Proptosis Pengukuran Nilai Protrusi Bola Mata

Universitas Sumatera Utara

2.4. Protrusi Bola Mata

Protrusi bola mata diukur dari puncak kornea menuju garis sejajar yang dilalui oleh kedua titik margin rima orbita lateral.

2.4.1. Proptosis

Proptosis adalah peningkatan yang abnormal dari nilai protrusi bola mata. Eksoftalmus adalah proptosis yang biasanya disertai dengan kelainan kelenjar tiroid, sedangkan enoftalmus adalah penurunan abnormal nilai protursi bola mata. 2 Pseudoproptosis disebabkan akibat penonjolan bola mata yang bukan disebabkan peningkatan isi bola mata. Penyebab dari pesudoproptosis adalah antara lain membesarnya bola mata akibat myopia tinggi, kelemahan atau parese otot ekstra ocular, enoftalmos mata sebelahnya, ukuran orbita yang tidak simetris, fisura palpebra yang tidak simetris umumnya akibat kelopak mata ipsilateral atau parese saraf wajah atau ptosis kontralateral. 26 Ada studi biopsi terhadap kasus proptosis pada anak-anak yang dilakukan oleh Shields dkk, mendapatkan bahwa 85 kasus proptosis disebabkan oleh lesi jinak seperti kista, lesi inflamasi, atau hamartoma. Rabdomiosarkoma, retinoblastoma, dan leukemia terdapat pada sisanya 25 kasus proptosis. 27 Tabel 1.1 jumlah dan persentase lesi penyebab proptosis pada anak 28 Jenis Lesi Jumlah Persentase Selulitis orbita Glioma saraf optic-kiasma optikum Graves ophthalmopati Rabdomiosarkoma orbita Neuroblastoma metastasis Neurofibroma orbita Hemangioma orbita Sarcoma Ewing metastase Kista dermoid orbita 22 8 8 7 4 3 2 2 1 38,6 14,1 14,1 12,3 7,0 5,2 3,5 3,5 1,7 Total 57 100 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Abnormalitas kraniofasial akibat trauma wajah atau kelainan congenital dapat menyebabkan proptosis

2.4.2. Pengukuran Nilai Protrusi Bola Mata

Tindakan pengukuran protrusi mata disebut eksoftalmometri. Teknik eksoftalmometri ini merupakan teknik pemeriksaan yang penting dalam evaluasi pasien dengan kelainan orbita. Terdapat 3 jenis pengukuran eksoftalmometri, yaitu: 2 a. Eksoftalmometri absolut, yaitu pengukuran protrusi bola mata dibandingkan dengan nilai rerata standar yang ada. Eksoftalmometri absolut sangat penting dalam diagnosis proptosis bilateral, karena pada keadaan ini protrusi kedua mata. b. Eksoftalmometri relatif, yaitu pengukuran protrusi bola mata dibandingkan dengan mata sebelahnya pada individu yang sama. Eksoftalmometri relative penting dalam diagnosis proptosis unilateral. Sebagian besar penelitian yang telah ada mendapatkan nilai relatif protrusi bola mata yang tidak lebih dari 2 mm c. Eksoftalmometri komparatif, yaitu pengukuran protrusi bola mata dibandingkan dengan mata yang sama dalam periode waktu tertentu. Eksoftalmometri komparatif penting dalam memonitor perubahan besar protrusi seiring waktu yang berjalan, sehingga dapat mengikutin progresifitas proptosis tersebut. Pada beberapa studi, pengukuran luar daerah orbita atau fotografi teleh dilakukan untuk mengukur anatomi mata dan daerah sekitar wajah. Namun, teknik ini tidak dapat menggambarka tulang dan jaringan lunak secara akurat. 29 Alat eksoftalmometri hingga saat ini yang paling sering digunakan adalah “Hertel eksoftalmometri”, namun alat ini sulit dipakai apabila terdapat kelainan pada rim orbita lateral, seperti pada pasien dengan riwayat pengambilan tulang rima orbita lateral pada dekompresi orbita dan pengangkatan tumor orbita. 30 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1. Cara pemeriksaan Hertel Eksoftalmometri pada Pasien 31 Bogren dkk 22 membandingkan Hertel eksoftalmometri dengan teknik pengukuran secara radiografik. Mengukur dengan teknik radiografik pada protrusi bola mata secara akurat dan sensitif. Namun, pengukuran ini sangat rumit dan mahal. Hertel eksoftalmometri yang digunakan sebagai pembanding teknik radiografik tersebut dinyatakan lebih mudah digunakan dan lebih siap sedia untuk kepentingan klinis. Hertel eksoftalmometri telah banyak digunakan oleh para klinisi untuk menentukan protrusi bola mata pasien. 22 Pada tahun 2001, Kim dan Choi 25 membandingkan pengukuran oleh CT Scan orbita dengan Hertel eksoftalmometri di Korea dan menentukan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kedua alat ukur tersebut.

2.5. Faktor yang Berhubungan dengan Nilai Protrusi Bola Mata