12.92 25.40 25.40 2.41 Retribusi Daerah 56.12 Lain - lain PAD Yang Sah 69.42 DAU 0.65

46 Perkembangan Perbankan

4. PERKEM BANGAN BANK SYARIAH

Bank Syariah mengalami pertumbuhan kinerja yang baik. Indikator berupa aset, DPK, kredit, NPF, maupun FDR mengkonfirmasi hal tersebut. Dari sisi aset, terjadi kenaikan sebesar 43,47 qtq dan 77,28 yoy. Bank Umum Syariah BUS maupun BPR Syariah BPRS menyumbang kenaikan aset tersebut . Untuk komponen DPK Bank Syariah, terjadi peningkatan jumlah nominal simpanan dana ini. BUS yang berpangsa 94,3 memiliki DPK sebesar Rp496,3 miliar di akhir triw ulan laporan. Sedangkan untuk pembiayaan Bank Syariah, pertumbuhan yang terjadi sebesar 25,4 qtq dan 53,52 yoy. Adapun mayoritas pembiayaan diberikan untuk tujuan modal kerja dengan pangsa 68,6 . Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, pembiayaan terbesar diperuntukkan bagi sektor jasa umum sebesar Rp343,21 miliar dengan share sebesar 44,17 diikuti kemudian oleh lain-lain sebesar Rp149,22 miliar atau berpangsa 24,08 , dan sektor perdagangan perdagangan sebesar Rp157,8 miliar dengan pangsa 20,31 , Tingkat intermediasi bank syariah menunjukkan peningkatan dibanding triw ulan sebelumnya. Hal ini terjadi pada BUS dimana FDR nya naik dari 130,36 menjadi 146,08 qtq. Pertumbuhan positif dari indikator intermediasi ini dibarengi dengan meningkatnya kualitas kredit, sehingga indikator NPF Bank Syariah turun dari 2,41 pada triw ulan I-2010 menjadi 1,84 di triw ulan laporan. Peningkatan kualitas kredit ini terjadi pada BUS maupun BPRS. Sumber : LBU dan LBUS diolah Posisi miliar Rp Pangsa yoy qtq A Asset - Jenis Bank 547.44 676.50 970.57 100.0 77.3 43.47 1 BUS 495.34 607.78 896.85 92.4 81.1 47.56 2 BPRS 52.10 68.73 73.72 7.6 41.5 7.27 B DPK - Jenis Bank 369.49 466.28 526.54 100.0

42.5 12.92

1 BUS 346.26 437.24 496.33 94.3 43.3 13.51 2 BPRS 23.23 29.04 30.21 5.7 30.1 4.05 C Pembiayaan - Jenis Bank 506.16 619.65 777.06 100.0

53.5 25.40

1 BUS 465.87 570.00 725.04 93.3 55.6 27.20 2 BPRS 40.28 49.65 52.02 6.7 29.1 4.77 D Pembiayaan - Jenis Penggunaan 506.16 619.65 777.06 100.0

53.5 25.40

1 M odal Kerja 308.06 396.04 533.26 68.6 73.1 34.65 2 Investasi 65.34 83.07 83.32 10.7 27.5 0.30 2 Konsumsi 132.75 140.53 160.48 20.7 20.9 14.19 E NPF

3.94 2.41

1.84 F

FDR 136.16 122.45 132.89 Indikator Perbankan Syariah Tabel 3.9 No Uraian Trw II 2009 miliar Rp Trw II 2010 Trw I 2010 miliar Rp 47 Perkembangan Perbankan

5. ASESM EN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH

Asesmen secara umum terhadap stabilitas sistem keuangan daerah dilakukan guna melihat potensi sumber-sumber risiko keuangan daerah yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan di daerah. Asesmen yang dilakukan menyimpulkan bahw a pada triw ulan II-2010, risiko pada sektor ekonomi cenderung melemah. Hal ini diprediksi akibat kondisi perekonomian yang relatif stabil baik secara nasional maupun internasional. Walaupun demikian, prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsi intermediasinya harus tetap diutamakan oleh perbankan, sehingga kualitas intermediasi tetap terjaga. Asesmen Keuangan Bisnis dan Rumah Tangga Kondisi keuangan bisnis dan rumah tangga di Provinsi Lampung menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Indikator yang mencerminkan hal tersebut diantaranya adalah alokasi kredit, konsumsi sw asta dalam PDRB, dan hasil SKDU. Pada kredit, terjadi pertumbuhan kredit perbankan baik secara triw ulanan maupun tahunan. Penggunaan kredit untuk modal kerja dan investasi meningkat . Perkembangan konsumsi sw asta dalam PDRB juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 4,1 qtq atau 6,21 yoy. Begitu pula dengan hasil SKDU triw ulan II-2010 yang mengindikasikan situasi bisnis perusahaan mengalami peningkatan di triw ulan laporan. Pada triw ulan II-2010, keuangan sektor bisnis dan rumah tangga diprediksi akan lebih berkembang. Dari sisi sektor bisnis, stabilnya kondisi ekonomi makro serta potensi pasar untuk berbisnis di Lampung diperkirakan menjadi faktor utama berkembangnya keuangan sektor bisnis. Sementara itu, dari sisi sektor rumah tangga, daya beli masyarakat diperkirakan juga mengalami peningkatan seiring pembayaran rapel kenaikan gaji maupun panen komoditas pertanian. Asesmen Risiko Aktiva Produktif Bank Umum Aktiva produktif bank umum di Lampung didominasi dalam bentuk kredit 94,1 , yang diikuti kemudian oleh portfolio berbentuk penempatan pada bank lain 5,5 , penempatan pada SBI 0,3 , dan surat berharga dan tagihan lainnya 0,2 . Besarnya pangsa keempat jenis portfolio tersebut diprediksi tidak akan terlalu banyak berubah pada triw ulan III-2010. 48 Perkembangan Perbankan Berdasarkan kolektibilitas kredit, rasio NPLs gross bank umum mengalami penurunan, yaitu dari 3,81 menjadi 3,77 qtq. Nilai ini masih dibaw ah batas NPL yang disyaratkan. Asesmen Risiko Likuiditas Pada triw ulan laporan, risiko likuiditas Bank Umum di Provinsi Lampung berkurang. Indikator yang menunjukkan hal tersebut adalah rasio likuidit as serta alat likuid yang dimiliki bank umum sedikit mengalami pertumbuhan dari 4,95 menjadi 5,03 qtq. Hal ini menandakan meningkatnya kemampuan bank umum untuk memenuhi kew ajiban jangka pendeknya. Pada alat likuid, terjadi kenaikan jumlah giro pada bank lain secara signifikan, yaitu sebesar 183,58 qtq. Pada alat likuid berupa kas, peningkatan yang terjadi tercatat sebesar 4,01 qtq. Asesmen Risiko Rentabilitas Risiko rentabilitas perbankan di Provinsi Lampung berkurang. Hal ini terindikasi dari rasio rentabilitas perbankan yang meningkat dari 1,38 menjadi 2,49 qtq sehingga mengindikasikan meningkatnya kemampuan perbankan di Lampung untuk memperoleh keuntungan dari pengelolaan asetnya. Baik Bank Umum maupun BPR sama-sama membukukan kenaikan laba. 49 Perkembangan Perbankan BOKS III. DISKUSI PANEL PERBANKAN M ISCARRIAGE OF JUSTICE -BERBAGAI KASUS HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA Penegakan hukum di Indonesia, seringkali dilihat dari kacamata yang berbeda oleh masyarakat. Di satu sisi hukum dianggap sebagai dew a penolong bagi pihak yang diuntungkan, di sisi lain hukum sering dianggap sebagai hal yang menakutkan bagi mereka yang dirugikan. Hukum yang yang seharusnya bersifat netral bagi setiap pencari keadilan sering kali dianggap bersifat diskriminatif dan memihak kepada pihak yang kuat. Konflik penegakan hukum yang terjadi ini dikenal dengan istilah miscarriage of justice . Fenomena hukum tersebut, dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi hukum, di mana seseorang yang tidak bersalah, diproses atau bahkan dihukum pidana, padahal ia tidak bersalah, atau tidak ada tindak pidana yang dilakukan, namun proses penegakan hukum telah mengarahkan pada dirinya, sebagai pelaku kejahatan. Dengan beberapa contoh kasus yang diduga miscarriage of justice baik di tingkat nasional dan regional Lampung menimbulkan keprihatinan sehingga dengan latar belakang tersebut Bank Indonesia Bandar Lampung bersama-sama dengan BM PD Lampung berinisiatif untuk mengadakan diskusi panel perbankan dengan tema M iscarriage of Justice-Berbagai Kasus Hukum Perbankan Di Indonesia. M elalui kegiatan diskusi panel ini diharapkan dapat menumbuhkan persepsi yang sama dan sebagai m asukan bagi stakeholders terkait, khususnya kompolnas, staff ahli Kapolri maupun akademisi untuk memperbaiki sistem tata hukum yang ada. Contoh kasus miscarriage of justice yang sedang hangat-hangatnya terjadi di tingkat nasional yaitu kasus bailout Bank Century, namun kasus tersebut ada pula yang terjadi di tingkat regional Lampung. Perlu diketahui bahw a, sebagaimana lazimnya, suatu kegiatan usaha dapat memperoleh laba dan adakalanya menderita kerugian. Kerugian tersebut dapat disebabkan karena resiko bisnis yang normal dan mungkin juga memang karena ada pelanggaran terhadap SOP dan ketentuan yang berlaku. Kerugian yang disebabkan oleh adanya pelanggaran terhadap SOP dan ketentuan yang berlaku serta menguntungkan pihak tertentu dan merugikan keuangan negara sudah seharusnya dipidanakan. Hal ini telah menjadi komitmen Bank Indonesia bersama-sama dengan pemeri 50 Perkembangan Perbankan melalui peningkatan kualitas sistem pengaw asan dan sumber daya khususnya di Bank Indonesia. Berbeda halnya apabila SOP dan ketentuan telah dipenuhi namun Bank tetap menderita kerugian maka hal tersebut seharusnya tidak dipidanakan melainkan dikaitkan dengan kinerja pihak manajemen. Perlu ada batasan yang tegas antara kerugian sebagai kinerja dan kerugian yang bisa dipidanakan. Apabila penurunan kinerja tersebut dipidanakan, maka para eksekutif akan menja - atau lambat mengambil keputusan sehingga hal ini menjadi kontraproduktif. Hal ini harus diminimalisir sehingga terw ujud hukum yang sehat dan perbankan cepat dalam merespon kebijakan. Setelah melalui proses kegiatan diskusi diperoleh beberapa rekomendasi hasil diskusi yang meliputi: 1. Permasalahan perbankan diusahakan untuk diselesaikan melalui konsolidasi internal sebelum melibatkan penegak hukum; 2. Keadilan tanpa pengadilan yang sehat, untuk kasus pidana maupun perdata harus dihindari karena sangat merugikan masyarakat luas; 3. Perlu dilakukan perbaikan terhadap tata hukum di Indonesia, karena terdapat sehingga terkesan tidak adil; 4. Pihak yang terlibat dalam kasus hukum harus mengaw asi proses dan w aktu pelaksanaan penyelesaian kasus hukum sehingga dapat terhindar dari asas praduga bersalah yang dapat menimbulkan miscarriage of justice karena adanya faktor politik didalamnya. 51 Perkembangan Keuangan Daerah

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN

DAERAH Sejak pertengahan triw ulan II-2010, Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan pembahasan APBD Perubahan tahun 2010 yang ditargetkan akan selesai pada bulan Juli 2010. Selain meningkatkan anggaran untuk pendidikan dan kesehatan, Pemerintah Provinsi Lampung juga memprioritaskan penambahan anggaran untuk infrastruktur.

1. PENDAPATAN DAERAH

Berdasarkan Perda Provinsi Lampung Nomor 16 Tahun 2009 tentang APBD tahun 2010, pendapatan daerah tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp1,691 triliun. Sampai dengan bulan M ei, pendapatan daerah telah mencapai Rp795,82 miliar atau 47,04 dari target pendapatan tahun 2010. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, realisasi pendapatan yang terjadi hampir sama dengan realisasi pada bulan Juni tahun 2009 yang mencapai 48,60 . Dalam komponen pendapatan, realisasi lain-lain pendapatan yang sah telah mencapai 188,30 , atau merupakan yang tertinggi dibandingkan PAD 48,52 dan Dana Perimbangan 45,37 . Tingginya realisasi komponen lain-lain pendapatan yang sah diperoleh dari pendapatan penyelenggaraan pendidikan dan dana bagi hasil retribusi produksi kayu dan non kayu dari KabupatenKota yang realisasinya melampaui target. Sementara itu, realisasi PAD ditopang oleh komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang mencapai Rp12,82 miliar 104,66 . Sedangkan komponen lainnya dalam PAD berupa pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah masing-masing baru terealisasi sebesar 48,03 , 40,58 , dan 46,02 . Pada triw ulan II 2010, peningkatan realisasi pada komponen retribusi daerah salah satunya ditopang oleh retribusi alat berat yang sudah mulai banyak digunakan untuk pekerjaan proyek. Dalam komponen Dana Perimbangan, Bagi Hasil Bukan Pajak mencapai realisasi yang tertinggi, yaitu sebesar 64,43 . Hal ini didorong oleh tingginya realisasi pada komponen Bagi Hasil dari Pertambangan M inyak Bumi yang mencapai Rp37,82 miliar atau 66,3 dari yang ditargetkan. 52 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah JENIS PENERIMAAN ANGGARAN 2010 Realisasi Realisasi Realisasi 2010 2010 2009 s.d Mei 2010 s.d Mei 2010 s.d Juni 2009 Rp PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD 853,469,832,692 414,108,035,041 48.52 49.36 Pajak Daerah 721,500,000,000 346,551,491,767 48.03

46.57 Retribusi Daerah

6,697,012,500 2,717,785,187

40.58 56.12

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 12,251,820,192 12,822,733,448 104.66

99.33 Lain - lain PAD Yang Sah

113,021,000,000 52,016,024,640

46.02 69.42

DANA PERIMBANGAN 837,195,820,000 379,829,364,561 45.37 50.83 DBH Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak 165,873,811,000 50,055,195,561 30.18

17.99 DAU

643,748,209,000 321,502,029,000

49.94 60.76

DAK 27,573,800,000 8,272,140,000 30.00 29.99 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 1,000,000,000 1,883,032,664 188.30 1.43 JUMLAH 1,691,665,652,692.00 795,820,432,267 47.04 48.60 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung diolah

2. RENCANA DAN REALISASI BELANJA DAERAH

Belanja daerah tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp1,839 triliun. Sampai dengan bulan M ei 2010, realisasi belanja daerah mencapai Rp563, 77 miliar atau 30,64 dari target. M eskipun realisasi sampai dengan bulan M ei baru mencapai 30,64 dari target pendapatan tahun 2010, namun adanya penyelenggaraan pilkada pada aw al Juni diprediksi mengakibatkan realisasi belanja sampai dengan Juni 2010 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang mencapai 32,41 . Komponen belanja bantuan keuangan kepada provinsikabupatenkota dalam rangka penyelenggaraan PILKADA mencapai realisasi tertinggi, yaitu sebesar Rp18 miliar atau telah mencapai 92,31 dari target. Hal ini terjadi akibat penyelenggaraan PIKADA yang telah berlangsung bulan Juni 2010 lalu. Selanjut nya, realisasi belanja terbesar adalah komponen belanja tidak terduga yang mencapai Rp23,66 miliar atau 86,47 dari target. Sementara itu, belanja pegaw ai, barang jasa, dan modal baru terealisasi Rp328,89 miliar atau 26,12 dari target. Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah rupiah Belanja Pegawai, Barang Jasa, Modal 1,259,070,745,800 328,892,351,046 26.12 Belanja Hibah 41,450,000,000 9,878,875,000 23.83 Belanja Bantuan Sosial 99,450,000,000 26,245,028,145 26.39 Belanja Bagi Hasil 393,000,000,000 157,095,137,000 39.97 Belanja Bantuan KeuanganPILKADA 19,500,000,000 18,000,000,000 92.31 Belanja Tidak Terduga 27,358,391,000 23,657,422,600 86.47 TOTAL 1,839,829,136,800 563,768,813,791 30.64 Realisasi 2010 s.d Mei Uraian Anggaran Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung diolah 53 Perkembangan Sistem Pembayaran

BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM

PEMBAYARAN Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian, aktivitas sistem pembayaran menunjukkan pergerakan kearah yang sama. Hal ini tampak dari aliran uang kartal yang mengalami net outflow , sistem pembayaran RTGS yang net incoming, serta transaksi kliring yang meningkat.

1. PERKEM BANGAN ALIRAN UANG KARTAL

Aliran uang kartal di Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung mengalami net outflow . Rata-rata bulanan inflow yang tercatat sebesar Rp683,196 miliar, dan outflow sebesar Rp1.137,6 miliar menghasilkan net outflow sebesar Rp454,36 miliar. Kondisi ini disinyalir akibat maraknya penggunaan uang kartal terkait Pemilukada di 10 kabupaten di Lampung, serta sudah meningkatnya realisasi APBD di tengah tahun 2010 ini, terutama untuk membiayai proyek pembangunan. Jika dibandingkan dengan triw ulan I-2010, rata-rata nilai inflow pada triw ulan laporan mengalami penurunan sebesar 43,3 qtq, sedangkan nilai outflow meningkat signifikan sebesar 178,8 . Sumber : Bank Indonesia

2. PEM BERIAN TANDA TIDAK BERHARGA PTTB

Kebijakan Bank Indonesia terkait dengan pengedaran uang adalah selalu senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan uang kartal untuk masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup dengan jenis pecahan dalam kondisi layak edar fit to circulation. 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2009 2010 Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal miliar Rp Outflow Inflow 54 Perkembangan Sistem Pembayaran Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia antara lain melakukan pemilahan untuk memisahkan uang layak edar dan tidak layak edar, serta melakukan pemusnahan uang yang tidak layak edar tersebut dengan cara diracik Pemberian Tanda Tidak BerhargaPTTB. Kegiatan PTTB pada triw ulan laporan menunjukkan penurunan jumlah uang yang diracik. Secara bulanan, rata-rata uang yang di PTTB tercatat sebesar Rp261,97 miliar, sedangkan pada triw ulan sebelumnya sebesar Rp275,98 miliar. Sumber : Bank Indonesia

3. PENEM UAN UANG PALSU

Rasio uang palsu terhadap aliran uang masuk nengalami peningkatan dibandingkan triw ulan I-2010. Pada triw ulan laporan, jumlah uang palsu UPAL yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bandar Lampung sebesar Rp22,865 juta, dengan jumlah inflow yang terjadi sebesar Rp683,2 miliar. Sedangkan pada triw ulan sebelumnya jumlah UPAL tersebut Rp15,175 juta dengan inflow sebesar Rp1,2 triliun. Hal ini membuat rasio uang palsu terhadap aliran uang masuk meningkat dari 0,0013 menjadi 0,0033 . Peningkatan temuan tersebut diperkirakan sebagai dampak maraknya kegiatan perputaran uang untuk membiayai kegiatan Pemilukada. Dari total Rp22,865 juta, rincian jumlah temuan uang palsu terdiri atas : pecahan Rp100.000 sebanyak 56,86 dari total bilyet uang palsu, pecahan Rp50.000 sebanyak 38,71 dari total, pecahan Rp20.000 sebanyak 4,02 dari total, pecahan Rp10.000 sebanyak 0,26 , dan pecahan Rp5.000 sebanyak 0,15 dari total bilyet uang palsu. Uang pecahan Rp100.000 mengalami peningkatan sebesar 54,76 dibandingkan triw ulan lalu. Begitu pula dengan pecahan Rp50.000 43,9 , Rp20.000 70,37 , dan 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2009 2010 Grafik 5.2 Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung PTTB Inflow 55 Perkembangan Sistem Pembayaran Rp5.000 133,3 . Untuk meminimalisir bahkan mencegah peredaran uang palsu, sosialiasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kerap dilakukan oleh Bank Indonesia, baik itu melalui leaflet, banner, tayangan video, maupun sosialisasi langsung ke masyarakat. Sumber : Bank Indonesia

4. PERKEM BANGAN RTGS DAN KLIRING LOKAL

Transaksi non tunai melalui sistem BI-RTGS mengalami net incoming. Rata-rata bulanan outgoing transaction tercatat sebesar Rp5,58 triliun, meningkat 27,1 dibanding pada triw ulan I-2010 yang tercatat sebesar Rp4,39 triliun. Pada incoming transaction , rata-rata bulanan tercatat sebesar Rp 5,78 triliun, mengalami peningkatan 27,69 dibanding rata-rata bulanan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 4,52 triliun. Incoming transaction yang lebih tinggi dibanding outgoing transaction berarti bahw a lebih banyak transaksi keuangan yang masuk kedalam Provinsi Lampung. S umber : Bank Indonesia Rp 100,000 56.86 Rp 50,000 38.71 Rp 20,000 4.02 Rp 10,000 0.26 Rp 5,000 0.15 Grafik 5.3 Komposisi Penemuan Uang Palsu Trw II-2010 - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 Grafik 5.4 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Trw II-2010 Kliring RTGS-Outgoing RTGS-Incoming Rp miliar 56 Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triw ulan laporan, transaksi keuangan non tunai melalui sistem kliring mengalami peningkatan. Rata-rata bulanan transaksi keuangan dengan nominal Rp100 juta kebaw ah melalui sistem kliring tercatat sebesar Rp1,77 triliun dengan rata-rata volume 61.685 lembar w arkat. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan pada triw ulan sebelumnya yang memiliki rata-rata nilai transaksi bulanan sebesar Rp1,62 triliun dengan rata-rata volume 57.885 lembar w arkat. Kualitas kliring juga mengalami peningkatan dengan indikasi berkurangnya kliring pengembalian baik karena alasan cek dan BG kosong maupun karena alasan lain yang tercatat sebesar Rp27,62 miliar pada triw ulan lalu menjadi Rp19,64 miliar pada triw ulan laporan. M eski begitu, jumlah w arkat pengembalian pada triw ulan laporan lebih besar dibandingkan triw ulan sebelumnya. Kliring Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Perputaran Nominal milyar Rp 1,606.90 2,186.65 2,422.1 1,624.9 1,390.0 1,592.0 1,664.3 1643.0 1621.2 1767.4 Lembar 47,139 53,809 55,726 50,304 50,801 56,544 56,140 55,919 57,885 61,685 Pengembalian Nominal milyar Rp 12.49 12.55 20.37 40.67 17.79 17.70 22.16 18.95 27.62 19.64 Lembar 533 479 655 775 707 732 846 758 800 859 2008 2009 2010 Tabel 5.1 Perkembangan Rata-rata Triwulan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung S umber : Bank Indonesia

5. PENUKARAN UANG

Dalam rangka menjamin ketersediaan uang kartal dalam jumlah nominal yang cukup dan jenis pecahan yang sesuai, Bank Indonesia Bandar Lampung menyediakan loket penukaran uang di Kantor Bank Indonesia maupun melalui kegiatan kas keliling tanpa dipungut biaya. Selama triw ulan laporan, aktivitas penukaran uang mengalami peningkatan sebesar 23,4 qtq. Jumlah uang pecahan kecil yang ditukarkan melalui kas keliling maupun loket di Bank Indonesia Bandar Lampung tercatat sebesar Rp33,83 miliar dengan pecahan kertas nominal Rp10.000 sebagai pecahan terbanyak yang ditukarkan. Untuk uang logam, masyarakat paling banyak menukar pecahan Rp200,- yang diikuti kemudian oleh pecahan Rp100,- dan Rp500,. M eningkatnya jumlah penukaran menunjukkan bahw a akt ivitas ekonomi masyarakat menunjukkan perkembangan yang baik. 57 Perkembangan Sistem Pembayaran 100000 50000 20000 10000 5000 2000 1000 500 200 100 TOTAL Januari 0.0 0.0 2,925.5 2,527.6 1,835.9 944.5 360.3 0.5 34.0 42.0 8,670.4 Februari 380.0 63.5 2,405.8 2,883.3 2,149.8 1,224.4 464.0 0.2 25.0 19.0 9,615.1 Maret 1.5 50.0 1,972.9 3,121.4 2,206.0 1,423.0 212.5 69.0 38.6 24.3 9,119.2 Total Triwulan I-2010 381.5 113.5 7,304.2 8,532.3 6,191.7 3,592.0 1,036.8 69.8 97.6 85.3 27,404.7 April 40.0 351.7 2,398.3 3,292.4 2,331.8 1,558.1 180.4 0.5 58.4 31.4 10,243.1 Mei 180.4 53.7 3,019.6 3,901.9 2,559.7 1,694.3 134.8 32.5 79.0 68.3 11,724.2 Juni 120.0 5.0 2,822.0 4,007.3 2,594.7 1,974.7 197.7 74.3 41.4 24.6 11,861.6 Total Triwulan II-2010 340.4 410.4 8,239.9 11,201.6 7,486.2 5,227.2 512.9 107.3 178.8 124.3 33,828.9 Periode Nominal Rp Juta Tabel 5.2 Perkembangan Penukaran Uang Triw ulan II-2010 Sumber : Bank Indonesia 58 Kesejahteraan Masyarakat Daerah

BAB VI – PERKEMBANGAN

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

1. KETENAGAKERJAAN

Jumlah penduduk usia kerja usia 15 tahun keatas di Lampung pada tahun 2010 mencapai 5,42 juta jiw a atau meningkat 2 dibandingkan tahun 2009. Penduduk usia kerja yang tergolong angkatan kerja meningkat 3,49 , sedangkan penduduk usia kerja yang tergolong bukan angkatan kerja yang terdiri dari ibu rumah tangga dan anak sekolah meningkat sebesar 5,78 . Pada tahun 2010, penduduk usia kerja yang bekerja mencapai 3,7 juta jiw a atau meningkat hanya 0,65 dibandingkan tahun 2009. Sementara itu, penduduk usia kerja yang tergolong pengangguran terbuka akibat sedang mencari kerja, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan, maupun belum memulai pekerjaan menurun 3,20 . Peningkatan penduduk usia kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penduduk angkatan kerja mengakibatkan penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK sebesar 1,1 dibandingkan tahun 2009. Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah Sejalan dengan aktivitas ekonomi yang sedang menggeliat pada beberapa sektor, maka terjadi pula pergeseran jumlah tenaga kerja. Bila dibandingkan tahun Feb10 - Agt09 Feb09 - Feb10 Penduduk Usia 15 tahun keatas 5,315.2 5,351.9 5,421.7 1.30 2.00 Angkatan Kerja 3,738.3 3,627.2 3,753.7 3.49 0.41 Bekerja 3,507.4 3,387.2 3,530.2

4.22 0.65

Pengangguran Terbuka 230.9 240.0 223.5 -6.88 -3.20 Bukan Angkatan Kerja 1,576.9 1,724.8 1,668.0 -3.29 5.78 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 70.3 67.8 69.2 Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan di Provinsi Lampung Uraian Februari 2009 ribuan jiwa Persentase Perubahan Agustus 2009 ribuan jiwa Februari 2010 ribuan jiwa 59 Kesejahteraan Masyarakat Daerah Agt09 - Feb10 Feb09 - Feb10 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan 2,053.3 1,829.6 2,043.1 11.67 -0.50 Industri 265.6 298.7 283.7 -5.02 6.81 Konstruksi 92.5 151.0 118.3 -21.66 27.89 Perdagangan, Rumah M akan, Jasa Akomodasi 563.1 600.7 557.0 -7.27 -1.08 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 157.9 133.5 138.6 3.82 -12.22 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 332.2 326.1 351.8 7.88 5.90 Lainnya 42.8 47.6 37.7 -20.80 -11.92 Total 3,507.4 3,387.2 3,530

4.22 0.65

Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja M enurut Lapangan Kerja Utama Februari 2010 ribuan jiwa Persentase Perubahan Uraian Februari 2009 ribuan jiwa Agustus 2009 ribuan jiwa 2009, jumlah pekerja pada sektor transportasi, sektor perdagangan, dan sektor pertanian mengalami penurunan. Namun, penurunan ini diimbangi dengan peningkatan jumlah pekerja yang terjadi pada sektor konstruksi, sektor industri, dan sektor jasa kemasyarakatan masing-masing sebesar 27,89 , 6,81 dan 5,90 . Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah Sumber : BPS Provinsi Lampung diolah Hal yang cukup menggembirakan adalah jumlah penduduk usia kerja yang bekerja di sektor formal memiliki porsi yang semakin tinggi. Pekerja di sektor formal tahun 2010 memiliki porsi sebesar 21,33 , meningkat dibandingkan tahun 2009 yang memiliki porsi sebesar 21,19 . Sementara itu, porsi pekerja informal menurun menjadi 78,67 dari 78,80 pada tahun 2009. Agt09 - Feb10 Feb09 - Feb10 Berusaha sendiri 538.3 583.4 523.3 -10.30 -2.79 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 910.1 883.4 926.6 4.89 1.81 Berusaha dibantu buruh tetap I 89.4 70.2 96.1 36.89 7.49 Buruhkaryaw an II 654.0 616.2 656.9 6.60 0.44 Pekerja bebas di Pertanian 258.1 199.7 267.7 34.05 3.72 Pekerja bebas non pertanian 163.9 190.5 168.6 -11.50 2.87 Pekerja tak dibayar 893.7 843.8 890.9 5.58 -0.31 Total 3,507.5 3,387.2 3,530 4.22 0.64 Jumlah Pekerja Formal I + II 743.4 686.4 753 9.70 1.29 Jumlah Pekerja Informal selain I dan II 2,764.1 2,700.8 2,777 2.83 0.47 Tabel 6.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja M enurut Status Pekerjaan Persentase Perubahan Uraian Februari 2009 ribuan jiwa Agustus 2009 ribuan jiwa Februari 2010 ribuan jiwa 60 Kesejahteraan Masyarakat Daerah M eskipun demikian, mayoritas penduduk yang bekerja berpendidikan SD ke baw ah, SM P, dan SM A. Sedangkan penduduk bekerja yang berpendidikan sampai dengan sarjana hanya mencapai 2,5 dari total penduduk yang bekerja. Hal ini sejalan dengan fakta bahw a tingkat pengangguran terbuka TPT pada tingkat sarjana 21,57 merupakan yang tertinggi setelah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan diploma 24,75 . Seiring dengan masuknya industri baru di Lampung, penyerapan jumlah tenaga kerja diperkirakan meningkat, terutama di sektor pertanian. Sebanyak 2 dua perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan yang telah mendapatkan izin persetujuan proyek baru pada tahun 2010 ini akan menyerap sejumlah 750 orang tenaga kerja. Sebanyak 4 empat perusahaan baru yang bergerak di sektor industri akan menyerap sekitar 410 orang tenaga kerja. Sementara itu, 3 usaha di bidang perdagangan dan jasa yang telah memperoleh persetujuan realisasi akan menyerap sekitar 91 orang tenaga kerja.

2. KESEJAHTERAAN

2.1. Kesejahteraan Petani