Universitas Sumatera Utara
2.6. Pengobatan Tumor Orbita
Pengobatan yang diberikan pada penderita tumor orbita tidaklah sama, tergantung dari jenis tumor dan stadium pada saat tumor ditemukan. Pada tumor jinak, tindakan pembedahan
mudah dilakukan tanpa mengganggu bola mata, sehingga penglihatan dan kosmetik wajah tidak terganggu. Namun bila pada pemeriksaan mikroskopik dan patologi anatomi PA menunjukkan
tanda-tanda keganasan, maka harus segera dilakukan pengangkatan secara radikal dan eksenterasi, yaitu membuang tumor beserta seluruh isi dan jaringan yang ada di dalam rongga
orbita, termasuk bola mata dan periosteum dinding orbita. Pada tumor yang sudah stadium lanjut dan sudah terdapat metastatasis sistemik atau intrakranial, tidak lagi dilakukan tindakan operatif,
melainkan dengan tindakan radioterapi atau kemoterapi.
7,13
2.7. Eksenterasi Orbita
Eksenterasi orbita adalah tindakan pengangkatan seluruh isi bola mata, jaringan lunak orbita, periosteum dinding orbita, beserta kelopak mata.
7,14-16
2.7.1. Teknik operasi eksenterasi orbita
Operasi eksenterasi orbita ada 2 jenis, yaitu: 1.
Eksenterasi orbita total Sesuai dengan defenisi pembedahan diatas pada eksenterasi total, kelopak mata tidak
ditinggalkan. Teknik operasi eksenterasi orbita total: dengan melakukan insisi sepanjang rima orbita, pada perbatasan periosteum dan periorbita, yang dilanjutkan
dengan pengelupasan periorbita untuk dapat segera mengeluarkan isi orbita, lalu dilakukan pengangkatan jaringan orbita sejauh mungkin di daerah apeks. Insisi
permulaan dapat dilakukan di kuadran mana saja, tetapi lebih sering di lakukan didaerah yang kurang vaskularisasinya. Daerah yang kurang vaskularisasinya berada di
kuadran temporal. Pada saat insisi, perdarahan yang terjadi cukup banyak dan dapat merepotkan ahli bedah. Untuk mencegah perdarahan itu teknik operasi yang lebih
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
disukai adalah operasi dengan menggunakan CO
2
laser. Insisi dapat dilakukan sekaligus dengan cepat dapat memperhatikan perdarahan yang terjadi, kecuali yang
berasal dari arteri. Perdarahan akan segera berhenti pada saat periorbita dan periosteum telah diangkat dan setelah amputasi dilakukan didaerah apeks. Tetapi perdarahan masih
dapat terjadi setelah pengelupasan periosteum, karena darah berasal dari pembuluh darah infra orbita superior dank anal optik. Perdarahan dari sumber ini dapat diligasi
atau dikauterisasi.
7,14,15
2. Eksenterasi orbita subtotal
Eksenterasi subtotal merupakan modifikasi dari eksenterasi total klasik, dengan tidak mengangkat kelopak mata. Eksentersi subtotal biasanya dilakukan pada tumor orbita
yang terlokalisir, berbatas tegas, satu nodul dan belum berinvasike kelopak mata. Sebagai contoh, tumor epibulbar yang belum bereksistensi ke palpebra dapat di batasi
dengan mengangkat isi orbita saja. Umumnya para penderita lebih memilih pembedahan eksenterasi subtotal daripada eksenterasi total. Tetapi pada beberapa
tumor ganas tindakan eksenterasi subtotal tidak dibenarkan, walaupun tumor masih dalam stadium dini. Teknik operasi eksenterasi orbita subtotal, bola mata dan jaringan
orbita atau tumor epibulbar diangkat sekaligus. Insisi dilakukan mengelilingin daerah forniks, dilanjutkan dengan melakukan pengelupasan periorbita untuk dapat
mengeluarkan isi orbita, lalu dilakukan pengangkatan jaringan orbita sejauh mungkin di daerah apeks. Untuk mengatasi perdarahan, dilakukan ligasi dan kauterisasi sama
seperti teknik operasi eksenterasi total.
7,14,15
2.8. Kornea
Kornea adalah jaringan yang bersifat transparan dan avaskular, berfungsi membiaskan dan meneruskan cahaya kedalam bola mata serta melindungi bagian dalam bola mata dari
lingkungan luar. Kornea memiliki diameter horizontal 11-12 mm dan vertikal 9-11 mm.
10
24 Kornea mempunyai bentuk kurvatura yang prolate.
25
Bentuk prolate dari kurvatura kornea akan mengakibatkan bagian sentralnya lebih steep dan kekuatan refraksi lebih besar daripada bagian
perifer. Kekuatan refraksi bagian perifer lebih kecil daripada begian sentral mengakibatkan sinar
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang melalui kornea bagian perifer akan direfraksikan tidak sekuat sinar yang melalui bagian sentral kornea.
26
Kornea merupakan modifikasi dari membran mukosa, dan juga modifikasi dari kulit
25
Bagian depan kornea disusun oleh lima lapis epitel skuamosa nonkeratin yang menyerupai epidermis kulit yang telah mengalami modifikasi. Sel Langerhans terdapat di antara susunan
epitel kornea. Lapisan terdalam sel epitel, lapisan basal, merupakan lapisan germinativum dan melekat kepada sel basal sekitarnya dan terletak di atas sel wing. Lapisan sel basal juga melekat
ke membran basal melalui bantuan hemidesmosom.
25
Pada membran basal terdapat tiga jenis molekul utama yaitu kolagen tipe IV, proteoglikan heparin sulfat dan protein non-kolagen laminin, nidogen, dan osteonectin. Membran basal
merupakan sawar barrier fisiologis penting antara epitel dan stroma kornea.
25,26
Sel epitel terluar akan berdeskuamasi ke dalam lapisan air mata. Lapisan muko-protein pada air mata berfungsi untuk melekatkan lapisan air mata kepada mikrovili epitel.
Gambar 3. Lapisan kornea
2
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.9. Retina