1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Dengan kata lain masa remaja adalah masa yang seolah-olah tidak memiliki tempat yang jelas,
ia tidak termasuk golongan anak juga tidak termasuk golongan dewasa. Karena remaja belumlah mampu menguasai fungsi fisik maupun psikisnya, oleh karena
itu masa remaja biasa kita dengar sebagai masa transisi atau masa peralihan. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri-ciri
psikologis tertentu pada seseorang. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki tahap progresif. Kegoncangan emosi,
kebimbangan dalam mencari pegangan hidup, kesibukan mencari bekal pengetahuan dan kepandaian untuk menjadi senjata dalam usia dewasa merupakan
bagian yang dialami oleh setiap remaja. Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk menemukan jati dirinya, jika dihadapkan pada keadaan luar atau lingkungan
yang kurang serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah mereka jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan, ketidakpastian dan
kebimbangan. Hal seperti ini telah menyebabkan remaja Indonesia jatuh pada kelainan-kelainan kelakuan kenakalan remaja yang membawa bahaya terhadap
dirinya sendiri baik sekarang maupun di kemudian hari. Untuk menanggulangi kenakalan remaja tersebut, maka dibutuhkan sebuah
wadah organisasi yang aktivitasnya positif dan bernuansa keagamaan. Karena dengan jiwa keagamaan yang kuat tentunya mampu membawa remaja berpikir
dan berperilaku positif. Remaja masjid adalah sebuah organisasi muslim yang memiliki keterikatan dengan masjid. Karena itu perlu menghadirkan program
kerja aktivitas yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan keremajaan dan ke- masjidan. Program-program yang disusun diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
anggota dalam menda’wahkan Islam, menambah kemakmuran Masjid serta
bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, diharapkan mampu meningkatkan keimanan, keilmuan dan keterampilan remaja muslim di lingkungan Masjid guna
2 mencapai tujuan organisas
i yaitu “Terbinanya umat Islam yang beriman, berilmu
dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah untuk mencapai keridlaan-Nya Fiki Priyatna dalam httpfikiwarobay.blogspot,com2012contoh
program-kerja-remaja-masjid.html. Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam. Dalam arti masjid
sebagai instrument yang dapat digunakan untuk bersujud, beri’tikap, bahkan
masjid dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegitan berdimensi social yang melibatkan manusia dengan menjadikannya sebagai sentral kegiatan. Hal ini
berhubungan juga dengan potensi masjid itu sendiri yang harus diberdayakan dengan segenap kemampuan para pengelolanya. Dalam hal ini dibutuhkan
keahlian skill yang tidak sekedar cukup saja, tetapi mesti dilaksnakan secara maksimal sebagai implementasi dari dakwah bil ahsan al-amal melakukan
perubahan dengan mengerahkan segenap kemampuan. Dengan pemahaman semacam ini, masjid dapat dimaknai sebagai instrument atau sarana ibadah
universal. Tidak hanya ibadah mahdloh mikro saja, tetapi juga ibadah ghoiru mahdloh makro. Sehingga, masjid kembali lagi pada fungsinya sebagaimana
zaman Nabi Muhammad saw., dahulu yakni, sebagai pusat pendidikan Islam yang berupaya menanamkan nilai-nilai dasar agama Islam, agar menjadi way of life
pandangan dan sikap hidup, bahkan harus menjadi pedoman hidup seseorang Muhaimin, 2005: 7-8.
Pada masa Rasulullah, umat Islam di Madinah berkembang dari masyarakat kecil menjadi masyarakat kota dan kemudian menjadi Negara, fungsi
masjid di Madinah bertambah Harun Nasution, 1996: 248. Di masjid itulah beliau bersama kaum muslimin membina masyarakat baru, masyarakat yang
disinasi oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat. Di masjid itulah beliau bermusyawarah mengenai berbagai urusan, menyampaikan ajaran
Islam, nasihat-nasihat dan juga pidato-pidato kepada umat Islam Asma Hasan Fahmi, 1997: 33. Di sinilah beliau bertindak sebagai hakim dan memutuskan
problem-problem umat serta bermusyawarah dengan para sahabat. Dari masjid itulah beliau mengatur siasat perang dan siasat Negara. Ringkasnya, masjid
3 Madinah dalam perkembangannya menjadi markas besar atau pusat pemerintahan
Nabi Muhammad saw, baik dalam bidang militer maupun dalam bidang sipil. Perubahan terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Ketika Bagdad di
bangun pada abad 762 M, didirikan istana sebagai pusat kegiatan pemerintahan. Masjid tidak lagi merupakan kegiatan politik dan militer. Tetapi masjid terus
merupakan tempat khalifah atau Amir menyampaikan pengumuman-pengumuman penting kepada rakyat. Lambat laun masjid putus hubungan dengan kegiatan
politik pemerintahan, dan mulai menjadi peribadatan dan kajian ilmu pengetahuan agama saja. Dalam perkembangan selanjutnya, fungsi pokok masjid tinggal
menampung aktivitas sholat saja. Untuk itu fungsi masjid menjadi semakin
terbatas, yakni tempat shalat lima waktu berjama’ah, shalat jum’at, shalat tarawih
di bulan puasa, shalat idul fitri dan shalat idul adha, sehingga fungsi masjid telah banyak mengalami kemerosotan sepeninggal Nabi dan para sahabatnya. Namun
pada masa sekarang fungsi masjid mulai berkembang tidak hanya sebagai tempat ibadah sholat berjamaah saja, namun sudah mulai ada aktivitas-aktivitas kajian-
kajian ilmu keagamaan seperti kitab kuning, dan ada organisasi remaja masjid yang memiliki berbagai macam aktivitas.
Memahami masjid secara universal berarti juga memahaminya sebagai sebuah instrument social masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada umumnya merupakan salah satu perwujudan aspirasi umat Islam sebagai tempat ibadah yang menduduki
fungsi sentral. Mengingat fungsinya yang strategis, maka perlu dibina sebaik- baiknya, baik dari segi fisik bangunan maupun segi kegiatan pemakmurannya. A.
Bachrun Rifa’I dan Moch. Fakhruroj
i, 2005: 14. Melalui pemahaman ini, muncul sebuah keyakinan bahwa masjid menjadi pusat dan sumber peradaban Islam.
Melalui masjid kita dapat bersujud, beribadah kepada Allah SWT., dalam dimensi ritual dan social dengan berbagai macam cara. Melalui masjid pula, kita dapat
membangun sebuah system masyarakat yang ideal sebagaimana yang dicita- citakan oleh ajaran Islam.
Melalui masjid, kaderisasi generasi muda dapat dilakukan melalui proses pendidikan Islam yang bersifat kontinu untuk pencapaian kemajuan. Sehingga
4 pendidikan agama tidak cenderung mengedepankan aspek kognitif saja,
melainkan pada aspek afektif dan psikomotorik siswa. Melalui aktivitas-aktivitas yang positif seperti kajian kitab fiqh perempuan, kajian keislaman, pembinaan
organisasi dan lain sebagainya membuat pengetahuan keagamaan remaja berkembang.
Hasil wawancara dengan bapak Hafid selaku Pembina organisai Remaja
Masjid Jami’ “Al
-
Baitul Amien” Kabupaten Jember
dan selaku kepada Sekolah Dasar SD Al-Baitul Amien, mengungkapkan sebagai berikut:
“Masjid Jami’ “Al
-
Baitu Amien” Kabupaten Jember merupakan tempat
beribadah bagi masyarakat Jember, tidak hanya tempat beribadah saja, namun juga tempat kajian social dan kajian keagamaan Islam berbagai kegiatan telah
dilakukan mulai dari pendidikan, kajian kitab fiqh perempuan, kajian kitab, kajian buku-buku terpopuler, tempat Pengajian Al-
Qur’an, tempat
pelatihan kaderisasi, bahkan di bulan Ramadlon ada Tanya jawab keagamaan bekerja sama dengan
radio republic Indonesia RRI disiarkan secara langsung, istighosah, solawadan dan lain-
lain” Wawancara Senin, 4 N
opember 2015. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengkaji secara mendalam melalui penelitian dengan judul ”
Aktivitas Remaja
Masjid Jami’ “Al
-Baitul Amien
” dalam Mengembangkan Jiwa Keagamaan
Remaja di Kabupaten Jember. D. Fokus Penelitian
Dalam penelitian mutlak harus ada masalah, karena penelitian bertitik tolak dari munculnya masalah dan perlunya untuk segera dipecahkan. Orang ingin
mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang ia hadapi Arikunto, 2002 : 22. Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut
di atas, maka yang menjad fokus kajian dalam penelitian ini yaitu
aktivitas
masjid Jami’ ”
Al-Baitul
Amin” dalam me
ngembangkan jiwa keagamaan remaja di Kabupaten Jember. Kemudian fokus kajian penelitian ini dijabarkan menjadi
fokus penelitian sebagai berikut :
5 1. Bagaimana bentuk-bentuk aktivitas remaja
masjid Jami’ ”
Al-Baitul
Amien”
dalam mengembangkan jiwa keagamaan remaja di Kabupaten Jember ? 2. Bagaimana
pengelolaan aktivitas remaja
masjid Jami’ ”
Al-Baitul Amien
”
dalam mengembangkan jiwa keagamaan remaja di Kabupaten Jember ? 3. Faktor-faktor apa saja yang medukung dan menghambat terlaksananya aktivitas
remaja
masjid Jami’ ”
Al-Baitul Amien
” dalam mengembangkan jiwa
keagamaan remaja di Kabupaten Jember ?
E. Tujuan Penelitian