akibat kondisi perekonomian yang relatif stabil baik secara nasional maupun internasional. Walaupun demikian, prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsi
intermediasinya harus tetap diutamakan oleh perbankan, sehingga kualitas intermediasi tetap terjaga.
Asesmen Keuangan Bisnis dan Rumah Tangga
Kondisi keuangan bisnis dan rumah tangga di Provinsi Lampung menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Indikator yang mencerminkan hal
tersebut diantaranya adalah alokasi kredit, konsumsi sw asta dalam PDRB, dan hasil SKDU. Pada kredit, terjadi pertumbuhan kredit perbankan baik secara triw ulanan
maupun tahunan. Penggunaan kredit untuk modal kerja dan investasi meningkat . Perkembangan konsumsi sw asta dalam PDRB juga menunjukkan pertumbuhan positif
sebesar 4,1 qtq atau 6,21 yoy. Begitu pula dengan hasil SKDU triw ulan II-2010 yang mengindikasikan situasi bisnis perusahaan mengalami peningkatan di triw ulan
laporan. Pada triw ulan II-2010, keuangan sektor bisnis dan rumah tangga diprediksi
akan lebih berkembang. Dari sisi sektor bisnis, stabilnya kondisi ekonomi makro serta potensi pasar untuk berbisnis di Lampung diperkirakan menjadi faktor utama
berkembangnya keuangan sektor bisnis. Sementara itu, dari sisi sektor rumah tangga, daya beli masyarakat diperkirakan juga mengalami peningkatan seiring pembayaran
rapel kenaikan gaji maupun panen komoditas pertanian.
Asesmen Risiko Aktiva Produktif Bank Umum
Aktiva produktif bank umum di Lampung didominasi dalam bentuk kredit 94,1 , yang diikuti kemudian oleh portfolio berbentuk penempatan pada bank lain
5,5 , penempatan pada SBI 0,3 , dan surat berharga dan tagihan lainnya 0,2 . Besarnya pangsa keempat jenis portfolio tersebut diprediksi tidak akan terlalu banyak
berubah pada triw ulan III-2010.
48 Perkembangan Perbankan
Berdasarkan kolektibilitas kredit, rasio NPLs gross bank umum mengalami penurunan, yaitu dari 3,81 menjadi 3,77 qtq. Nilai ini masih dibaw ah batas NPL
yang disyaratkan. Asesmen Risiko Likuiditas
Pada triw ulan laporan, risiko likuiditas Bank Umum di Provinsi Lampung berkurang. Indikator yang menunjukkan hal tersebut adalah rasio likuidit as serta alat
likuid yang dimiliki bank umum sedikit mengalami pertumbuhan dari 4,95 menjadi 5,03 qtq. Hal ini menandakan meningkatnya kemampuan bank umum untuk
memenuhi kew ajiban jangka pendeknya. Pada alat likuid, terjadi kenaikan jumlah giro pada bank lain secara signifikan, yaitu sebesar 183,58 qtq. Pada alat likuid berupa
kas, peningkatan yang terjadi tercatat sebesar 4,01 qtq.
Asesmen Risiko Rentabilitas Risiko rentabilitas perbankan di Provinsi Lampung berkurang. Hal ini
terindikasi dari rasio rentabilitas perbankan yang meningkat dari 1,38 menjadi 2,49 qtq sehingga mengindikasikan meningkatnya kemampuan perbankan di Lampung
untuk memperoleh keuntungan dari pengelolaan asetnya. Baik Bank Umum maupun BPR sama-sama membukukan kenaikan laba.
49 Perkembangan Perbankan
BOKS III.
DISKUSI PANEL PERBANKAN M ISCARRIAGE OF JUSTICE
-BERBAGAI KASUS HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA
Penegakan hukum di Indonesia, seringkali dilihat dari kacamata yang berbeda oleh masyarakat. Di satu sisi hukum dianggap sebagai dew a penolong bagi pihak yang
diuntungkan, di sisi lain hukum sering dianggap sebagai hal yang menakutkan bagi mereka yang dirugikan. Hukum yang yang seharusnya bersifat netral bagi setiap pencari
keadilan sering kali dianggap bersifat diskriminatif dan memihak kepada pihak yang kuat. Konflik penegakan hukum yang terjadi ini dikenal dengan istilah miscarriage of
justice .
Fenomena hukum tersebut, dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi hukum, di mana seseorang yang tidak bersalah, diproses atau bahkan dihukum pidana, padahal ia
tidak bersalah, atau tidak ada tindak pidana yang dilakukan, namun proses penegakan hukum telah mengarahkan pada dirinya, sebagai pelaku kejahatan. Dengan beberapa
contoh kasus yang diduga miscarriage of justice baik di tingkat nasional dan regional Lampung menimbulkan keprihatinan sehingga dengan latar belakang tersebut Bank
Indonesia Bandar Lampung bersama-sama dengan BM PD Lampung berinisiatif untuk mengadakan diskusi panel perbankan dengan tema M iscarriage of Justice-Berbagai
Kasus Hukum Perbankan Di Indonesia. M elalui kegiatan diskusi panel ini diharapkan dapat menumbuhkan persepsi yang sama dan sebagai m asukan bagi stakeholders
terkait, khususnya kompolnas, staff ahli Kapolri maupun akademisi untuk memperbaiki sistem tata hukum yang ada.
Contoh kasus miscarriage of justice yang sedang hangat-hangatnya terjadi di tingkat nasional yaitu kasus bailout Bank Century, namun kasus tersebut ada pula yang
terjadi di tingkat regional Lampung. Perlu diketahui bahw a, sebagaimana lazimnya, suatu kegiatan usaha dapat memperoleh laba dan adakalanya menderita kerugian.
Kerugian tersebut dapat disebabkan karena resiko bisnis yang normal dan mungkin juga memang karena ada pelanggaran terhadap SOP dan ketentuan yang berlaku.
Kerugian yang disebabkan oleh adanya pelanggaran terhadap SOP dan ketentuan yang berlaku serta menguntungkan pihak tertentu dan merugikan keuangan
negara sudah seharusnya dipidanakan. Hal ini telah menjadi komitmen Bank Indonesia bersama-sama dengan pemeri
50 Perkembangan Perbankan
melalui peningkatan kualitas sistem pengaw asan dan sumber daya khususnya di Bank Indonesia.
Berbeda halnya apabila SOP dan ketentuan telah dipenuhi namun Bank tetap menderita kerugian maka hal tersebut seharusnya tidak dipidanakan melainkan
dikaitkan dengan kinerja pihak manajemen. Perlu ada batasan yang tegas antara kerugian sebagai kinerja dan kerugian yang bisa dipidanakan. Apabila penurunan
kinerja tersebut dipidanakan, maka para eksekutif akan menja -
atau lambat mengambil keputusan sehingga hal ini menjadi kontraproduktif. Hal ini harus diminimalisir sehingga terw ujud hukum yang sehat dan perbankan cepat dalam
merespon kebijakan. Setelah melalui proses kegiatan diskusi diperoleh beberapa rekomendasi hasil
diskusi yang meliputi: 1.
Permasalahan perbankan diusahakan untuk diselesaikan melalui konsolidasi internal sebelum melibatkan penegak hukum;
2. Keadilan tanpa pengadilan yang sehat, untuk kasus pidana maupun perdata harus
dihindari karena sangat merugikan masyarakat luas; 3.
Perlu dilakukan perbaikan terhadap tata hukum di Indonesia, karena terdapat sehingga terkesan tidak adil;
4. Pihak yang terlibat dalam kasus hukum harus mengaw asi proses dan w aktu
pelaksanaan penyelesaian kasus hukum sehingga dapat terhindar dari asas praduga bersalah yang dapat menimbulkan miscarriage of justice karena adanya faktor
politik didalamnya.
51
Perkembangan Keuangan Daerah
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN
DAERAH
Sejak pertengahan triw ulan II-2010, Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan pembahasan APBD Perubahan tahun 2010 yang ditargetkan akan selesai
pada bulan Juli 2010. Selain meningkatkan anggaran untuk pendidikan dan kesehatan, Pemerintah Provinsi Lampung juga memprioritaskan penambahan anggaran untuk
infrastruktur.
1. PENDAPATAN DAERAH
Berdasarkan Perda Provinsi Lampung Nomor 16 Tahun 2009 tentang APBD tahun 2010, pendapatan daerah tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp1,691 triliun. Sampai
dengan bulan M ei, pendapatan daerah telah mencapai Rp795,82 miliar atau 47,04 dari target pendapatan tahun 2010. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, realisasi
pendapatan yang terjadi hampir sama dengan realisasi pada bulan Juni tahun 2009 yang mencapai 48,60 .
Dalam komponen pendapatan, realisasi lain-lain pendapatan yang sah telah mencapai 188,30 , atau merupakan yang tertinggi dibandingkan PAD 48,52 dan
Dana Perimbangan 45,37 . Tingginya realisasi komponen lain-lain pendapatan yang sah diperoleh dari pendapatan penyelenggaraan pendidikan dan dana bagi hasil
retribusi produksi kayu dan non kayu dari KabupatenKota yang realisasinya melampaui target.
Sementara itu, realisasi PAD ditopang oleh komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang mencapai Rp12,82 miliar 104,66 . Sedangkan
komponen lainnya dalam PAD berupa pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah masing-masing baru terealisasi sebesar 48,03 , 40,58 ,
dan 46,02 . Pada triw ulan II 2010, peningkatan realisasi pada komponen retribusi daerah salah satunya ditopang oleh retribusi alat berat yang sudah mulai banyak
digunakan untuk pekerjaan proyek. Dalam komponen Dana Perimbangan, Bagi Hasil Bukan Pajak mencapai realisasi
yang tertinggi, yaitu sebesar 64,43 . Hal ini didorong oleh tingginya realisasi pada komponen Bagi Hasil dari Pertambangan M inyak Bumi yang mencapai Rp37,82 miliar
atau 66,3 dari yang ditargetkan.
52
Perkembangan Keuangan Daerah
Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah
JENIS PENERIMAAN ANGGARAN 2010
Realisasi Realisasi
Realisasi 2010
2010 2009
s.d Mei 2010 s.d Mei 2010
s.d Juni 2009 Rp
PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD 853,469,832,692
414,108,035,041 48.52
49.36
Pajak Daerah 721,500,000,000
346,551,491,767 48.03
46.57 Retribusi Daerah
6,697,012,500 2,717,785,187
40.58 56.12
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 12,251,820,192
12,822,733,448 104.66
99.33 Lain - lain PAD Yang Sah
113,021,000,000 52,016,024,640
46.02 69.42
DANA PERIMBANGAN 837,195,820,000
379,829,364,561 45.37
50.83
DBH Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak 165,873,811,000
50,055,195,561 30.18
17.99 DAU
643,748,209,000 321,502,029,000
49.94 60.76
DAK 27,573,800,000
8,272,140,000 30.00
29.99
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 1,000,000,000
1,883,032,664 188.30
1.43 JUMLAH
1,691,665,652,692.00 795,820,432,267 47.04 48.60
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung diolah
2. RENCANA DAN REALISASI BELANJA DAERAH
Belanja daerah tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp1,839 triliun. Sampai dengan bulan M ei 2010, realisasi belanja daerah mencapai Rp563, 77 miliar atau 30,64 dari
target. M eskipun realisasi sampai dengan bulan M ei baru mencapai 30,64 dari target pendapatan tahun 2010, namun adanya penyelenggaraan pilkada pada aw al Juni
diprediksi mengakibatkan realisasi belanja sampai dengan Juni 2010 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang mencapai 32,41 .
Komponen belanja bantuan keuangan kepada provinsikabupatenkota dalam rangka penyelenggaraan PILKADA mencapai realisasi tertinggi, yaitu sebesar Rp18 miliar
atau telah mencapai 92,31 dari target. Hal ini terjadi akibat penyelenggaraan PIKADA yang telah berlangsung bulan Juni 2010 lalu. Selanjut nya, realisasi belanja terbesar
adalah komponen belanja tidak terduga yang mencapai Rp23,66 miliar atau 86,47 dari target. Sementara itu, belanja pegaw ai, barang jasa, dan modal baru terealisasi
Rp328,89 miliar atau 26,12 dari target.
Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah
rupiah
Belanja Pegawai, Barang Jasa, Modal
1,259,070,745,800 328,892,351,046
26.12
Belanja Hibah
41,450,000,000 9,878,875,000
23.83
Belanja Bantuan Sosial
99,450,000,000 26,245,028,145
26.39
Belanja Bagi Hasil
393,000,000,000 157,095,137,000
39.97
Belanja Bantuan KeuanganPILKADA
19,500,000,000 18,000,000,000
92.31
Belanja Tidak Terduga
27,358,391,000 23,657,422,600
86.47
TOTAL
1,839,829,136,800 563,768,813,791
30.64 Realisasi 2010
s.d Mei Uraian
Anggaran
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung diolah
53
Perkembangan Sistem Pembayaran
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM
PEMBAYARAN
Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian, aktivitas sistem pembayaran menunjukkan pergerakan kearah yang sama. Hal ini tampak dari aliran
uang kartal yang mengalami net outflow , sistem pembayaran RTGS yang net incoming, serta transaksi kliring yang meningkat.
1. PERKEM BANGAN ALIRAN UANG KARTAL
Aliran uang kartal di Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung mengalami net outflow
. Rata-rata bulanan inflow yang tercatat sebesar Rp683,196 miliar, dan
outflow sebesar Rp1.137,6 miliar menghasilkan net outflow sebesar Rp454,36 miliar.
Kondisi ini disinyalir akibat maraknya penggunaan uang kartal terkait Pemilukada di 10 kabupaten di Lampung, serta sudah meningkatnya realisasi APBD di tengah tahun 2010
ini, terutama untuk membiayai proyek pembangunan. Jika dibandingkan dengan triw ulan I-2010, rata-rata nilai inflow pada triw ulan laporan mengalami penurunan
sebesar 43,3 qtq, sedangkan nilai outflow meningkat signifikan sebesar 178,8 .
Sumber : Bank Indonesia
2. PEM BERIAN TANDA TIDAK BERHARGA PTTB
Kebijakan Bank Indonesia terkait dengan pengedaran uang adalah selalu senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan uang kartal untuk masyarakat dalam jumlah
nominal yang cukup dengan jenis pecahan dalam kondisi layak edar fit to circulation.
100 200
300 400
500 600
700 800
900
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
1 2
3 4
5 6
2009 2010
Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal
miliar Rp
Outflow Inflow
54
Perkembangan Sistem Pembayaran
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia antara lain melakukan pemilahan untuk memisahkan uang layak edar dan tidak layak edar, serta melakukan pemusnahan uang
yang tidak layak edar tersebut dengan cara diracik Pemberian Tanda Tidak BerhargaPTTB.
Kegiatan PTTB pada triw ulan laporan menunjukkan penurunan jumlah uang yang diracik. Secara bulanan, rata-rata uang yang di PTTB tercatat sebesar
Rp261,97 miliar, sedangkan pada triw ulan sebelumnya sebesar Rp275,98 miliar.
Sumber : Bank Indonesia
3. PENEM UAN UANG PALSU
Rasio uang palsu terhadap aliran uang masuk nengalami peningkatan dibandingkan triw ulan I-2010. Pada triw ulan laporan, jumlah uang palsu UPAL yang
dilaporkan ke Bank Indonesia Bandar Lampung sebesar Rp22,865 juta, dengan jumlah inflow yang terjadi sebesar Rp683,2 miliar. Sedangkan pada triw ulan sebelumnya
jumlah UPAL tersebut Rp15,175 juta dengan inflow sebesar Rp1,2 triliun. Hal ini membuat rasio uang palsu terhadap aliran uang masuk meningkat dari 0,0013
menjadi 0,0033 . Peningkatan temuan tersebut diperkirakan sebagai dampak maraknya kegiatan perputaran uang untuk membiayai kegiatan Pemilukada.
Dari total Rp22,865 juta, rincian jumlah temuan uang palsu terdiri atas : pecahan Rp100.000 sebanyak 56,86 dari total bilyet uang palsu, pecahan Rp50.000 sebanyak
38,71 dari total, pecahan Rp20.000 sebanyak 4,02 dari total, pecahan Rp10.000 sebanyak 0,26 , dan pecahan Rp5.000 sebanyak 0,15 dari total bilyet uang palsu.
Uang pecahan Rp100.000 mengalami peningkatan sebesar 54,76 dibandingkan triw ulan lalu. Begitu pula dengan pecahan Rp50.000 43,9 , Rp20.000 70,37 , dan
100 200
300 400
500 600
700 800
900
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
1 2
3 4
5 6
2009 2010
Grafik 5.2 Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung
PTTB Inflow
55
Perkembangan Sistem Pembayaran
Rp5.000 133,3 . Untuk meminimalisir bahkan mencegah peredaran uang palsu, sosialiasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kerap dilakukan oleh Bank Indonesia,
baik itu melalui leaflet, banner, tayangan video, maupun sosialisasi langsung ke masyarakat.
Sumber : Bank Indonesia
4. PERKEM BANGAN RTGS DAN KLIRING LOKAL
Transaksi non tunai melalui sistem BI-RTGS mengalami net incoming.
Rata-rata bulanan outgoing transaction tercatat sebesar Rp5,58 triliun, meningkat 27,1 dibanding pada triw ulan I-2010 yang tercatat sebesar Rp4,39 triliun. Pada
incoming transaction , rata-rata bulanan tercatat sebesar Rp 5,78 triliun, mengalami
peningkatan 27,69 dibanding rata-rata bulanan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 4,52 triliun. Incoming transaction yang lebih tinggi dibanding outgoing
transaction berarti bahw a lebih banyak transaksi keuangan yang masuk kedalam Provinsi Lampung.
S
umber : Bank Indonesia
Rp 100,000 56.86
Rp 50,000 38.71
Rp 20,000 4.02
Rp 10,000 0.26
Rp 5,000 0.15
Grafik 5.3 Komposisi Penemuan Uang Palsu Trw II-2010
- 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
6,000 7,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
Grafik 5.4 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Trw II-2010
Kliring RTGS-Outgoing
RTGS-Incoming
Rp miliar
56
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triw ulan laporan, transaksi keuangan non tunai melalui sistem kliring mengalami peningkatan. Rata-rata bulanan transaksi keuangan dengan
nominal Rp100 juta kebaw ah melalui sistem kliring tercatat sebesar Rp1,77 triliun dengan rata-rata volume 61.685 lembar w arkat. Jumlah ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan pada triw ulan sebelumnya yang memiliki rata-rata nilai transaksi bulanan sebesar Rp1,62 triliun dengan rata-rata volume 57.885 lembar w arkat.
Kualitas kliring juga mengalami peningkatan dengan indikasi berkurangnya kliring pengembalian baik karena alasan cek dan BG kosong maupun karena alasan lain yang
tercatat sebesar Rp27,62 miliar pada triw ulan lalu menjadi Rp19,64 miliar pada triw ulan laporan. M eski begitu, jumlah w arkat pengembalian pada triw ulan laporan lebih besar
dibandingkan triw ulan sebelumnya.
Kliring Trw I
Trw II Trw III
Trw IV Trw I
Trw II Trw III
Trw IV Trw I
Trw II Perputaran
Nominal milyar Rp 1,606.90
2,186.65 2,422.1
1,624.9
1,390.0 1,592.0
1,664.3
1643.0 1621.2
1767.4 Lembar
47,139 53,809
55,726 50,304
50,801 56,544
56,140 55,919
57,885 61,685
Pengembalian Nominal milyar Rp
12.49 12.55
20.37 40.67
17.79 17.70
22.16 18.95
27.62 19.64
Lembar 533
479 655
775 707
732 846
758 800
859 2008
2009 2010
Tabel 5.1 Perkembangan Rata-rata Triwulan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung
S
umber : Bank Indonesia
5. PENUKARAN UANG
Dalam rangka menjamin ketersediaan uang kartal dalam jumlah nominal yang cukup dan jenis pecahan yang sesuai, Bank Indonesia Bandar Lampung menyediakan
loket penukaran uang di Kantor Bank Indonesia maupun melalui kegiatan kas keliling tanpa dipungut biaya.
Selama triw ulan laporan, aktivitas penukaran uang mengalami peningkatan sebesar 23,4 qtq. Jumlah uang pecahan kecil yang ditukarkan
melalui kas keliling maupun loket di Bank Indonesia Bandar Lampung tercatat sebesar Rp33,83 miliar dengan pecahan kertas nominal Rp10.000 sebagai pecahan terbanyak
yang ditukarkan. Untuk uang logam, masyarakat paling banyak menukar pecahan Rp200,- yang diikuti kemudian oleh pecahan Rp100,- dan Rp500,. M eningkatnya
jumlah penukaran menunjukkan bahw a akt ivitas ekonomi masyarakat menunjukkan perkembangan yang baik.
57
Perkembangan Sistem Pembayaran
100000 50000
20000 10000
5000 2000
1000 500
200 100
TOTAL Januari
0.0 0.0
2,925.5 2,527.6
1,835.9 944.5
360.3 0.5
34.0 42.0
8,670.4 Februari
380.0 63.5
2,405.8 2,883.3
2,149.8 1,224.4
464.0 0.2
25.0 19.0
9,615.1 Maret
1.5 50.0
1,972.9 3,121.4
2,206.0 1,423.0
212.5 69.0
38.6 24.3
9,119.2 Total Triwulan I-2010
381.5 113.5
7,304.2 8,532.3
6,191.7 3,592.0
1,036.8 69.8
97.6 85.3
27,404.7 April
40.0 351.7
2,398.3 3,292.4
2,331.8 1,558.1
180.4 0.5
58.4 31.4
10,243.1 Mei
180.4 53.7
3,019.6 3,901.9
2,559.7 1,694.3
134.8 32.5
79.0 68.3
11,724.2 Juni
120.0 5.0
2,822.0 4,007.3
2,594.7 1,974.7
197.7 74.3
41.4 24.6
11,861.6 Total Triwulan II-2010
340.4 410.4
8,239.9 11,201.6
7,486.2 5,227.2
512.9 107.3
178.8 124.3
33,828.9 Periode
Nominal Rp Juta
Tabel 5.2 Perkembangan Penukaran Uang Triw ulan II-2010
Sumber : Bank Indonesia
58
Kesejahteraan Masyarakat Daerah
BAB VI – PERKEMBANGAN
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH
1. KETENAGAKERJAAN
Jumlah penduduk usia kerja usia 15 tahun keatas di Lampung pada tahun 2010 mencapai 5,42 juta jiw a atau meningkat 2 dibandingkan tahun 2009.
Penduduk usia kerja yang tergolong angkatan kerja meningkat 3,49 , sedangkan penduduk usia kerja yang tergolong bukan angkatan kerja yang terdiri dari ibu rumah
tangga dan anak sekolah meningkat sebesar 5,78 . Pada tahun 2010, penduduk usia kerja yang bekerja mencapai 3,7 juta jiw a
atau meningkat hanya 0,65 dibandingkan tahun 2009. Sementara itu, penduduk usia kerja yang tergolong pengangguran terbuka akibat sedang mencari kerja,
mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan, maupun belum memulai pekerjaan menurun 3,20 .
Peningkatan penduduk usia kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penduduk angkatan kerja mengakibatkan penurunan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja TPAK sebesar 1,1 dibandingkan tahun 2009.
Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah
Sejalan dengan aktivitas ekonomi yang sedang menggeliat pada beberapa sektor, maka terjadi pula pergeseran jumlah tenaga kerja. Bila dibandingkan tahun
Feb10 - Agt09 Feb09 - Feb10
Penduduk Usia 15 tahun keatas 5,315.2
5,351.9 5,421.7
1.30 2.00
Angkatan Kerja 3,738.3
3,627.2 3,753.7
3.49 0.41
Bekerja 3,507.4
3,387.2 3,530.2
4.22 0.65
Pengangguran Terbuka 230.9
240.0 223.5
-6.88 -3.20
Bukan Angkatan Kerja 1,576.9
1,724.8 1,668.0
-3.29 5.78
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 70.3
67.8 69.2
Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan di Provinsi Lampung
Uraian Februari 2009
ribuan jiwa Persentase Perubahan
Agustus 2009 ribuan jiwa
Februari 2010 ribuan jiwa
59
Kesejahteraan Masyarakat Daerah
Agt09 - Feb10 Feb09 - Feb10
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan
2,053.3 1,829.6
2,043.1 11.67
-0.50 Industri
265.6 298.7
283.7 -5.02
6.81 Konstruksi
92.5 151.0
118.3 -21.66
27.89 Perdagangan, Rumah M akan, Jasa
Akomodasi 563.1
600.7 557.0
-7.27 -1.08
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 157.9
133.5 138.6
3.82 -12.22
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
332.2 326.1
351.8 7.88
5.90 Lainnya
42.8 47.6
37.7 -20.80
-11.92
Total 3,507.4
3,387.2 3,530
4.22 0.65
Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja M enurut Lapangan Kerja Utama
Februari 2010 ribuan jiwa
Persentase Perubahan Uraian
Februari 2009 ribuan jiwa
Agustus 2009 ribuan jiwa
2009, jumlah pekerja pada sektor transportasi, sektor perdagangan, dan sektor pertanian mengalami penurunan. Namun, penurunan ini diimbangi dengan
peningkatan jumlah pekerja yang terjadi pada sektor konstruksi, sektor industri, dan sektor jasa kemasyarakatan masing-masing sebesar 27,89 , 6,81 dan 5,90 .
Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah
Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah
Hal yang cukup menggembirakan adalah jumlah penduduk usia kerja yang bekerja di sektor formal memiliki porsi yang semakin tinggi. Pekerja di sektor formal
tahun 2010 memiliki porsi sebesar 21,33 , meningkat dibandingkan tahun 2009 yang memiliki porsi sebesar 21,19 . Sementara itu, porsi pekerja informal menurun menjadi
78,67 dari 78,80 pada tahun 2009.
Agt09 - Feb10 Feb09 - Feb10
Berusaha sendiri 538.3
583.4 523.3
-10.30 -2.79
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 910.1
883.4 926.6
4.89 1.81
Berusaha dibantu buruh tetap I 89.4
70.2 96.1
36.89 7.49
Buruhkaryaw an II 654.0
616.2 656.9
6.60 0.44
Pekerja bebas di Pertanian 258.1
199.7 267.7
34.05 3.72
Pekerja bebas non pertanian 163.9
190.5 168.6
-11.50 2.87
Pekerja tak dibayar 893.7
843.8 890.9
5.58 -0.31
Total 3,507.5
3,387.2 3,530
4.22 0.64
Jumlah Pekerja Formal I + II 743.4
686.4 753
9.70 1.29
Jumlah Pekerja Informal selain I dan II 2,764.1
2,700.8 2,777
2.83 0.47
Tabel 6.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja M enurut Status Pekerjaan
Persentase Perubahan Uraian
Februari 2009 ribuan jiwa
Agustus 2009 ribuan jiwa
Februari 2010 ribuan jiwa
60
Kesejahteraan Masyarakat Daerah
M eskipun demikian, mayoritas penduduk yang bekerja berpendidikan SD ke baw ah, SM P, dan SM A. Sedangkan penduduk bekerja yang berpendidikan sampai
dengan sarjana hanya mencapai 2,5 dari total penduduk yang bekerja. Hal ini sejalan dengan fakta bahw a tingkat pengangguran terbuka TPT pada tingkat sarjana
21,57 merupakan yang tertinggi setelah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan diploma 24,75 .
Seiring dengan masuknya industri baru di Lampung, penyerapan jumlah tenaga kerja diperkirakan meningkat, terutama di sektor pertanian. Sebanyak 2 dua
perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan yang telah mendapatkan izin persetujuan proyek baru pada tahun 2010 ini akan menyerap sejumlah 750 orang
tenaga kerja. Sebanyak 4 empat perusahaan baru yang bergerak di sektor industri akan menyerap sekitar 410 orang tenaga kerja. Sementara itu, 3 usaha di bidang
perdagangan dan jasa yang telah memperoleh persetujuan realisasi akan menyerap sekitar 91 orang tenaga kerja.
2. KESEJAHTERAAN
2.1. Kesejahteraan Petani