Mengenal Nasabah Bank Syariah
termasuk kategori riba yang dilarang dalam Islam. Untuk pembiayaan, bank Syariah menggunakan akad jual-beli murabahah. Misalnya bila Anda ingin memiliki sebuah
rumah dengan cara mencicil, maka bank Syariah akan membeli rumah tersebut secara tunai dan menjualnya kepada Anda dengan harga pokok ditambah keuntungan dari
perkiraan harga rumah tersebut beberapa tahun kedepan selama batas waktu pencicilan yang disepakati dan diberitahukan pada Anda sebelumnya, untuk Anda
bayar uang mukanya, dan sisanya dapat dilakukan dengan cara mencicil sampai dengan batas waktu yang telah disepakati bersama.
Cicilan dilakukan tanpa ada perubahan nilai cicilan, sepanjang waktu pembayaran yang disepakati. Untuk simpanan, bank Syariah menggunakan akad bagi
hasil mudharabah, yakni uang yang Anda simpan di bank Syariah akan disalurkan untuk pembiayaan usaha-usaha yang sesuai syariah.
Bila usaha-usaha tersebut mendapatkan keuntungan, keuntungan akan dibagi antara bank Syariah dan nasabahnya, misalnya dengan proporsi bagi hasil nisbah
45:55. Dengan pengelolaan risiko penyaluran dana ke berbagai usaha dan pembiayaan yang baik, dijamin pokok simpanan Anda tidak akan berkurang. Prinsip-
prinsip Islam yang digunakan bank Syariah selain hanya memperbolehkan penyaluran dana untuk segala sesuatu yang halal, juga mengedepankan keadilan antara pemilik
dana, lembaga keuangan, dan orang yang membutuhkan pembiayaan. Hal ini patut dipertimbangkan bila tujuan Anda memilih bank juga untuk mencari yang adil dan
halal.
Bank syariah terbukti bukan hanya dapat dinikmati oleh umat Islam, banyak nasabah non muslim, bahkan etnis Tionghoa yang bergabung sebagai nasabah bank
syariah. Berdasarkan tesis yang ditulis oleh Ratu Humaemah Univ. Indonesia, 2006, sebanyak 43 nasabah Bank Syariah di Indonesia berasal dari kalangan China atau
non muslim. Sebagian besar etnis Tionghoa yang menjadi nasabah Bank Syariah adalah
pebisnis yang berjiwa kapitalisme dan menguasai perputaran uang di Indonesia. Kebanyakan mereka juga adalah orang-orang Katolik, pengurus yayasan Kristen yang
seringkali menganggap Islam itu radikal, garis keras, dan menakutkan. Namun, fakta tersebut diruntuhkan oleh dua faktor yang menjadi latar belakang kenapa mereka
berduyun-duyun menjadi nasabah bank syariah. Pertama, faktor syariah, yaitu
pelarangan riba dan bunga yang terdapat pula dalam ajaran Kristen, Yahudi, Hindu, dan Buddha. Dengan prinsip bagi hasil dan menanggung resiko bersama yang
diterapkan oleh bank syariah, mereka merasa nyaman berinvestasi dan bertransaksi di
bank syariah. Kedua
Menurut Yunus Humaemah, 2006 ; 6, para nasabah yang berasal dari etnis Tionghoa tertarik bergabung dengan bank syariah karena faktor promosi dan
sosialisasi. Selain itu, faktor lokasi, pelayanan, serta produk yang menawarkan berbagai keuntungan juga menjadi alasan membludaknya kalangan Tionghoa menjadi
nasabah bank syariah. , faktor promosi yang merupakan faktor dominan yang
melatarbelakangi mereka untuk menjadi nasabah bank syariah Humaemah, 2006 ; 4
Dengan demikian, Humaemah membuktikan bahwa bank syariah tidak hanya dapat dinikmati oleh umat Islam, tapi juga membawa benefit
bagi non muslim. Selain itu, stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa bank syariah itu tidak modern
atau masih kalah dibandingkan konvensional dapat dipatahkan oleh kenyataan bahwa ‘bos-bos’ dari kalangan berduit pun mengandalkan bank syariah sebagai sarana
transaksi perbankannya.