37
5.2.5. Kelainan Kongenital
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 kasus kematian karena kelainan kongenital, sebagian besar faktor kelainan
kongenital yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah deformitas 84,6.
Menurut Kadri 2005, suatu kelainan kongenital yang berbentuk deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya
yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion.
Berdasarkan hasil
penelitian ini, menunjukkan bahwa jumlah janin deformitas lebih banyak dibandingkan dengan janin dalam bentuk
malformitas, diduga janin di dalam kandungan dengan bentuk deformitas memiliki susunan yang belum sempurna tidak normal sehingga dapat
mempengaruhi fungsi pernafasan janin di dalam kandungan.
5.2.6. Infeksi Intranatal
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 kasus kematian karena infeksi intranatal, sebagian besar faktor infeksi intranatal
yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah ketuban pecah dini 84,6.
Menurut Monintja 2006, infeksi kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali
Universitas Sumatera Utara
38
dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman
yang memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia. Menurut Wiknjosastro 2005, infeksi pada neonatus di Indonesia masih
merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta, khususnya di Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusmo, infeksi merupakan penyebab 10-15 dari morbiditas
perinatal. Dari penelitian ini terlihat bahwa, faktor infeksi intranatal yang
disebabkan oleh ketuban pecah dini menjadi penyebab sebagian besar kematian janin dalam kandungan dibandingkan dengan penyebab
pemeriksaan vaginal. Hal ini disebabkan pada kasus ketuban pecah dini, keterlambatan penanganan menyebabkan kuman mudah masuk melalui
cairan yang merembes keluar.
5.2.7. Kelainan Insersi Tali Pusat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelainan insersi tali pusat yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan sebanyak 1
kasus 1,4. Insersi velamentosa merupakan penyebab kematian janin dalam kandungan karena kelainan insersi tali pusat 100.
Menurut Wiknjosastro
2005, bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga
saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vase previa mencapai 60-70 terutama bila
Universitas Sumatera Utara
39
pembukaan masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan waktu.
Berdasarkan penelitian ini sejalan dengan pendapat Wiknjosastro di atas, yang menunjukkan bahwa kematian janin dalam kandungan disebabkan
insersi velamentosa diduga ibu belum sempat untuk dilakukan operasi seksio sesarea.
5.2.7. Simpul Tali Pusat