nilai-nilai, akhlak, intelektualitas, profesionlisme, moralitas dan integritas islam. Sehingga diperoleh kader ideal Remaja masjid yang memiliki profil:
remaja mislim yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia yang mampu beramal shaleh secara professional serta memiliki fikrah Islam yang
komprehensif.
a. Pengertian Masjid
Secara etimologi masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat untuk bersujud atau tempat menyembah Allah SWT. M. E. Ayub,
dkk., 1999: 1. Namun dalam arti terminology, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti yang luas
universal.
Selain itu, masjid diartikan sebagai Baitullah atau “Rumah Allah”.
Yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa setiap muslim di dunia
memiliki hak yang sama untuk menikmati fungsi masjid dan sama-sama berhak memanfaatkan fasilitasnya dan sekaligus memiliki tanggungjawab
moral dan teologis untuk menjaga dan memeliharanya dengan baik. Tak ada izin untuk memanfaatkannya. Tidak ada seorang muslim pun dipungut biaya
dan tidak pula ada langganan. Tidak ada kuota, batas, atau larangan bagi umat Islam manapun untuk memenuhi masjid. Ini merupakan hasil praktis
dari masjid sebagai wakaf, suatu amanat yang diberikan pemberiannya kepada Allah.
Masjid merupakan tempat berkumpulnya orang-orang muslim. Pemberdayaan fungsi masjid bukan sekedar memfungsikan masjid sebagai
tempat ritual hablun minallah saja. Masjid pun dapat diberdayakan sebagai rumah social bagi saudara-saudara muslim yang kurang mampu. Rasulullah
dan para sahabat pernah membangun sebuah ruangan di sebelah Masjid Nabawi yang disebut Shuffa. Suffa meupakan tempat pemondokan bagi
sahabat yang melakukan kegiatan dakwah dan penyiaran agama Islam.
Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah SAW., “Shalat
berjamaah melebihi shalat sendiri
dengan dua puluh tujuh derajad” HR.
Bukhory dan Muslim.
Sebenarnya inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan
shalat berjama’ah, yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar.
Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjamaah merupakan indicator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid.
Jadi keberhasilan dan kekurang berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat
berjamaah. Meskipun
perjalanan sejarahnya,
Masjid telah
mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan
peranannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada masjid. Disamping menjadi tempat beribadah. Masjid telah menjadi
sarana berkumpul, menuntut ilmu
, bertukar pengalaman pusat da’wah dan
lain sebagainya. Masjid bukan hanya bangunan fisik saja, namun ia seharusnya
menjadi sebuah institusi pembangunan masyarakat yang tidak hanya berkutat dalam aspek ibadah ritual saja. Masjid sebaiknya dirancang agar
dapat memfasilitasi berbagai kegiatan dan fasilitas seperti sekolah, perpustakaan, warung, toko kelontong agar masyarakat lebih merasa
memiliki institusi lembaga dan ikut memakmurkannya. Hal ini dilakukan dengan memisahkan antara ruang sholat perlu dilakukan juga terhadap
sumber daya manusia yang mengelola masjid tersebut Aisyah N. Handryant, 2010: 37.
Banyak masjid didirikan umat Islam, baik masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid
didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri kepada Penciptanya tunduk dan patuh mengabdi kepada
Allah SWT. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energy kehirupan umat.
b. Fungsi Masjid