Universitas Sumatera Utara
tahun 1984 ditemukan nilai protrusi bola mata secara signifikan lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita.
8
Kaye dkk
32
meneliti 462 pasien dengan rentang usia 9-82 tahun dan menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata protrusi bola mata pada laki-laki dan wanita.
Tsai dkk
33
mendapatkan perbedaan signifikan antara rerata protrusi bola mata pada laki-laki dan wanita.
Pengaruh jenis kelamin terhadap nilai protrusi bola mata masih kontroversi. Hal ini diduga terjadi karena pengaruh ras.
2.5.3 Antropometri
Peyster dkk
34
menemukan bahwa pada pasien dengan obesitas, terdapat peningkatan lemak orbita dibandingkan pasien normal. Wear dkk
29
meneliti antropometri orbita dan mata pada 39 subjek dengan ras Kaukasia. Mereka melakukan analisis korelasi multivariat antara tinggi badan
dengan parameter orbita lebar orbita, tinggi orbita, protrusi bola mata dari rima orbita lateral, protrusi bola mata dari rima orbita superior dan inferior, perimetri rima orbita dan menemukan
bahwa tinggi badan merupakan faktor utama yang mempengaruhi adanya variasi antropometri orbita.
Smoldrers dkk
4
penelitiannya berupa nilai protrusi bola mata pada subjek dengan IMT
30kgm
2
dan dibandingkan dengan control 26IMT 20 kgm
2
. Mereka menemukan bahwa pasien obesitas memiliki nilai protrusi bola mata yang lebih tinggi serta diameter otot
rektus medial yang lebih besar. Hal ini diduga akibat meningkatnya ukuran leak retro orbita dan otot intraorbita pada subjek dengan IMT
30kgm
2
Kaskouli dkk
21
pada penelitiannya ditemukan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara protrusi bola mata dengan tinggi badan dan berat badan pada kelompok anak-anak, sedang pada
kelompok remaja ditemukan korelasi yang signifikan dengan tinggi badan dan berat badan. Inkonsistensi hubungan nilai protrusi bola mata dengan antropometri tinggi badan, IMT
diduga akibat dari jumlah sampel yang sedikit dari penelitian-penelitian yang sudah ada.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.5.4. Parameter Orbita
Beberapa penelitian menemukan korelasi linear yang positif antar nilai protrusi bola mata dengan jarak rima orbita lateral dan jarak antar pupil.
21,22,32
Hal ini diduga akibat lebih landainya rongga orbita pada jarak rima orbita lateral yang lebih besar. Meskipun nilai protrusi bola mata
dengan jarak rima orbita lateral dan jarak antar pupil memiliki korelasi yang positif, keadaan tersebut bukan sesuatu proses sebab akibat, namun merupakan hal yang terjadi bersamaan.
21
2.5.5. Ras dan Etnis