Akibat Hukum Jika Pengurus Tidak Bertanggung Jawab dalam hal Pembubaran Koperasi

kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan penuntutan. Kerugian yang ditanggung sendiri oleh masing-masing pengurus dimana kerugian itu tidak dibebankan kepada semua anggota pengurus untuk menanggungnya melainkan hanya kepada mereka yang melakukan kelalaian atau kesengajaan tersebut sehingga terjadi kerugian pada koperasi. Menurut penulis pertanggungjawaban oleh pengurus dikarenakan oleh adanya suatu pembebanan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sehingga dapat dilihat apakah ia mampu atau tidak untuk memenuhi kewajiban. Untuk mewujudkan profesionalisme dalam pengelolaan usaha koperasi, pengurus dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Pengangkatan pengelola oleh pengurus harus mendapat persetujuan dari rapat anggota. Maksudnya diberi wewenang dan kuasa adalah pelimpahan wewenang dan kuasa yang dimiliki oleh pengurus. Dengan demikian pengurus tidak lagi melaksanakan sendiri wewenang dan kuasa yang telah dilimpahkan kepada pengelola dan tugas pengurus beralih menjadi mengawasi pelaksanaan wewenang dan kuasa yang dilimpahkan. Adapun besarnya wewenang dan kuasa yang dilimpahkan ditentukan sesuai dengan kepentingan koperasi.

C. Akibat Hukum Jika Pengurus Tidak Bertanggung Jawab dalam hal Pembubaran Koperasi

Sebagai perangkat organisasi dari suatu badan hukum koperasi yang diberi wewenang untuk melakukan tindakan-tindakan hukum dan upaya-upaya hukum untuk dan atas nama badan hukum koperasi yang bersangkutan, maka pengurus Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab atas perbuatannya jika terjadi resiko kerugian pada koperasi. Setiap anggota pengurus menanggung terhadap kerugian koperasi, yang dideritanya karena disengaja atau akibat kelalaian dalam melaksanakan tugas kewajibannya masing-masing. Jika kesengajaan itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa anggota pengurus, maka mereka secara bersama- sama menanggung kerugian tadi untuk keseluruhannya, akan tetapi seorang anggota pengurus bebas dari tanggung jawabnya jika ia: 1. Dapat membuktikan bahwa kerugian tadi bukan karena kesalahan kelalaiannya 2. Telah berusaha dengan segera dan secukupnya untuk mencegah akibat dari kejadian tersebut. 3. Akibat bencana alam. Apabila terjadi suatu kondisi dimana pengurus tidak bertanggung jawab atas permbubaran koperasi tanpa adanya alasan yang jelas dan dapat dibenarkan, maka pengurus dapat dimintai pertanggungjawaban secara paksa melalui penerapan instrumen hukum pidana. Masalah pertanggungjawaban atas perbuatan melawan hukum dari badan hukum merupakan persoalan yang perlu diketahui dan sangat penting bagi badan hukum. Bahwa badan hukum adalah bertanggungjawab aansprakelijkheid, artinya dapat digugat untuk perbuatan-perbuatannya yang melawan hukum yang dilakukan oleh organnya sebagai organ als zodening door de orgaan. Karena apabila seorang Direksi dari suatu organ melakukan suatu perbuatan, maka dia bisa berbuat sebagai organ, dapat juga secara prive, dimana badan hukum itu berbuat secara privepribadi, maka badan hukum itu tidak terikat. Universitas Sumatera Utara Apabila suatu korporasi harus mempertanggungjawabkan suatu perbuatan yang sebetulnya dilakukan oleh organ atau wakilnya, maka dasar dari tanggungjawab itu adalah Anggaran Dasar korporasi itu sendiri yang menjadikan organ tersebut mempunyai fungsi yang penting atau esensial dalam hal ini misalnya: pengurus. Untuk organ yang memegang fungsi tersebut hubungan hukum antara korporasi dan organ, bukanlah suatu hubungan majikan buruh atau hubungan kerja biasa, tetapi berdasarkan hubungan fiduciary duty. Selain itu masih ada wakil yang juga bersifat organ, tetapi dasar tanggungjawabnya itu berdasarkan pengangkatan atau perjanjian kerja, misainya seorang pemimpin suatu cabang korporasi, dan pegawai lainnya dalam korporasi tersebut. Tetapi hampir semua undang-undang tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut apakah asas-asas umum dalam hukum pidana tentang pertanggungjawaban pidana manusia pribadi juga dapat berlaku terhadap korporasi. Sebab bagaimanapun juga korporasi tidak sama dengan manusia. Juga mengenai kapan suatu badan hukum dapat dinyatakan melakukan tindak pidana itu serta bagaimana menentukan kesalahan dan pertanggungjawaban korporasi tersebut. 39 39 Soedarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1986, hal. 48. Dasar untuk meminta pertanggungjawaban kepada pengurus koperasi didasarkan kepada pendapat bahwa suatu perbuatan hanya dapat dilakukan manusia secara fisik dalam keadaan nyata, dan kemampuan bertanggungjawab atas perbuatan itu menyangkut kejiwaan yang hanya dapat dimiliki oleh manusia saja. Dengan demikian tidak ada konstruksi lain yanq dapat digunakan selain daripada ukuran pertanggungjawaban pengurus atau wakil dari lembaga koperasi. Universitas Sumatera Utara Roeslan Saleh setuju dengan pendapat bahwa orang yang memimpin korporasi atau penguruslah yang harus bertanggungjawab, terlepas dari apakah ia tahu atau tidak tentang dilakukannya perbuatan itu. Namun dengan catatan bahwa pertanggungjawaban pengurus ini hanya beriaku untuk tindak pidana yang tergolong pelanggaran dan bukan untuk tindak pidana yang tergolong kejahatan. 40 Dari berbagai Yurisprudensi Hoge Raad Belanda, setidak-tidaknya terdapat 3 tiga kemungkinan pertanggungjawaban, yaitu: 41 1. Ondergesichkt, yaitu bawahan sebagai penanggungjawab badan hukum. Hal ini dapat terjadi apabila tugas yang diberikan kepada bawahan itu membuka kesempatan dan memperluas kemungkinan perbuatan itu. Pada Arrest HR tahun 1930 dimana Pemerintah Kota harus bertanggungjawab memberikan ganti rugi akiba seorang polisi yang dalam tugasnya telah berbuat sedemikian rupa dan mengakibatkan tabrakan dan kematian seseorang. HR berpendapat bahwa sekalipun polisi tersebut bukan seorang pengurus pemerintah kota tetapi pernerintah kota telah memberikan tugas dan tanggungjawab yang luas kepada polisi itu sehingga ia dapat melakukan hal-hal yang lebih luas lagi. Pada kasus penggelapan deposito nasabah Bank Mandiri, maka pegawai yang melakukannya dipidana sebagai pribadi, sementara secara perdata, Bank Mandirilah yang harus mengganti deposito tersebut kepada nasabahnya. Sifat pertanggung- jawaban ondergesichkt sangat kasuistis. Terkadang seorang bawahan yang melakukan perbuatan pidana harus mempertanggung-jawabkan 40 Roeslan Saleh, Perubatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, Jakarta: Aksara Baru, 2007, hal. 55 41 Chaidir Ali, Op. cit, hal. 224-232 Universitas Sumatera Utara perbuatannya sendiri, sementara korporasi tempatnya bekerja dapat membebaskan diri dari pertanggungjawaban suatu kerugian. 2. Organen, adalah sebutan bagi wakil suatu badan hukum dan wakil itu dalam lapangan hukum perdata. Seseorang baru dianggap sebagai organ atau wakil badan hukum apabila secara hukum orang tersebut mempunyai wewenang yang sah untuk bertindak atas nama badan hukum yang diwakilinya. Menurut de Heersen de leer, untuk dapat dianggap bertindak sebagai organ, Maka seseorang harus bertindak masih dalam suasana formal dalam batas-batas wewenangnya. 42 Selanjutnya ditambahkan Oleh Paul Scholten, bahwa suatu perbuatan itu masih dapat dikatakan dalam suasana formal dari wewenangnya, ialah jika perbuatan itu merupakan pelaksanaan tugaspemenuhan pekerjaan atau dinasnya. Di dalam struktur suatu korporasi, direktur adalah organ atau wakil, karena ditetapkan oleh undang-undang. Tetapi tidak hanya direktur yang dapat bertindak sebagai organ. Seorang kepala cabang bank juga dapat bertindak sebagai organ untuk hal-hal tertentu. Tetapi wewenang tersebut tidak secara langsung diperoleh bersama dengan jabatannya, tetapi memerlukan suatu prosedur tertentu, misalnya melalui pengesahan atau surat kuasa yang menyatakan bahwa orang tersebut mempunyai wewenang bertindak sebagai organ atau wakil korporasinya. Apabila seorang organ bertindak melampaui wewenang yang dimilikinya dan melakukan suatu perbuatan melawan hukum, maka pertanggungjawaban berlaku pribadi. 42 Ibid, hal. 220. Universitas Sumatera Utara 3. Apabila organ bertindak atas dasar suatu perintah jabatan yang mengikat dirinya ambtelijk bevel, maka tidak ada unsur kesalahan pribadi persoonlijk schuld. Di dalam hukum pidana hal ini dikenal juga sebagai alasan pernbenar suatu tindak pidana yang menyebabkan seseorang tidak dapat dipidana Pasal 51 Ayat 1 KUHP. Oleh karena hal tersebut di atas, dalam hal pengurus koperasi tidak bertanggung jawab dalam pembubaran koperasi, maka pengurus dimaksud harus dapat memberikan alasan pembenar ataupun alasan yang dapat diterima secara hukum untuk melepaskan dirinya dari tanggung jawab yang harusnya ditanggung, namun apabila pengurus tidak dapat memberikan alasan pembenar ataupun tidak dapat memberikan alasan yang dapat diterima secara hukum untuk tidak bertanggung jawab, maka pengurus tersebut dapat dimintakan pertanggung- jawaban secara paksa dengan menggunakan instrument hukum pidana yang nota bene memiliki kekuatan dan alat-alat pemaksa. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN