mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan
mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Isjoni, 2009:23 Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif itu adalah kerja kelompok yang terorganisir dan terkelola dimana siswa secara kooperatif dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri daru 4-6 orang untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif itu mengutamakan kerja sama diantara siswa dalam kelompok-kelompok kecil sehingga tercipta
masyarakat belajar learning community dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Model ini dirancang pada umumnya untuk menunjang proses
pembelajaran siswa yang berkaitan dengan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan dan keragaman, serta pengembangan keterampilan sosial siswa.
Siswa belajar dan saling membantu belajar satu sama lain, energi sosial siswa dimanfaatkan untuk berdiskusi, berdebat dan menggeluti ide-ide, saling menghargai,
dan saling mengambil tanggung jawab satu sama lain sehingga tercipta suatu suasana pembelajaran yang produktif.
1. Model - Model dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas Isjoni, 2009:73, yaitu ;
a. Student Team Achievement Division STAD; b. Jigsaw;
c. Teams-Games-Tournaments TGT; d. Group Investigation GI;
e. Rotation Trio Exchange; f. Group Resume.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model Group Investigation GI. Model ini dikembangkan Sharan Sharan, dan
merupakan salah satu model kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan
prinsip pembelajaran demokrasi.
2. Strategi Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw pertama kalinya diperkenalkan oleh Aronson pada tahun 1964 dan 1974 merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam
penyelenggaraannya. Menurut Slavin dalam Isjoni, 2009: 77, di dalam model jigsaw terdapat enam
tahap, yaitu : 1. Pembentukan Kelompok Kecil
Pembentukan kelompok-kelompok siswa ini dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar
kelompok, keanggotaan kelompok seyogyanya heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Jumlah siswa dalam kelompok
harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan
produktifitasnya. Jumlah paling tepat terdiri dari 4-6 orang. 2. Pemberian Tugas dan Penguasaan Materi
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan bagian bahan pelajaran yang mesti dipelajari dan menyampaikan bahan tersebut kepada anggota
kelompok asal. Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok yang baru. Karena kelompok baru
ini akan mengerjakan tugas dengan bidang yang telah ditentukan dan menentukan bagaimana cara mengajarkan ilmu yang baru mereka peroleh kepada anggota lain
dari kelompok asal mereka. 3. Penerapan pada Kelompok Asal
Pada tahap ini masing-masing perwakilan kembali ke kelompok asal. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompok
sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami tugas yang diberikan guru 4. Analisis dan Sintesis
Siswa diberi teskuis, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.
5. Presentasi Produk Akhir Sebagian atau seluruh kelompok di dalam kelas memberikan presentasi yang
menarik atas topik yang dipelajari agar dapat melibatkan seluruh kelas dalam pekerjaan kelompok lain dan memperoleh pandangan yang lebi luas atas topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru. 6. Evaluasi
Guru dan siswa mengevaluasi konstribusi masing-masing kelompok terhadap kerja kelas, secara keseluruhan evaluasi dapat secara individual atau penilaian
kelompok atau keduannya Dengan demikian, secara umum penyelenggaraan model belajar Jigsaw dalam
proses belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara
kelompok. Terdapat kata kunci yaitu “bekerja bersama” menempatkan siswa dalam
suatu kelompok selanjutnya meminta mereka bekerja bersama. Meskipun mereka
sudah dikelompokkan, diberi tugas, lalu bekerja bersama, pembelajaran kooperatif ini bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif persaingan. Nuansa
kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Untuk menciptakan pembelajaran sedemikian, sehingga siswa bekerja secara kooperatif
antara mereka, perlu dipahami dan diperhatikan komponen–komponen essensialpenting antara lain, 1Saling ketergantungan positif, 2tanggung jawab
individu atau kelompok, 3tatap muka, 4komunikasi antar anggota dan 5evaluasi proses kelompok.
Dengan pembelajaran teknik model Jigsaw ini diharapkan akan terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok. Dengan cara ini setiap indivuidu akan
merasakan bahwa sebenarnya belajar IPA itu tidak sulit, karena bisa dilakukan bersama–sama dengan teman sebaya. Keadaan ini sejalan dengan tingkat
perkembangan anak seusia Sekolah Dasar yang senang bermain bersama. Untuk pelaksanaan agar terjadi efisiensi waktu selama proses pembelajaran,
bangku sudah ditata sedemikian rupa sehingga sudah membentuk kelompok. Penataan bangku memainkan peran penting dalam kegiatan belajar model
pembelajaran kooperatif sehingga semua siswa bisa melihat guru atau papan tulis dengan jelas. Disamping itu, harus bisa melihat dan menjangkau rekan-rekan
kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Penataan bangku yang bisa dipakai dalam pembelajaran kooperatif model Jigsaw
adalah sebagai berikut : Gambar 1 Meja Klasikal Kelompok
Gambar 2 Meja Berbaris
Gambar 3 Meja Individu
Gambar 2.1 Penataan Bangku Kelas
Penggunaan meja kelompok dan meja klasikal gambar1 dapat menempatkan siswa dalam kelompok secara berdekatan. Sedangkan penggunaan meja berbaris
gambar 2 dapat menempatkan dua kelompok duduk dalam satu meja sedangkan penataan terbaik dan relatif lebih mudah adalah dengan menempatkan bangku
individu dengan meja tulisnya gambar3. Dalam penelitian tindakan ini, peneliti dalam proses pembelajaran di kelas
penataan bangkunya menggunakan “Meja Individu” karena sesuai dengan model pembelajaran kooperatif model Jigsaw dan lebih efektif dalam pembelajaran dengan
media pembelajaran berupa bagan metamorfosis sempurna.
D. Media Pembelajaran