35
Menurut Saifuddin 2002, pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam
kandungan berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi fundus uteri dan terdengar
atau tidaknya denyut jantung janin. Pemeriksaan antenatal penting untuk deteksi dini komplikasi
kehamilan dan pendidikan tentang kehamilan. Di Republik Kongo, pelayanan antenatal terbukti berkontribusi pada penurunan kematian janin
dalam kandungan. Dalam penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar kasus kematian
janin dalam kandungan, ibu hanya memeriksakan kehamilan sebanyak 1 kali saja. Keadaan ini karena frekuensi pemeriksaan antenatal yang sangat
sedikit sehingga tidak mampu mendeteksi komplikasi kehamilan yang bisa terjadi setiap saat. Dalam penelitian ini juga masih ditemukan ibu yang
melakukan kunjungan ANC sebanyak ≥ kali 8,7 tetap mengalami
kematian janin dalam kandungan. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan antenatal yang dilakukan tidak mampu mendeteksi komplikasi kehamilan
dan persalinan yang akan terjadi.
5.2.4. Penyakit Penyulit Ibu
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 kematian janin dalam kandungan yang disebabkan penyakitpenyulit ibu, sebagian
besar penyakit penyulit yang menyertai ibu dengan kematian janin dalam
Universitas Sumatera Utara
36
kandungan adalah preeklampsi dan eklampsia 29,0, sedangkan paling sedikit adalah Rhesus–iso imunisasi 1,4.
Menurut Mochtar 2004, pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola
dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat
dicukupi menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.
Di Indonesia, preeklampsia eklampsia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang menimbulkan banyak korban baik ibu maupun bayi.
Kematian ibu akibat preeklampsia eklampsia berkisar antara 9,8-25,5 sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi yakni 42,2-48,9
Wiknjosastro, 2005. Dalam penelitian ini terlihat kejadian preeklampsiaeklampsia
merupakan penyebab tertinggi terjadinya kematian janin dalam kandungan. Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi meningkatnya tekanan darah
pada wanita hamil yang sebelumnya mempunyai tensi normal, atau dapat memperberat hipertensinya pada ibu hamil yang sebelumnya sudah
menderita hipertensi. Pada beberapa penelitian, mendapati bahwa hipertensi dalam kehamilan dianggap sebagai penyebab kematian dan morbiditas
perinatal yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
37
5.2.5. Kelainan Kongenital
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 kasus kematian karena kelainan kongenital, sebagian besar faktor kelainan
kongenital yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah deformitas 84,6.
Menurut Kadri 2005, suatu kelainan kongenital yang berbentuk deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya
yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion.
Berdasarkan hasil
penelitian ini, menunjukkan bahwa jumlah janin deformitas lebih banyak dibandingkan dengan janin dalam bentuk
malformitas, diduga janin di dalam kandungan dengan bentuk deformitas memiliki susunan yang belum sempurna tidak normal sehingga dapat
mempengaruhi fungsi pernafasan janin di dalam kandungan.
5.2.6. Infeksi Intranatal