Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin) Di Kecamatan Medan Sunggal (Studi Pada Kelurahan Babura)

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN

(BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN)

DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (Studi pada Kelurahan Babura)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

HENNI NURANISA 100921016

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Henni Nuranisa

NIM : 100921016

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program Raskin ( Beras untuk Masyarakat

Miskin ) di Kecamatan Medan Sunggal

Medan,19 Juli 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi NIP. 196401081991021001 NIP. 196401081991021001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, MSi NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

ABSTRAKSI

IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN)

DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi pada Kelurahan Babura )

Nama : Henni Nuranisa

NIM : 100921016

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang implementasi program Raskin atau Beras untuk Masyarakat Miskin, mengetahui dan mendeskripsikan proses implementasi program Raskin serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses implementasi Raskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.

Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif.

Raskin merupakan salah satu program untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat miskin dengan cara pemerintah menyediakan beras berkualitas sedang dengan harga murah untuk membantu pemenuhan kebutuhan makan masyarakat miskin sehari-hari. Program Raskin ini muncul karena masih banyak masyarakat Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal yang hidup di bawah garis kemiskinan masih mengalami kerawanan pangan. Dalam program Raskin ini, yang menjadi sasaran adalah rumah tangga miskin yang ada di wilayah Kelurahan Babura. Sasaran program Raskin ini meliputi penarik becak, tukang kayu, keluarga miskin dan sebagainya.

Keberhasilan implementasi program Raskin dilihat dari beberapa faktor, yakni komunikasi yang terdiri dari transmisi, kejelasan dan konsistensi. Sumber daya yang terdiri dari staf (sumber daya manusia), informasi, wewenang dan fasilitas kemudian disposisi serta struktur birokrasi.

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa implementasi program Raskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal berjalan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keefektifan penyaluran kartu Raskin, keefektifan pendistribusian Raskin, hingga kesigapan para staf dalam melayani masyarakat miskin yang ingin menebus Raskin. Dalam melaksanakan penyaluran Raskin, para staf di kelurahan juga tidak mengalami hambatan yang berarti, seperti keterlambatan penyaluran Raskin dari Bulog setiap awal tahun.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Progam Raskin (Beras untuk Masyarakat Miskin) di Kecamatan Medan Sunggal”. Dan tak lupa penulis panjatkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam menuju agama Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini, baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik ataupun saran serta masukan yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Dalam masa perkuliahan tentunya ada banyak kenangan dan juga kesan yang tak terlupakan, oleh sebab itu penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kesempatan, bantuan, bimbingan maupun petunjuk ataupun nasihat kepada penulis terutama kepada:

1. Terima kasih kasih kepada Dekan FISIP USU, Prof. Dr. Badaruddin, MSi.

2. Terima kasih kepada Bapak Ketua Departemen Administrasi Negara Bapak Drs. M.

Husni Thamrin Nasution, MSi, yang telah membimbing saya dari awal perkuliahan hingga saya mengakhiri kuliah saya di Departemen Administrasi Negara.

3. Terima kasih kepada Ibu Dra. Elita Dewi, M.Sp, yang merupakan Sekretaris Departemen

Administrasi Negara yang juga telah memberikan ilmunya kepada penulis dan teman-teman penulis.


(5)

4. Terima kasih kepada Bapak Drs. M.Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku dosen pembimbing. Penulis sangat berterima kasih atas kemudahan yang bapak berikan di sela-sela kesibukan bapak dalam “tugas negara” sehingga skripsi ini selesai lebih cepat dari perkiraan penulis.

5. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen-dosenku di Departemen

Administrasi Negara mulai dari yang “nyeremin” hingga yang ngangenin yang saya cintai dan saya hormati yang tidak bisa diuraikan satu persatu. Terima kasih banyak karena telah membagikan ilmunya dan juga pengalamannya serta memberikan nilai yang mungkin sudah sesuai dengan kapasitas yang saya miliki sehingga saya bisa menyelesaikan studi S1. Permohonan maaf juga saya ucapkan kepada seluruh dosen yang sempat mengajar saya atas segala tingkah laku ataupun perkataan yang tidak berkenan. Kemudian untuk para administratur yang ada di Departemen AN, Kak Mega, Kak Dian, bang Faisal, bang Arza dan semuanya yang telah membantu proses kelancaran administrasi, saya ucapkan terima kasih banyak atas jasa dan bantuan yang telah diberikan.

6. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan sekali lagi kepada Ibunda dan ayahanda yang selalu mendukung penulis dengan doa-doa yang baik dan selalu memberikan semangat dan inspirasi di saat penulis mulai lelah. Hanya Allah SWT yang mengetahui seberapa besar rasa syukur penulis dan do’a yang penulis panjatkan kepada-Nya untuk kebahagiaan kedua orangtua penulis.

7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan kritik dan saran agar menjadi seseorang yang lebih baik: Vina,Indri, Ernita, Icha, dan Ratih.


(6)

8. Terima kasih kepada seluruh teman-teman Ekstensi A.N 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya.

9. Terima kasih juga kepada teman-teman kerjaku yang selalu mendukungku untuk secepat

mungkin menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberiku waktu-waktu “tergila” di saat penulis merasa jenuh dan bosan : Kak Wiwit dan Kak Dwi.

10.Terima kasih terakhir penulis ucapkan kepada seluruh keluarga besar penulis atas

dukungan dan bantuan yang penulis butuhkan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Tak lupa penulis meminta maaf kepada semuanya apabila ada perkataan maupun perbuatan penulis yang pernah menyinggung perasaan dan juga segala hal yang tidak berkenan dihati. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Medan, Juli 2012 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah……….………. 1

1.2Perumusan Masalah……… 4

1.3Tujuan Penelitian……… 5

1.4Manfaat Penelitian………...………... 5

1.5Kerangka Teori………...……….... 5

1.5.1 Kebijakan Publik……….……….. 6

1.5.1.1 Pengertian Kebijakan... 6

1.5.2 Implementasi Kebijakan………... 9

1.5.2.1 Pengertian Implementasi... 9

1.5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan………... 11

1.5.3 Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)……… 12

1.5.3.1Pengertian Raskin……….……….. 12

1.5.3.2Tujuan dan Sasaran Program RASKIN………….…………. 14

1.5.3.3Prinsip Pengelolaan……….... 15

1.5.3.4Penentuan Pagu……….. 15


(8)

1.5.3.6Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat….... 16

1.5.3.7Mekanisme Distribusi Raskin……….. 17

1.6 Definisi Konsep…….……….. ……… 18

1.7Sistematika Penulisan……… 20

BAB 2 METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian………..………... 22

2.2 Lokasi Penelitian………..……… 22

2.3 Informan Penelitian………..……… 22

2.4 Teknik Pengumpulan Data………..………. 23

2.5 Teknik Analisa Data……….………... 24

BAB 3 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Profil Kelurahan Babura……….………. 25

3.2 Visi dan Misi Kelurahan Babura……….……… 25

3.3 Demografi Penduduk………..………. 26

3.4 Sarana dan Prasarana………..………. 28

3.5 Keadaan Sosial………..……….. 30

3.6 Pengorganisasian………..………... 30

BAB 4 PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas Informan……….…..…. 41

4.2 Distribusi Jawaban Responden tentang Implementasi Program Raskin di Kelurahan Babura……….. 45

BAB 5 ANALISA DATA 5.1 Implementasi Raskin ( Beras untuk Masyarakat Miskin )………..…...………. 61


(9)

5.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan………..……… 62 5.1.2 Sumber Daya………...….……….. 63 5.1.3 Komunikasi dan Koordinasi Antar Instansi Terkait…………....……….. 65 5.1.4 Disposisi Implementor………..……….… 66 5.2 Jaminan Keamanan Pemenuhan Kebutuhan Pokok…………....……… 67 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan………. 69 6.2 Saran………...……… 70 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ABSTRAKSI

IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN)

DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi pada Kelurahan Babura )

Nama : Henni Nuranisa

NIM : 100921016

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang implementasi program Raskin atau Beras untuk Masyarakat Miskin, mengetahui dan mendeskripsikan proses implementasi program Raskin serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses implementasi Raskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.

Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif.

Raskin merupakan salah satu program untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat miskin dengan cara pemerintah menyediakan beras berkualitas sedang dengan harga murah untuk membantu pemenuhan kebutuhan makan masyarakat miskin sehari-hari. Program Raskin ini muncul karena masih banyak masyarakat Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal yang hidup di bawah garis kemiskinan masih mengalami kerawanan pangan. Dalam program Raskin ini, yang menjadi sasaran adalah rumah tangga miskin yang ada di wilayah Kelurahan Babura. Sasaran program Raskin ini meliputi penarik becak, tukang kayu, keluarga miskin dan sebagainya.

Keberhasilan implementasi program Raskin dilihat dari beberapa faktor, yakni komunikasi yang terdiri dari transmisi, kejelasan dan konsistensi. Sumber daya yang terdiri dari staf (sumber daya manusia), informasi, wewenang dan fasilitas kemudian disposisi serta struktur birokrasi.

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa implementasi program Raskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal berjalan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keefektifan penyaluran kartu Raskin, keefektifan pendistribusian Raskin, hingga kesigapan para staf dalam melayani masyarakat miskin yang ingin menebus Raskin. Dalam melaksanakan penyaluran Raskin, para staf di kelurahan juga tidak mengalami hambatan yang berarti, seperti keterlambatan penyaluran Raskin dari Bulog setiap awal tahun.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemerdekaan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia oleh generasi terdahulu.Namun bukan berarti perjuangan berakhir di titik ini saja, karena akhir dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi selanjutnya untuk mempertahankan serta mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala bidang kehidupan.Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1983:2-3).

Konsep pembangunan sosial juga dapat dilihat kaitannya dalam rangka upaya

mewujudkan cita-cita negara Kesejahteraan (Welfare State).Konsep tersebut bersumber dari

pemahaman tentang fungsi negara. Dalam Welfare State, negara tidak lagi hanya bertugas

memelihara ketertiban dan menegakkan hukum, tetapi terutama adalah meningkatkan kesejahteraan warganya (Ndraha dalam Boediono,2006:313). Dalam pandangan tersebut, negara dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan.Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu melibatkan


(12)

berbagai sektor baik di tingkat pusat maupun daerah.Upaya-upaya tersebut telah dicantumkan menjadi salah satu program prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2008.

Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2002 tentang Kebijakan Perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum Bulog diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan yang penyediaannya mengutamakan pengadaan beras dan gabah dalam negeri.

Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah. Program ini dilaksanakan di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor : PKK-12/07/2003, yang melibatkan instansi terkait, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Program Raskin ini sebenarnya diawali dengan Program Operasi Pasar Khusus Beras pada tahun 1998. Operasi ini merupakan tindak lanjut dari adanya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, disertai kemarau kering serta bencana kebakaran hutan dan ledakan serangan hama belalang dan hama wereng coklat yang telah menyebabkan penurunan produksi pangan secara nyata. Penurunan ini dipicu kenaikan harga pupuk dan obat pemberantas hama yang cukup tinggi. Harga beras kemudian semakin meningkat naik sejak bulan Mei 1997 dan mencapai puncaknya sekitar Mei - Juni 1998. Program Raskin dilaksanakan sebagai konsekuensi logis dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang subsidinya ditarik oleh pemerintah


(13)

pusat. Kenaikan harga BBM tersebut jelas berdampak pada naiknya harga bahan pangan (sembilan bahan pokok), salah satunya beras.

Program Raskin ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 Kg/rumah tangga miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp. 1600,00/Kg (Netto) di titik distribusi. Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik

distribusi di pegang oleh Perum Bulog

Tujuan mulia pemerintah untuk memberikan bantuan pada keluarga miskin tidak luput dari penyimpangan.Menurut pemantauan di lapangan, ada empat masalah dalam penyaluran program raskin.Pertama, mengenai salah sasaran.Program raskin yang semestinya disalurkan atau dijual kepada keluarga-keluarga miskin ternyata (banyak juga yang) jatuh pada kelompok masyarakat lain (keluarga sejahtera).Salah sasaran ini banyak disebabkan oleh human error, di mana para petugas lapangan justru membagi-bagikan kupon raskin pada keluarga dekat atau teman kerabatnya.Bahkan tidak sedikit keluarga sejahtera yang "menagih jatah" beras murah tersebut. Menurut Lembaga Penelitian SMERU, Raskin menjangkau 52,6% rumah tangga miskin, namun rumah tangga tidak miskin yang terjangkau juga relative tinggi, yakni 36,9%. Bahkan World Bank (2006 : 215) melaporkan bahwa Raskin lebih banyak diterima oleh rumah tangga bukan miskin.

Kedua, jumlah beras yang dibagikan sering tidak sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Jumlah raskin yang dijual kepada masyarakat (miskin) sudah pasti berkurang karena pembagian beras, sering tidak diukur dalam bentuk kilogram (sesuai dengan program) tetapi dalam liter, sehingga kuantitas beras yang diterima tak sesuai dengan apa yang telah


(14)

diprogramkan. Kekurangan jumlah itu juga terjadi karena petugas lapangan berusaha untuk bertindak adil dengan membagikan raskin kepada (hampir) seluruh warga, termasuk yang tidak menerima kupon.

Ketiga, berhubungan dengan masalah sebelumnya, yakni disebabkan kesalahan data jumlah keluarga miskin.Hal ini terjadi akibat masih buruknya koordinasi antara birokrasi baik dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga desa, atau kelurahan. Akibatnya, kuantitas (jumlah) keluarga miskin yang didata bisa lebih besar atau lebih sedikit dari yang sebenarnya, sehingga Raskin yang dibagikan akan berdampak pada kekurangan atau (bahkan) kelebihan jatah.

Keempat, harga yang tidak sesuai dengan perencanaan awal. Naiknya harga raskin yang harus ditebus warga disebabkan oleh alasan yang seringkali dimunculkan para petugas untuk menjawab ketidaktersediaan dana untuk pengangkutan (distribusi beras atau biaya transportasi), pengadaan kantong plastik, dan lain-lain. Akibatnya, biaya ini dibebankan kepada warga, sehingga tidak heran kalau harga awal berbeda dengan harga di lapangan (http://newspaper:pikiran-rakyat.com).

Fakta tentang masih banyaknya masyarakat miskin yang tidak terserap dan terdata untuk merasakan program Raskin tersebut juga terdapat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal. Saat ini masih ada rakyat miskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal yang belum mendapatkan kepastian terhadap beras untuk masyarakat miskin. Hal ini merupakan satu bagian dari bentuk diskriminasi terhadap rakyat miskin dalam memperoleh Raskin.

Dari paparan Implementasi Program Raskin tersebut dapat disimpulkan bahwa penyaluran raskin amat rentan terhadap kesalahan, penyelewengan, dan bahkan manipulasi.Dengan melihat banyaknya permasalahan dalam penyaluran raskin kepada Rumah Tangga Miskin, maka dengan itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai


(15)

“Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin) di Kecamatan Medan Sunggal (studi kasus Kelurahan Babura)”.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan pokok penelitian ini adalah:

“Bagaimana Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin) di Kecamatan Medan Sunggal.”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi Program Raskin di Kecamatan Medan Sunggal.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses

implementasi beras untuk masyarakat miskin di Kelurahan Babura.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah:

1. Secara teoritis /akademis, hasil dari penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah

kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai implementasi program jaminan kesehatan,serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang berbeda dan dengan informan penelitian yang lebih banyak.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dijadikan sebagai kontribusi


(16)

1.5 Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Selanjutnya, teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1999:37).

Berdasarkan rumusan di atas, maka dalam bab ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1 Kebijakan Publik

1.5.1.1. Pengertian Kebijakan

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus dapat berinteraksi dengan orang lain. Di dalam setiap interaksi itu kadang kala membawa masalah.Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan yang mencakup segala sendi kehidupan bermasyarakat harus dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul tersebut yakni dengan lahirnya kebijakan-kebijakan tapi kadang kala, kebijakan-kebijakan itu tidak dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan menyelesaikan permasalahan yang ada.

Menurut H. Hugh Heglo (dalam Abidin 2004:21) kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu.Sedangkan Anderson (dalam Islamy 1997:4) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.


(17)

Carl I. Friedrick dikutip oleh Riant D. Nugroho (2004 : 4) mendefinisikannya sebagai: Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada rangka mencapai tujuan tertentu.

Kebijakan dapat pula diartikan sebagai bentuk ketetapan yang mengatur yang dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan.Jika ketetapan tersebut memiliki sasaran kehidupan orang banyak atau masyarakat luas, maka kebijakan itu dikategorikan sebagai kebijakan publik.Dalam perkembangan Ilmu Administrasi Negara, baik di negara berkembang bahkan di negara maju sekalipun, kebijakan publik merupakan masalah politik yang menarik untuk dikaji dan dibahas.

Dari kedua penjelasan di atas dapat ditarik konsep dasar bahwa kebijakan itu adalah prosedur memformulasikan sesuatu berdasarkan aturan tertentu yang kemudian digunakan sebagai alat untuk memecahkan permasalahan dalam mencapai suatu tujuan.Dalam setiap kebijakan pasti membutuhkan orang-orang sebagai perencana atau pelaksana kebijakan maupun objek dari kebijakan itu sendiri. Sebagaimana penjelasan Irfan Islamy (1999:5) kebijakan adalah suatu program kegiatan yang dipilih oleh seorang atau sekelompok orang dan dapat dilaksanakan serta berpengaruh terhadap sejumlah besar orang dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu

Dari beberapa pandangan tentang kebijakan negara tersebut, dengan mengikuti paham bahwa kebijakan negara itu adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh rakyat, maka (M. Irfan Islamy 1999:20) menguraikan beberapa elemen penting dalam kebijakan publik, yaitu :


(18)

1. bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk perdananya berupa penetapan tindakan-tindakan pemerintah

2. bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata

3. bahwa kebijakan publik, baik untuk melakukan sesuatu apapun tidak melakukan sesuatu itu

mempunyai dan dilandasi maksud dan tujuan tertentu

4. bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh anggota

masyarakat.

Menurut Anderson (dalam Tangkilisan 2003:2) kebijakan publik adalah pengembangan dari kebijakan yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan aparaturnya dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa:

a. Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang

berorientasi pada tujuan.

b. Kebijakan berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

c. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan apa yang

baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk melakukan sesuatu.

d. Kebijakan pemerintah ini dilandaskan pada perundang-undangan dan bersifat memaksa. Dalam konsep lainnya seorang pakar bernama William N. Dunn (1994) mengatakan proses analisis kebijakan publik merupakan serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis itu nampak pada serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.


(19)

Korten (dalam Tangkilisan 2003:7) mengatakan bahwa suatu kebijakan berhasil ditentukan oleh hubungan dari tiga aspek yaitu : jenis kebijakan, penerima kebijakan dan organisasi pelaksana kebijakan. Organisasi pelaksana kebijakan harus mampu merumuskan apa yang menjadi ekspresi kebutuhan calon penerima kebijakan atau kelompok sasaran dalam sebuah kebijakan. Ini dimaksudkan agar penerima kebijakan memerlukan persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh organisasi pelaksana.Setiap jenis kebijakan memerlukan persyaratan teknis yang berbeda sesuai dengan sifat kebijakan.Oleh karena itu, organisasi pelaksana harus memiliki kompetensi supaya dapat dapat berhasil. Selanjutnya outcome dari suatu kebijakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat penerima kebijakan atau target group supaya kebijakan tersebut

terasa manfaatnya. Apabila outcome kebijakan tidak seperti yang dikehendaki masyarakat

penerima kebijakan, maka terjadi pemborosan biaya kebijakan. 1.5.2 Implementasi Kebijakan

1.5.2.1. Pengertian Implementasi

Dalam kamus Webster (Wahab, 1997:64) pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana “to implementation" (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).

Selanjutnya Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab 1997:65) menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan yakni memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.


(20)

Menurut Wahab (1991 : 45), implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan, implementasi kebijakan tidak hanya sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi melainkan lebih dari itu. Ini menyangkut masalah konflik, keputusan dari siapa dan memperoleh apa dari suatu kebijakan.

Ia juga mengatakan bahwa dalam implementasi, khususnya yang dilibatkan oleh banyak organisasi pemerintah, sebenarnya dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang yakni :

1. Pemrakarsa kebijakan/pembuat kebijakan (the center atau pusat) 2. Pejabat-pejabat pelaksana di lapangan (the periphery)

3. Aktor-aktor perorangan di luar badan-badan pemerintah kepada siapa program- program itu diwujudkan, yakni kelompok-kelompok sasaran (target group)" (Wahab, 1997 : 63).

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi implementasi kebijakan adalah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan atau sasaran kebijakan negara

diwujudkan sebagai “Outcome“ (hasil akhir) kegiatan kegiatan yang dilakukan pemerintah.

Sebab itu, fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan negara

disebut “Policy delivery system” (sistem penyampaian/penerusan kebijakan negara) yang

biasanya terdiri dari cara-cara atau sarana tertentu yang dirancang/didesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki (Wahab; 1990 : 123-124).

Menurut Ripley &Franklin(1986:54) ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam

implementasi, yaitu compliance (kepatuhan) dan what”s happening (Apa yang terjadi).

Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur atau standard


(21)

proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya.

Sementara itu Cleaves (dalam Wahab 1991 : 125) menyatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan implementasi dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan/mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya. Sebaliknya, keseluruhan proses implementasi kebijakan dapat dievaluasikan dengan cara mengukur atau membandingkan antara hasil akhir dari program-program tersebut dengan tujuan-tujuan kebijakan.

Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, tampak bahwa implementasi kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari target grup, namun lebih dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

1.5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Menurut George C. Edward III, implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh pelaksanaan kebijakan (implementor).


(22)

Dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berhubungan satu sama lain, yakni:

1. Komunikasi

Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan.

1) Transmisi; Pengetahuan implementor tentang program Raskin dan waktu

pelaksanaannya.

2) Kejelasan; Pengetahuan implementor tahap-tahap pelaksanaan program Raskin.

3) Konsistensi; Pelaksanaan program Raskin sesuai dengan peraturan yang ada. 2. Sumber Daya

1) Staf; Ketersedian Sumber Daya Manusia (SDM) dalam proses Implementasi program

Raskin.

2) Informasi; Ketaatan implementor dalam melaksanakan program Raskin sesuai dengan

peraturan yang berlaku, artinya sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksana (juklak).

3) Wewenang; Hak masing-masing implementor dalam mengimplementasikan Raskin.

4) Fasilitas; fasilitas yang dimiliki Kantor Kelurahan Babura yang mendukung

pengimplementasian program Raskin. 3. Disposisi

1) Komitmen yang dimiliki aparatur Kantor Kelurahan Babura dalam pelaksanaan program


(23)

2) Kejujuran aparatur Kantor Kelurahan Babura terkait tugas dan fungsinya sebagai pelaksana program Raskin.

4. Struktur Birokrasi

Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai standard operating procedures (SOP) dan fragmentasi.

a. Standards Operating Procedures (SOP) adalah prosedur-prosedur kerja ukuran dasarnya. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia.

b. Fragmentasi

Fragmentasi mengakibatkan pandangan-pandangan yang sempit dari banyak lembaga birokrasi.

1.5.3 Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) 1.5.3.1. Pengertian Raskin

Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah. Program tersebut adalah sebuah upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kg/rumah tangga miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp. 1.600,00 per kg (netto) di titik distribusi.Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh Perum Bulog.


(24)

1. Tim Koordinasi program Raskin tingkat Provinsi adalah tim koordinasi yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur dan terdiri dari unsur pemerintah daerah Provinsi (Biro Sarana Perekonomian, Biro Bina Produksi, BPMD, Bappeda, BPS (Badan Pusat Statistik), BKKBN, Perum Bulog, Divisi Regional, Kepolisian, Kejaksaan serta stakeholders yang terkait.

2. Tim Koordinasi Divisi Regional (Divre) Provinsi adalah satuan kerja Perum Bulog Divre Provinsi yang dibentuk Kadivre yang bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinasi dalam pelaksanaan Program Raskin di Sub Divre.

3. Satker Raskin adalah satuan kerja Perum Bulog Sub Divre yang dibentuk

Kasub Divre yang bertugas dan bertanggung jawab mengangkut beras dari gudang Perum Bulog sampai dengan titik distribusi dan menyerahkan kepada pelaksana distribusi.

4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah tim yang dibentuk di tingkat Kecamatan yang dipimpin oleh Camat sebagai ketua yang beranggotakan unsur Kecamatan, Polsek, Pengelola Program KB Kecamatan dan Koordinator Sensus Kecamatan (KSK) yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan.

5. Pelaksana Distribusi adalah Kelompok Kerja (Pokja) di titik distribusi yang dibentuk berdasarkan musyawarah Desa/Kelurahan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah, terdiri dari Aparat Desa/ Kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur masyarakat yang bertugas dan bertanggung jawab mendistribusikan Raskin kepada penerima manfaat Raskin.

6. Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh Satuan Kerja (Satker) Raskin Sub Divre kepada pelaksana distribusi di Desa. Kelurahan yang dapat dijangkau


(25)

penerima manfaat Raskin atau lokasi lain yang ditetapkan atas dasar kesepakatan secara tertulis antara Pemerintah Daerah dan Sub Divre.

7. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah penerima manfaat Program Raskin di Desa/Kelurahan sesuai hasil pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 BPS dengan kategori sangat miskin, miskin, dan sebagian hampir miskin.

8. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat Desa/Kelurahan untuk menetapkan RTM yang berhak menerima Raskin.

9. Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium, kondisi baik dan tidak berhama. 10. Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) adalah lembaga yang ditetapkan dengan Keputusan

Gubernur di Provinsi dan Keputusan Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota yang berfungsi menerima dan menindak lanjuti pengaduan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung termasuk media cetak dan elektronik.

1.5.3.2 Tujuan dan Sasaran Program RASKIN 1. Tujuan

Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

2. Sasaran

Sasaran Program Raskin Tahun 2010 adalah berkurangnya beban pengeluaran 17,5 juta RTS berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 2,73 juta ton selama setahun dengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di Titik Distribusi.


(26)

Prinsip pengelolaan Raskin adalah suatu nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Raskin. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan Raskin. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM), yang maknanya mendorong RTM untuk ikut berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Raskin baik di desa dan kecamatan, termasuk menerima manfaat atau menikmati hasilnya. Transparansi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu, memahami dan mengerti (www.bapeda- jabar.go.id).

1.5.3.4 Penentuan Pagu

a. Pagu Raskin Nasional dialokasikan ke provinsi di seluruh Indonesia oleh Tim Koordinasi Raskin Pusat berdasarkan data RTS dari BPS dan kuantum Pagu Raskin Nasional sesuai dengan Undang Undang No. 47 tahun 2009 tentang APBN 2010.

b. Pagu Raskin Provinsi dialokasikan ke kabupaten/kota oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi yang dituangkan dalam Keputusan Gubernur. Untuk Sumatera Utara ini sendiri dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :501/670/K/ Tahun 2009 tanggal 2 Maret 2009 tentang penetapan Pagu beras Raskin untuk RTM Kabupaten/kota se-Sumatera Utara Tahun 2009 dan mendapat alokasi pagu RTM sebanyak 86.323 RTM yang masing-masing memperoleh beras Raskin sebanyak 15 Kg /RTM/perbulan dengan harga Rp.1.600/Kg.

1.5.3.5 Pembiayaan Operasional

Pemerintah Provinsi menyediakan anggaran untuk pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi Raskin dari APBD setempat. Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan anggaran untuk biaya operasional dari Titik Distribusi sampai di tangan Rumah Tangga Miskin (Penerima


(27)

Manfaat Raskin) yang bersumber dari APBD dengan tetap mendorong keterlibatan/partisipasi masyarakat. Disamping itu anggaran Daerah hendaknya diarahkan juga untuk pembinaan UPM, koordinasi, monitoring dan evaluasi Raskin di tingkat Kabupaten/Kota.

1.5.3.6 Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat

a. RTM yang berhak mendapatkan Raskin adalah RTM yang terdaftar dalam PPLS 08 BPS sebagai RTS di desa/kelurahan.

b.Dalam rangka mengakomodir adanya dinamika RTM ditingkat desa/kelurahan, maka perlu dilakukan Mudes/Muskel untuk menetapkan kebijakan lokal:

1. Melakukan verifikasi nama RTS hasil PPLS 08 BPS yang sudah tidak layak atau pindah alamat keluar desa/kelurahan dapat diganti oleh RTM yang belum terdaftar sebagai RTS. Sedangkan untuk RTS yang meninggal dunia diganti oleh salah satu anggota rumah tangganya. Apabila RTS yang meninggal dunia merupakan rumah tangga tunggal (tidak memiliki anggota rumah tangga) dapat digantikan RTM yang belum terdaftar.

2. RTM yang belum terdaftar sebagai RTS hasil PPLS 08 BPS dan butir 1) diatas, yang dinilai layak sesuai kriteria RTS BPS dapat diberikan Raskin.

c. RTS BPS yang telah diverifikasi dan hasil Mudes/Muskel yang memutuskan nama rumah tangga penerima manfaat Raskin tersebut butir b. diatas dimasukkan dalam daftar RTS-PM sesuai model DPM-1, yang ditetapkan oleh kepala desa/lurah dan disahkan oleh camat.

d. Data RTS-PM Raskin di desa/kelurahan direkap di tingkat kecamatan dan dilaporkan kepada Tim Koordinasi RASKIN Kabupaten/Kota.


(28)

1. Bupati/walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada kepala Sub Divisi Regional Perum Bulog berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rumah tangga sasaran penerima manfaat di masing-masing Kecamatan/Desa/Kelurahan.

2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.

3. Berdasarkan SPA, Sub Divre menerbitkan SPPB DO beras untuk masing-masing Kecamatan/Desa/Kelurahan kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

4. Berdasarkan SPPB DO, pelaksana Raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum Bulog, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan standar kualitas Bulog. Apabila tidak memenuhi standar kualitas Bulog, maka beras dikembalikan kepada pelaksana Raskin untuk ditukar/diganti.

5. Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana

distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggung jawab.

6. Pelaksana distibusi menyerahkan beras kepada Rumah Tangga Miskin.

7. Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin Kabupaten/Kota

dengan kondisi objektif masing-masing daerah. (Sumber : Buku Pedoman Umum Raskin


(29)

Kriteria Untuk Menentukan Keluarga/Rumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu sebagai berikut :

1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10.Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik

12.Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan

13.Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD

14.Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.


(30)

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1999:33).Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti maka penulis mengemukakan definisi konsep seperti dibawah ini, yaitu:

1. Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi suatu tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi.

2. Program Beras miskin adalah sebuah program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu yang diharapkan dapat berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin dan secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan produktivitas keluarga miskin.

Jadi, pengertian implementasi program beras miskin adalah suatu proses pengembangan kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin.

Adapun yang menjadi indikator dari implementasi Program Raskin adalah: 1. Standar dan Sasaran Kebijakan meliputi:

a. Tingkat kesesuaian data RTS (Rumah Tangga Sasaran) penerima raskin sesuai dengan daftar penerima manfaat yang dikeluarkan BPS


(31)

b. Tingkat kesesuaian jumlah raskin yang diterima RTS berdasarkan pedoman umum raskin, yakni sebesar 15Kg/RTM/Bulan selama 12 bulan

c. Tingkat kesesuaian harga tebus raskin oleh RTM berdasarkan standar pedoman umun Raskin yakni Rp 1.600,00,-

d. Kelayakan Beras Raskin untuk dikonsumsi 2. Sumber Daya, yaitu meliputi:

a. Sumber daya manusia, yaitu kemampuan para pengelola Program Raskin untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Sumber daya finansial yaitu merupakan dana yang disediakan pemerintah untuk pengadaan Raskin dan ketersediaan dana dari masyarakat penerima manfat itu sendiri untuk menebus Beras Raskin ini.

3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, yaitu meliputi sosialisasi internal (pelaksana/pengelola Program Raskin), dan sosialisasi eksternal (masyarakat penerima raskin), serta koordinasi antara instansi terkait.

4. Disposisi, yakni karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti kejujuran, kemauan dalam menjalankan kebijakan tersebut.

Adapun tujuan dari peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup (Suharto:2005) :

a. Peningkatan standar hidup melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial

segenap lapisan masyarakat.

b. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan system dan kelembagaan ekonomi, sosial dan


(32)

c. Penyempurnaan kebebasan dan pilihan-pilihan kesempatan sesuai aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan/kemasyarakatan.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Berisikan metode penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, batas wilayah, penduduk, sosial budaya, serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Berisikan penyajian data dari jawaban responden yang diperoleh dari lapangan dan menganalisisnya.

BAB V : ANALISA DATA

Berisikan analisa data dari jawaban responden yang diperoleh dari lapangan dan menganalisisnya.


(33)

Berisikan kesimpulan dan saran mengenai implementasi program Raskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.


(34)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:60) bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitan dilakukan atau bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan rasional yang akurat.

Berdasarkan pemahaman di atas, penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan bagaimana implementasi Program Bantuan Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) bagi penduduk yang tinggal di Kecamatan Medan Sunggal dan mencoba menganalisis untuk kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kantor Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal, Jalan Sei Batanghari No.84 Medan.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membahas generalisasi dari hasil penelitiannya.Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sample. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan dengan sengaja, subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan (Suyanto,2005:171-172).


(35)

Dalam informasi ini, penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Suyanto,2005:172).

Informan penelitian dipilih berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu penentuan informan yang tidak didasarkan atas strata, kedudukan atau wilayah, tetapi didasarkan pada adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan masalah penelitian.

1. yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

a. Masyarakat yang menerima manfaat Raskin yang tinggal di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.

2. Sedangkan yang menjadi informan utama adalah :

a. Kepala Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.

b.

c. Satker Raskin yang dibentuk oleh Kasub Divre. 2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis sumbernya, yakni :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

pengumpulan data Primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :

a. metode wawancara, yakni teknik pengumpulan data dengan mengajikan

pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang berhubungan dengan penelitian.

b. metode observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap


(36)

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

a. Penelitian kepustakaan yaitu, dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi, yaitu dengan cara memperoleh data dan melalui pengkajian dan

penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang di teliti.

2.5 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metodologi penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif.Menurut Farid (1997:152) bahwa analisa kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi.Jadi, teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan menyajikan hasil wawancara, observasi dan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan.Sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.


(37)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Profil Kelurahan Babura

Kelurahan Babura adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Kelurahan ini terdiri dari sepuluh lingkungan yang masing-masing dikepalai oleh kepala lingkungan, yaitu :

a. Lingkungan I yang berada Sei Simare

b. Lingkungan II yang berada di Sei Batanghari

c. Lingkungan III

d. Lingkungan IV

e. Lingkungan V

f. Lingkungan VI

g. Lingkungan VII

h. Lingkungan VIII yang berada di Sei Musi

i. Lingkungan XI yang berada di Sei Bengawan

j. Lingkungan X

3.2 Visi dan Misi Kelurahan Babura 1. Visi Kantor Kelurahan Babura

Visi adalah cara pandang jauh kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan dan secara potensial untuk terwujud.


(38)

Visi Kantor Kelurahan Babura adalah “ Terciptanya masyarakat yang sejahtera.”

2. Misi Kantor Kelurahan Babura

Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.

Sejalan dengan visi, maka misi Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan adalah :

1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas yang prima

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3.3Demografi Penduduk

Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia

No Tingkat Usia Jumlah (Jiwa)

1 0 – 12 Bulan 15

2 1 – 20 Tahun 125

3 21 – 40 Tahun 267

4 41 – 60 Tahun 92

5 60 Tahun ke atas 50

Jumlah 549

Sumber : BPS Kota Medan 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak adalah kelompok 21 – 40 tahun sebanyak 267 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit berusia 0 – 2 bulan sebanyak 15 jiwa.


(39)

Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

1 Usia 7 – 45 Tahun tidak pernah sekolah 17

2 Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 25

3 TamatSD sederajat 50

4 SLTP / sederajat 10

5 SLTA / sederajat 100

6 D- 1 -

7 D - 2 -

8 D - 3 11

9 S - 1 140

Jumlah 353

Sumber : BPS Kota Medan 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar penduduk adalah tamatan S-1, yakni mencapai 140 orang, diikuti dengan tamatan SLTA sebanyak 100 orang, dan sebagian kecil tamatan SLTP sebanyak 10 orang.


(40)

Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

NO Mata pencaharian pokok Jumlah (orang)

1 Buruh / swasta 231

2 Pegawai negeri 5

3 Pedagang 25

4 Penjahit 20

5 Tukang kayu 6

6 Montir 3

7 Supir 15

8 Pengemudi becak 30

9 TNI / Polri 1

10 Pengusaha 10

Jumlah 346

Sumber : BPS Kota Medan 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagian buruh sebanyak 231 orang, sedangkan sebagian kecil sebagai TNI / Polri, yakni sebanyak 1 orang.

3.4 SARANA DAN PRASARANA

Tabel 3.4 Prasarana Air Bersih

No Prasarana Air Bersih Jumlah Pengguna (kk)

1 Sumur Gali 253 253

2 PAM 206 206

Jumlah 459 459


(41)

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Babura masih menggunakan sumur gali dengan jumlah 253 unit dengan pengguna sebanyak 253 KK dan yang telah menggunakan jasa PAM sebanyak 206 KK.

Tabel 3.5 Prasarana Kesehatan

No Prasarana Kesehatan Jumlah (unit)

1 Puskesmas 1

2 Posyandu 5

3 Tempat dokter praktek 4

Jumlah 10

Sumber : BPS Kota Medan 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa sarana dan prasarana kesehatan di Kelurahan Babura berjumlah, yakni posyandu 5 unit, puskesmas 1 unit, dan tempat praktek dokter berjumlah 4 unit.

Tabel 3.6 Prasarana Pendidikan

No Prasarana Pendidikan Jumlah (unit)

1 TK -

2 SD/Sederajat 1

3 SLTP/Sederajat -

4 SLTA/Sederajat -

Jumlah 1

Sumber :BPS Kota Medan 2012

Dari tabel di atas diketahui sarana dan prasarana pendidikan di Kelurahan Babura, yakni hanya SD/sederajat yang hanya berjumlah 1 unit.


(42)

3.5 Keadaan Sosial

Tabel 3.7 Tingkat Kemiskinan

No Kategori Jumlah (orang)

1 Keluarga Prasejahtera 100

2 Keluarga Prasejahtera Tahap 1 53

3 Keluarga Prasejahtera Tahap 2 55

4 Keluarga Prasejahtera Tahap 3 120

5 Keluarga Prasejahtera Tahap 3 plus 56

Jumlah 384

Sumber :BPS Kota Medan 2012

3.6 PENGORGANISASIAN

Dalam rangka pelaksanaan program Raskin tahun 2011 dipandang perlu mengatur organisasi pelaksana program Raskin. Untuk mengefektifkan pelaksanaan program dan pertanggungjawabannya, dibentuk Tim Koordinasi Raskin di tingkat pusat sampai kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin di tingkat desa/kelurahan serta tim lainnya sesuai kebutuhan yang diatur dan ditetapkan melalui keputusan pejabat yang berwenang. Penanggung jawab pelaksanaan program Raskin di pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, di provinsi adalah gubernur, di kabupaten/kota adalah bupati/walikota, di kecamatan adalah camat dan di desa/kelurahan adalah kepala desa/lurah.

A. Tim Koordinasi Raskin Pusat

Tim Koordinasi Raskin Pusat beranggotakan unsur dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen


(43)

Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Perum BULOG.

1. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Pusat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

2. Tugas

Melaksanakan koordinasi kebijakan perencanaan dan anggaran, pelaksanaan, fasilitasi, monitoring dan evaluasi serta menerima pengaduan dari masyarakat tentang pelaksanaan program Raskin.

3. Fungsi

Mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan Raskin sebagai bagian dari kebijakan penanggulangan kemiskinan.

4. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Pusat

Tim Koordinasi Raskin Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana dan Sekretariat. Pengarah terdiri dari Ketua dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Anggota terdiri dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Departemen Sosial, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BPS, BPKP dan Perum BULOG.

B. Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan program Raskin di wilayahnya dengan membentuk Tim Koordinasi Raskin Tingkat Provinsi sebagai berikut :


(44)

1. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Provinsi adalah pelaksana program Raskin di provinsi, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur.

2. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, pelaksanaan distribusi, monitoring dan evaluasi serta menerima pengaduan dari masyarakat tentang pelaksanaan program Raskin.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai fungsi :

a. Koordinasi perencanaan program Raskin di provinsi. b. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Program Raskin.

c. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan penyebarluasan informasi program Raskin

d. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di kabupaten/kota.

Tim Koordinasi Raskin Provinsi terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, pelaksanaan distribusi, monev dan pengaduan masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Bupati/ Walikota.

Tim Koordinasi Raskin Provinsi beranggotakan unsur-unsur instansi terkait di tingkat provinsi antara lain Setda (Sekertaris Daerah), Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah), badan/dinas/lembaga yang berwenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial,


(45)

Badan Pusat Statistik, badan/dinas/kantor yang berwenang dalam ketahanan pangan, Perwakilan BPKP dan Divisi Regional/Sub Divisi Regional Perum BULOG serta lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

C.Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab program Raskin di tingkat kabupaten/kota bertanggung jawab atas pengalokasian Pagu Raskin bagi seluruh RTS-PM Raskin, penyediaan dan pendistribusian beras, penyelesaian pembayaran HPB (Hasil Penjualan beras) dan adminstrasi distribusi Raskin di wilayahnya. Untuk penyelenggaraan program Raskin di wilayahnya, bupati/walikota membentuk Tim Koordinasi Raskin sebagai berikut :

1. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota adalah pelaksana program Raskin di kabupaten/kota, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota.

2. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, pelaksanaan distribusi, monitoring dan evaluasi serta menerima pengaduan dari masyarakat tentang pelaksanaan program Raskin.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai fungsi :

1. Perencanaan program Raskin di Kabupaten/ kota


(46)

3. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim koordinasi Raskin kecamatan dan pelaksanaa distribusi raskin di desa/ Kelurahan

4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan raskin di kecamatan, desa/kota

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: Perencanaan, Pelaksanaan Distribusi, Monev dan Pengaduan Masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.

Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari unsur-unsur instansi terkait di tingkat kabupaten/kota antara lain Setda, Bappeda, badan/dinas/lembaga yang berwenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial, Badan Pusat Statistik, badan/dinas/kantor yang berwenang dalam ketahanan pangan, Divre/Subdivre /Kansilog Perum BULOG dan lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

D. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

Camat sebagai penanggung jawab di tingkat kecamatan bertanggung jawab atas pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian pembayaran HPB dan adminstrasi distribusi Raskin di wilayahnya. Untuk penyelenggaraan program Raskin di wilayahnya, camat membentuk Tim koordinasi Raskin sebagai berikut :

1. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana program Raskin di kecamatan, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada camat.


(47)

2. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program Raskin serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai fungsi :

a. Perencanaan distribusi program Raskin di kecamatan.

b. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan penyebarluasan informasi program Raskin di kecamatan.

c. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Pelaksana Distribusi Desa/Kelurahan. d. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di desa/kelurahan.

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggung jawab yaitu camat, ketua yaitu sekretaris kecamatan, sekretaris yaitu Kasi Kesejahteraan Sosial, dan anggota terdiri dari aparat Kecamatan, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), anggota Satker Raskin dan pihak terkait yang dipandang perlu.

E. Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan

Kepala desa/lurah sebagai penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan bertanggung jawab atas pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian pembayaran HPB dan adminstrasi distribusi Raskin di wilayahnya. Untuk pelaksanaan distribusi Raskin di wilayahnya, kepala desa/lurah dapat memilih dan menetapkan salah satu dari 3 alternatif Pelaksana Distribusi Raskin yaitu :


(48)

1. Kelompok Kerja 2. Warung Desa

3. Kelompok Masyarakat

Pembentukan Pokmas dan Warung Desa diatur dalam Pedoman Teknis tersendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pedum Raskin.

a. Kedudukan

Pelaksana Distribusi Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala desa/lurah.

b. Tugas

1.Menerima dan mendistribusikan beras Raskin dari Satker Raskin dan menyerahkan/menjual kepada RTS-PM Raskin di Titik Distribusi (TD).

2.Menerima Hasil Penjualan Beras (HPB) dari RTS-PM Raskin secara tunai dan menyetorkan ke rekening Bank yang ditunjuk Divre/Subdivre/Kansilog Perum BULOG atau menyetor secara tunai kepada Satker Raskin.

3.Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Daftar Penjualan Beras sesuai model DPM-2.

c. Fungsi

1. Pendistribusian Raskin kepada RTS-PM Raskin.

2. Penerimaan uang hasil penjualan beras Raskin secara tunai dari RTS-PM Raskin dan penyetorannya kepada Satker Raskin atau ke rekening bank yang ditetapkan Divre/Subdivre/Kansilog Perum Bulog.


(49)

F. Satuan Kerja Raskin 1. Kedudukan

Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya.

2. Organisasi

Satker Raskin terdiri dari : a. Ketua

b. Anggota :

1. Pegawai Perum BULOG yang ditetapkan melalui Surat Perintah (SP) Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.

2. Tenaga bantuan yang ditetapkan oleh ketua satker atas sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.

3. Tugas dan Kewenangan

Satker Raskin mempunyai tugas, kewenangan dan tanggung jawab A. Ketua :

1. Mempunyai kewenangan mengangkat dan memberhentikan tenaga bantuan di wilayah kerjanya atas sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.

2. Mempunyai tugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan distribusi, penyelesaian HPB, dan administrasi Raskin.

B. Anggota mempunyai tugas membantu dan bersama ketua sebagai berikut :

1. Mendistribusikan beras dari gudang Perum BULOG sampai dengan TD dan menyerahkan kepada Pelaksana Distribusi Raskin di TD.


(50)

2. Menerima uang HPB atau bukti setor bank dari Pelaksana Distribusi Raskin dan menyetorkan ke rekening HPB Bulog.

3. Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu Delivery Order (DO), BAST, Rekap

BAST di kecamatan (model MBA-0) dan pembayaran HPB (Tanda Terima/kuitansi dan Bukti Setor Bank) serta mengumpulkan DPM- 2 dari TD.

4. Melaporkan pelaksanaan tugas antara lain : realisasi jumlah distribusi beras, setoran HPB dan BAST di wilayah kerjanya kepada Kadivre/Kasubdivre/ Kakansilog Perum BULOG secara periodik setiap bulan.


(51)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Setelah dilakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan, baik melalui wawancara dan pengamatan langsung, maka diperoleh berbagai data dari informan kunci dan informan utama dalam kaitannya dengam Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat miskin) di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal. Data yang diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk analisis data dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase yang kemudian akan diinterpretasikan.

Adapun penyajian data berisikan tentang data karakteristik responden serta data variabel penelitian.Penyajian data mengenai karakteristik responden adalah untuk mengetahui spesifikasi (ciri-ciri) khusus yang dimiliki responden, yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, pengeluaran perbulan.Sedangkan penyaikan data variable penelitian adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian.

Data-data yang penulis peroleh melalui data primer akan penulis sajikan dalam bentuk narasi atau deskripsi sesuai dengan kenyataan di lapangan. Adapun data-data primer tersebut adalah berupa narasi hasil wawancara langsung dari pihak-pihak yang terlibat dalam program Raskin ini. Informasi yang digali meliputi berbagai aspek terkait Implementasi Program Raskin seperti penyalurannya, jumlah beras, harga beras, Sumber daya, sosialisasi, komunikasi, koordinasi antar instansi terkait, disposisi pelaksanaan kebijakan dan manfaat program.


(52)

4.1 Identitas Informan

Tabel 4.1 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis kelamin frekuensi Persentase

1 Laki-laki 30 60%

2 Perempuan 20 40%

Jumlah 50 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas informan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang (60%), sedangkan sisanya adalah perempuan sebanyak 20 orang (40%). Dengan demikian, para penerima Raskin ini lebih banyak adalah laki-laki, karena mereka yang terdaftar dalam kartu Raskin sebagai Kepala Keluarga.

Tabel 4.2 Distribusi Data Informan berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 17 – 25 Tahun - 0%

2 26 – 34 Tahun 10 20%

3 35 – 43 Tahun 20 40%

4 44 – 52 Tahun 11 22%

5 53 Dst 9 18%

Jumlah 50 100%


(53)

Dari tabel dapat dilihat bahwa informan terbanyak adalah mereka yang memiliki usia 35-43 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (40%), kemudian usia 44-52 tahun sebanyak 11 orang (22%), 26-34 tahun sebanyak 6 orang (18%) dan 17-25 tahun tidak ada (0%). Walaupun usia tidak mempengaruhi responden dalam mendapatkan Raskin, dilihat yang mendapatkan bantuan Raskin adalah usia yang sudah berkelurga dan mempunyai anak.

Tabel 4.3 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pendidikan

NO Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase

1 Tidak tamat SD 15 30%

2 SD 30 60%

3 SLTP 3 6%

4 SLTA 2 4%

5 DII - -

Jumlah 50 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas informan adalah yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SD, yaitu sebanyak 30 orang (60%).SLTP sebanyak 3 orang (6%), tidak tamat SD sebanyak 15 orang (30%), dan tamat SLTA sebanyak 2 orang (4%).Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Babura masih relatif rendah untuk minatnya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(54)

Tabel 4.4 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Buruh 2 4%

2 Pedagang 2 4%

3 Supir 5 10%

4 Pembantu 6 12%

5 Tukang becak 25 50%

6 Dan lain-lain 10 20%

Jumlah 50 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Menunjukkan variasi yang tidak merata pada tiap jenis pekerjaan. Dari penelitian yang penulis lakukan ditemukan bahwa informan terbanyak bekerja sebagai tukang becak, yakni sebanyak 25 orang (50%), dan paling sedikit persentasenya bekerja sebagai pedagang dan buruh, yakni masing-masing sebanyak 2 orang (4%). Dan lain-lain yang dimaksud disitu adalah ibu rumah tangga, tukang urut, penjahit dan montir.

Tabel 4.5 Distribusi Data Informan Berdasarkan Penghasilan

No Jumlah Penghasilan Frekuensi Persentase

1 < 500 rb 35 70%

2 500 – 1 juta 15 30%

Jumlah 50 100%


(55)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penghasilan perbulan informan sebagian besar kurang dari Rp 500.000 yakni sebanyak 35 orang (70%) dan selebihnya sebanyak 15 orang (30%) berpenghasilan di antara Rp 500.000-1 juta rupiah. Dapat kita lihat disini minimnya penghasilan dapat menyebabkan mereka rentan terhadap penurunan konsumsi energi dan protein.

Tabel 4.6 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pengeluaran

No Pengeluaran / bulan Frekuensi Persentase

1 < 500 rb 38 76%

2 500 – 1 juta 12 24%

4 1 -2 juta - -

Jumlah 50 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengeluaran per bulan informan sebagian besar kurang dari Rp 500.000 yakni sebanyak 38 orang (76%), dan selebihnya sebanyak 12 orang (24%) berpengeluaran di antara Rp 500.000-1 juta rupiah.

Tabel 4.7 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Persentase

1 1 – 3 orang 18 36%

2 4 – 6 orang 25 50%

3 7 – 9 orang 7 14%

4 >9 orang - -

Jumlah 50 100%


(56)

Dapat kita lihat dari tabel di atas jumlah anggota keluarga informan sebagian besar berjumlah antara 4-6 orang, yakni sebesar 50% (25 informan), yang lainnya berjumlah 1-3 orang sebesar 36% (18 informan) dan yang berjumlah 7-9 orang sebesar 14% (7 informan)

4.2 Distribusi Jawaban Responden Tentang Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin (RASKIN) di Kelurahan Babura

4.2.1 Standar dan Sasaran Kebijakan

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kesesuaian Jumlah Raskin Yang Ditebus Yakni 15 kg Tanpa Ada Potongan

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Ya 50 orang 100%

2 Tidak - 0%

Jumlah 50 orang 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh informan, yakni sebanyak 50 orang (100%) menyatakan bahwa tidak ada penyelewengan dalam pemberian beras murah ini.Setiap bulannya mereka memang menebus beras raskin ini sebesar 15 kg tanpa ada potongan ataupun pengurangan.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Lurah Babura, ia mengatakan bahwa pembagian beras murah ini sebanyak 15 kg perbulannya.Dengan demikian jumlah kilogram yang diberikan aparat Kelurahan Babura telah sesuai dengan buku pedoman Raskin, yakni sebesar 15 kg setiap bulannya.


(57)

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kesesuaian Harga Tebus Raskin Per kg yakni Rp. 1600,-

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Ya 50 orang 100%

2 Tidak - 0%

Jumlah 50 orang 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh informan, yakni sebanyak 50 orang (100%) menyatakan bahwa tidak ada penyimpangan harga dalam penebusan beras murah ini. Setiap bulannya mereka memang menebus raskin ini dengan harga Rp 1600,00/kg. Hal ini sesuai dengan pengungkapan Lurah Babura ketika di wawancarai, ia mengatakan untuk harga tebus beras murah ini seharga Rp 1600,00/kg. Harga tebus ini telah sesuai dengan buku pedoman Raskin.

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Adanya Penerimaan Raskin Yang Tidak Tepat Sasaran

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Ada - -

2 Tidak Ada 40 Orang 80%

3 Tidak Tahu 10 Orang 20%

Jumlah 50 Orang 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Untuk mengetahui tepat sasaran dalam artian pembagian beras Raskin ini memang ditujukan untuk masyarakat yang memang benar-benar berhak menerima Raskin ini. Sebagian


(58)

besar informan, yakni sebanyak 40 orang (80%) menyatakan tidak ada, artinya pembagian Raskin ini memang benar-benar ditujukan untuk masyarakat miskin. Tidak ada penyelewengan ataupun penyimpangan yang dilakukan aparat dalam pendistribusian beras Raskin ini.Dan sebagian kecil lainnya dari informan, yakni sebanyak 10 orang menyatakan tidak tahu.

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Ketepatan Penyaluran Raskin Setiap Sebulan Sekali

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tepat 5 orang 10%

2 Tidak tepat 45 orang 90%

Jumlah 50 orang 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Mengenai ketepatan penyaluran Raskin, yakni setiap sebulan sekali dalam kurun waktu satu tahun, sebagian besar informan menyatakan tidak tepat, yakni sebanyak 45 informan (90%).Mereka mengatakan sering terjadi keterlambatan dalam penyaluran raskin ini, terutama di awal bulan. Hal ini senada dengan hasil wawancara Lurah Babura dan satker Bulog yakni :

“Memang kalau pada awal tahun sering terjadi keterlambatan, tetapi kami hanya bertugas untuk menjualkan Raskin ini kepada masyarakat penerima manfaat.Jadi kalau Bulog mengirimkan beras raskin ini pasti kami langsung menginformasikan kepada warga melalui kepling masing-masing untuk menebus beras raskin ini.Sehingga kalau Bulog belum mengirimkan beras Raskin ini, saya pun tidak bisa berbuat apa-apa.”


(59)

Satker Bulog :

“Keterlambatan yang sering terjadi pada awal bulan disebabkan karena belum keluarnya SK Gubernur mengenai program Raskin ini, karena penentuan pagu raskin untuk jangka waktu satu tahun diputuskan berdasarkan Sk Gubernur dan berdasarkan data BPS, jadi apabila SK Gubernur belum keluar, kami tidak tahu berapa pagu Raskin pada tahun ini sehingga kami belum bisa mendistribusikan beras murah ini.”

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Adanya Rumah Tangga Miskin Yang Tidak Terdaftar Sebagian Penerima Manfaat

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Ada 46 Orang 92%

2 Tidak tahu 4 Orang 8%

Jumlah 50 Orang 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat kita lihat sebagian besar dari informan, yakni sebanyak 46 orang (92%) menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang seharusnya menerima beras murah ini, dalam artian masih banyak masyarakat yang miskin tetapi tidak terdaftar sebagai penerima raskin, dan 4 informan lainnya (8%) menyatakan tidak tahu. Dari data di atas menunjukkan bahwa jumlah sasaran TRM masih lebih rendah dari total RTM yang ada. Hal ini senada dengan pengungkapan Lurah Babura ketika di wawancarai, yakni :

“Memang masih banyak masyarakat miskin di wilayah Kelurahan Babura yang tidak terdaftar sebagai penerima manfaat program raskin ini, banyak masyarakat yang mengeluh


(60)

mengapa mereka tidak mendapatkan jatah beras murah ini bahkan sampai ada warga yang menangis-nangis ,tetapi kami tidak dapat berbuat apa-apa, karena yang menentukan siapa yang layak menjadi penerima manfaat Raskin ini adalah BPS, kami di sini hanya bertugas mendistribusikan saja beras yang didatangkan dari Bulog ini dengan daftar penerima manfaat yang diberikan oleh BPS.”

Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kelayakan Beras Raskin Ini Untuk Dikonsumsi

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Layak 50 Orang 100%

2 Kurang layak - -

3 Tidak layak - -

Jumlah 50 Orang 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua informan, yakni sebanyak 50 orang (100%) menyatakan beras yang diberikan pemerintah ini layak untuk dikonsumsi. Dari data di atas menunjukkan bahwa kualitas dari beras yang diberikan pemerintah layak untuk dikonsumsi.

4.2.2 Sumber Daya

Di dalam pelaksanaan suatu kebijakan tidak bia terkepas dari sumber daya, yang dapat berwujud sumber daya manusia dan sumber daya finansial.Tanpa adanya sumber daya kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja (Subarsono,2005:91).


(61)

A. Sumber daya Manusia

Untuk mengetahui bagaimana pendapat masyarakat mengenai sumber daya yang berkaitan langsung dengan masyarakat dalam proses Implementasi Program Raskin, maka penulis akan menampilkan distribusi jawaban responden berdasarkan hasil kuesioner. Adapun distribusi jawaban yang akan ditampilkan pada bagian ini yaitu keefektifan pendistribusian kartu raskin, keefektifan penyaluran raskin, mengenai kemampuan aparat kelurahan dalam melaksanakan program raskin, mengenai proses pendataan masyarakat miskin yang layak menerima program raskin, mengenai kepuasan terhadap kinerja petugas BPS dalam melakukan pendataan ulang terhadap RTS. Berikut adalah tabel distribusi jawaban responden.

Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Keefektifan Pendistribusian Kartu Raskin

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Baik 50 Orang 100%

2 Kurang baik - -

3 Tidak baik - -

Jumlah 50 Orang 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jawaban informan mengenai keefektifan pendistribusian kartu raskin, seluruh informan menyatakan baik.Mereka mendapatkan kartu baru setiap tahunnya melalui kepala lingkungan masing-masing. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Lurah Babura yakni :


(1)

5.2 Jaminan Keamanan Pemenuhan Kebutuhan Pokok

Tujuan program raskin berdasarkan pedum Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagian kebutuhan pangan dalam bentuk beras.

Dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 33 sebanyak 43 informan (86%) mengatakan bahwa program Raskin ini dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka terhadap pangan. Dan tabel 34 menunjukkan bahwa program raskin ini dapat membantu mengurangi beban pengeluaran mereka.Karena beras bersubsidi ini sangat jauh berbeda dengan harga beras di pasar, yakni sekitar Rp.6000/kg. Secara teoritis setiap bulan penerima manfaat Raskin akan menerima subsidi setara dengan selisih harga beras di pasaran dengan harga beras Raskin dikalikan dengan 15 kg pada harga rata-rata beras kualitas medium Rp.6000/kg, tahun.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa program raskin dapat membantu rumah tangga miskin dalam mengurangi beban ekonomi rumah tangga dan bantuan pangan ini mampu memecahkan sebagian besar persoalan gizi keluarga miskin. Transfer pendataan dari program raskin mampu manghemat uang antara lain untuk biaya kesehatan dan pendidikan. Selain manfaat langsung, program raskin ini juga memberikan manfaat tidak langsung seperti penciptaan lapangan kerja berkontribusi dalam menjaga stabilitas harga beras.


(2)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Program Raskin (beras untuk masyarakat miskin) merupakan program yang bertujuan untuk mengurangi beban dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah.

2. Implementasi Raskin (beras untuk masyarakat miskin) di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal sudah dikatakan baik karena telah dilaksanakan dengan ketentuan yang berlaku atau pendistribusian telah dilakukan sesuai dengan pedoman umum raskin. Hal ini dapat dilihat pada indicator-indikator yang ada dalam implementasi semuanya mendapat nilai yang tinggi atau berada dalam kategori yang baik. Indicator standard an sasaran kebijakan yang menganalisa mengenai kesesuaian pelaksanaan pelaksanaan dengan pedoman umum raskin.

3. Indikator sumber daya yang mendukung implementasi program raskin juga baik dari segi sumber daya manusia telah bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sedangkan dari segi sumber daya finansial, pemerintah pusat setiap tahunnya mengalokasikan dana APBN untuk pengadaan beras bersubsidi ini dan pemerintah daerah pun mengalokasikan dana APBD untuk menunjang kelancaran dalam pendistribusian beras Raskin ini sampai ke titik distribusi.


(3)

4. Indikator lainnya yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu program yakni komunikasi. Komunikasi antar instansi terkait telah berjalan baik, untuk komunikasi internal diadakan rapat koordinasi di tingkat provinsi pada awal tahun dan akhir tahun yang dihadiri oleh seluruh instansi yang terkait dalam pelaksanaan program Raskin ini.

5. Tujuan dibuatnya program raskin ini adalah untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin dalam bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan. Masyarakat Kelurahan Babura mengatakan bahwa program raskin ini dapat membantu rumah tangga miskin dalam mengurangi beban ekonomi rumah tangga dan bantuan pangan ini mampu memecahkan sebagian persoalan gizi keluarga miskin.

6.2 Saran

1. Meningkatkan koordinasi antar instansi yang terkait dalam implementasi Raskin ini.

2. Pagu jumlah rumah tangga penerima di tingkat nasional harus ditetapkan secara tegas dan sesuai dengan jumlah kelompok sasaran rumah tangga. Kategori rumah tangga sasaran harus diidentifikasi secara jelas, apakah hanya dibatasi dengan kelompok sangat miskin saja, memasukkan kelompok juga, atau menjangkau kelompok hampir miskin juga.

3. Perlu kebijakan yang dapat memaksa Pemda untuk mendukung pelaksanaan Program Raskin secara serius, baik dalam hal dukungan dana (APBD) mapun target keberhasilan program.

4. Sistem penghargaan dan hukuman perlu diperkenalkan dan diberlakukan untuk menunjang pelaksanaan program sesuai dengan ketentuan. Penghargaan diberikan kepada wilayah atau pelaksanaan program yang berhasil melaksanakan program sesuai aturan dengan mengacu pada indikator tertentu.


(4)

5. Untuk menjamin pelaksanaan Program Raskin yang sesuai dengan aturan dan untuk mendukung pelaksanaan sistem penghargaan dan hukuman, monitoting dan evaluasi yang independen dan memiliki kredibilitas. Hasil pemantauan harus disampaikan kepada berbagai pihak termasuk publik secara luas dan dimanfaatkan secara sistematis untuk perbaikan pelaksanaan program.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Said Zainal.2004.Kebijakan Publik.Jakarta: Penerbit Pancur Siwah

Ath-Thawil Et Al.1997.Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-Negara Miskin.Bandung: Mizan

Fadhilah,Putra.2003.Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik dan Ruang Partisipasi dalam Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Hadari,Nawawi.1990.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Hamidi.2004.Metode Penelitian Kualitatif Aplikasi Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian.Malang: UMM Press

Heglo,Hugh.2004.Kebijakan Publik.Malang: UMM Press

Islamy,Irfan M.1997.Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara.Jakarta: Bumi Aksara Jones,Charles O.1996.Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta: Raja Grapindo Persada

Nugroho,Riant.2004.Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.Jakarta: Elex Media Komputindo

Ripley,Randall B & Franklin, Grace A.1986.Policy Implementation and Bureaucracy.Chicago: The Dorce Press

Singarimbun,Masri.1989.Metode Penelitian Survey.Jakarta: LP3ES

Sobarsono,AG.2005.Analisis Kebijakan Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suharto,Edi.2005.Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat.Bandung: Rafika Aditama

Suyanto.2005.Metode Penelitian Sosial.Bandung: Kencana Prenada Media Group

Suharsini,Arikunto.2003.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta Tangkisan,Hessel Nogi.2003.Kebijakan Publik yang Memahami.Yogyakarta: Lukman Offset


(6)

Wahab,Solichin Abdul.1997.Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara.Malang

Winarno,Budi.2002.Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Medpress

Peraturan-Peraturan

Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008

Situs Internet


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Raskin ( Beras untuk Masyarakat Miskin ) di Kecamatan Medan Sunggal (Studi pada Kelurahan Babura)

3 118 82

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

3 116 161

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan

1 49 128

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras bagi Keluarga Miskin Di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. (Terdiri dari 6 Bab, 106 halaman, 48 Tabel, 29 Kepustakaan).

2 78 122

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin Di Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

3 37 118

Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli

41 306 114

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Implementasi Program Raskin ( Beras untuk Masyarakat Miskin ) di Kecamatan Medan Sunggal (Studi pada Kelurahan Babura)

0 0 23

ABSTRAKSI IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN) DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi pada Kelurahan Babura )

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin) Di Kecamatan Medan Sunggal (Studi Pada Kelurahan Babura)

0 0 23

ABSTRAKSI IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN) DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi pada Kelurahan Babura )

0 0 9