Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi

(1)

TESIS

Oleh

ASPIN ARUAN

117011061/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ASPIN ARUAN

117011061/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nomor Pokok : 117011061

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

2. Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS


(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ASPIN ARUAN

Nim : 117011061

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBUBARAN DAN

LIKUIDASI (PENYELESAIAN) ATAS PAILITNYA KOPERASI

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :ASPIN ARUAN


(6)

menurut hukum. Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian Inventarisasi Hukum Positif sedangkan metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan jenis penelitian ini termasuk penelitian hukum Yuridis Normatif. Jenis datanya menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Teknis analisa dalam menggunakan teknik analisis Normatif kualitatif.

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini ada 2 (dua) permasalahan yang diteliti yakni: Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga. Bagaimana pembagian harta koperasi (asset) koperasi likuidasi/ penyelesaian menurut hukum.

Pembubaran koperasi mempunyai dampak yang luas terhadap koperasi itu sendiri, pemerintah, pengurus, pengawas, anggota pemegang sertifikat koperasi, karyawan koperasi dan para kreditor koperasi. Pembubaran koperasi wajib dilaksanakan likuidasi/ penyelesaian hak dan kewajiban badan hukum koperasi sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa akibat hukum pembubaran koperasi yaitu status badan hukumya tetap eksis sebelum didaftarkan pembubarannya dalam BNRI, koperasi tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaan koperasi likuidasi, pembubaran wajib diikuti likuidasi, bisnis koperasi dihentikan kecuali untuk kepentingan likuidasi, kekuasaaan pengurus dan pengawas dibekukan, kekuasaan pengurus diambil alih likuidator, “koperasi dalam likuidasi/penyelesaian,” perjanjian yang sudah berlangsung dapat dihentikan, anggota koperasi tidak boleh lagi mengundur diri.Likuidasi merupakan cara koperasi yang bubar untuk tetap memenuhi pembayaran kewajibannya terhadap para kreditornya. Pembagian harta koperasi likuidasi menurut hukum yaitu dengan melakukan tindakan pemberesan yang meliputi pencatatan dan pengumpulan kekayaan koperasi termasuk memverifikasi hutang koperasi, penentuan tata cara pembagian kekayaan koperasi likuidasi, pembayaran kepada para kreditor dengan memperhatikan hukum jaminan, dan menentukan urutan prioritas kreditur, pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada anggota pemegang sertifikat modal koperasi, tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam proses pelaksanaan pemberesan kekayaan koperasi likuidasi, mendaftarkan koperasi yang telah dibubarkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.


(7)

liquidated cooperative is divided. This normative juridical Positive Law Inventory study with regulatory approach employed the secondary data obtained through documentation study. The data obtained were analyzed through normative qualitative analysis technique.

Two research problems discussed in this study were what was the legal consequence of the liquidation of cooperative decided to be bankrupt by commercial court and how the asset of the liquidated cooperative was legally divided.

The liquidation of cooperative brings a widespread impact to the cooperative itself, the government, administrator, supervisor, members of cooperative certificate holders, cooperative employees, and cooperative creditors. The liquidation of cooperative requires the settlement of the right and responsibility of the cooperative legal entity as the subject of law having right and responsibility.

The result of this study showed that the legal consequence of the liquidation of cooperative is that its legal entity status continues to exist before its liquidation is registered in the Indonesian National Gazette. Cooperative cannot take legal action unless it is necessasry to settle the assets of the liquidated cooperative, the cessation must be followed with liquidation, the cooperative business is terminated unless it is for liquidation, the authority of administrator and supervisor is deactivated, the authority of administrator is taken over by the liquidator, “the cooperative is under liquidation/settlement”, once the agreement has been run can be terminated, the members of cooperative are no longer allowed to resign. Liquidation is the way used by a deactivated cooperative to keep paying its responsibilities to its creditor. Legally, the distribution of the assets of liquidated cooperative is done by taking action of settlement including listing and collecting the assets of the cooperative, verifying the debt of the cooperative, determining the procedures of distributing the assets of liquidated cooperative, paying the creditor with paying attention to law of guarantee and determining the creditor scale of priority, paying the remaining assets of liquidation proceeds to the members of cooperative capital certificate holders, other actions needed to do in the implementation process of liquidated cooperative asset settlement, and registrating the deactivated cooperative in the Indonesian National Gazette.


(8)

sehingga penulisan tesis yang berjudul : “Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi.” Dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bimbingan atau bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. MHum sebagai Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum sebagai Pembimbing I

sekaligus tim penguji yang dengan segala ketulusan dan kearifan telah berkenan mengkoreksi, mengarahkan dan membimbing serta telah banyak memberikan masukan, kritik dan saran yang konstruktif dalam penulisan tesis ini dan juga sebagai Pembatu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN sebagai Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Pembimbing II dengan segala ketulusan dan kearifan telah berkenan

mengkoreksi, mengarahkan dan membimbing serta telah banyak

memberikan masukan, kritik dan saran yang konstruktif dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Notaris. Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn sebagai Pembimbing III yang dengan segala ketulusan dan kearifan telah berkenan mengkoreksi,


(9)

SH, CN, M.Hum yang menjadi Tim Penguji tesis ini dengan berbagai masukan dan kritiknya yang konstruktif untuk penyempurnaan dalam penulisan tesis ini.

7. Dan juga penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen penulis selama mengikuti kuliah pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU yaitu Bapak Prof. Sanwani Nasution, SH, Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Prof. H. T. Syamsul Bahri, SH, Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum, Bapak Prof. Dr. Hasbalah Thaib, MA, Dr. Faisal Akbar, SH, M.Hum, Dr. Bastari SE, AK, MM, Abdul Rahim Lubis, SH, MKn, Notaris/PPAT Syafnil Gani, SH, MKn, Notaris/PPAT (Pens) Sutrisno, SH, SpN, Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH. MLI, Dr. Utary Maharani Barus, SH, M.Hum. Dr. Purnama T. Sianturi, SH, M.Hum, Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH, M.Hum, Notaris/PPAT (Pens) Chairani Bustami, SH, MKn, Notaris/PPAT Rosniaty Siregar, SH, MKn, Notaris/PPAT Egawaty Siregar, SH, MKn.

8. Juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua Staff Administrasi MKn Fakultas Hukum USU.

9. Secara khusus saya mengucapkan banyak kasih kepada istri saya yang tercinta Ny Risda Aruan br Limbong yang telah banyak berkorban dan memberikan dukungan moral, semangat dan materi kepada saya saya selama kuliah sehingga dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu dan terutama kepada anak saya tercinta Mangara Tua Grotius Aruan sebagai pelita hidup dan pemberi semangat dalam hidup saya.

10. Kepada ayahanda St. Sophar Simon Aruan dan ibunda saya Hermina br Sinaipar yang telah membesarkan dan meyekolahkan saya sampai sarjana


(10)

Nora, SH, Mahvira Siregar, SH, Bob Siahaan, SH sebagai pembanding utama pada waktu seminar proposal dan seminar hasil tesis ini yang telah banyak membantu saya dan memberikan masukan untuk penyempurnaan dalam penulisan tesis ini.

12. Saya mengucapkan bayak terima kasih kepada semua teman teman mahasiswa MKn angkatan 2011 khususnya mahasiswa kelas Grup A yang selama kuliah penulis banyak diskusi diruang kelas dan dalam mengerjakan tugas-tugas mata yang diberikan oleh dosen serta atas kebersamaan dan bantuannya bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata tidak ada gading yang tidak retak, demikian juga penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penulisan maupun penyajian materinya, namun penulis terbuka dan berharap apabila ada kritikan atau saran yang bersifat membangun untuk penyempurnakan tesis.

Akhirnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan

dukungannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini, penulis ucapkan terima kasih semoga budi baik dan bantuannya dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Medan, Juli 2013 Penulis


(11)

Nama Lengkap : Aspin Aruan

Tempat/Tanggal Lahir : Sibide Silaen, 18 Pebruari 1969

Jenis kelamin : Laki Laki

Agama : Katholik

Alamat : Jln Karya Bakti II Gg Bakti No.5

Kel Sari Rejo Medan II. KELUARGA

Nama Ayah : Sophar Aruan

Nama Ibu : Hermina br sianipar

Nama Isteri : Risda Limbong, AMd

Nama Anak : Mangara Tua Grotius Aruan

III. PENDIDIKAN

SD Negeri No.173586 Sibide Tahun 1976 s/d 1982 SMP Katholik Budi Dharma Balige Tahun 1982 s/d 1985 SMA Khatolik Bintang timur Balige Tahun 1985 s/d 1988 Pendidikan Tinggi:

1. D-3 Fakultas PIPS IKIP Negeri Medan Tahun 1988 s/d 1991 2. S-1 Fakultas Hukum USU Tahun 1989 s/d 1994

3. S-1 Fakultas PIPS UNIMED Tahun 1996 /d 1997

4. S-1 STKIP PELITA BANGSA Tahun 2007 s/d 2011

5. S-2 Fakultas Hukum Program Studi Magister Kenotariatan USU Tahun 2011 s/d 2013


(12)

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR ISTILAH ... ix

DAFTAR SINGKATAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 29

G. Metode Penelitian ... 32

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 32

2. Pendekatan Penelitian ... 33

3. Tehnik Pengumpulan Data ... 33

4. Bahan penelitian ... 33

5. Analisis Data ... 34

BAB II PEMBUBARAN KOPERASI DAN AKIBAT HUKUMNYA 36 A. Alasan Pembubaran Koperasi ... 36

B. Pembubaran Koperasi Menurut Undang-Undang ... 57


(13)

BAB III LIKUIDASI DAN PEMBAGIAN HARTA KOPERASI.. 81

A. Pengertian Likuidasi Badan Hukum ... 81

B. Tujuan Likuidasi /Penyelesaian Koperasi ... 85

C. Likuidasi /Penyelesaian Koperasi... 87

D. Tahap-tahap Pelaksanaan Likuidasi Koperasi ... 95

E. Pembagian Harta (Asset) Koperasi Dalam Likuidasi ... 101

F. Pembagian Harta (Asset) Koperasi Dalam Likuidasi/Penyelesaian ... 106

G. Hapusnya Status Badan Hukum Koperasi ... 110

BAB IV ANALISIS AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN KOPERASI DAN PEMBAGIAN HARTA KOPERASI DALAM LIKUIDASI ... 112

A. Analisis Akibat Hukum Pembubaran Koperasi... 112

B. Analisis Pembagian Harta Koperasi dalam Penyelesaian 131 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 168

A. Kesimpulan ... 168

B. Saran ... 170


(14)

Absolut responsibility Pertanggungjawab mutlak

Accesoir Tambahan

Accoord Perdamaian

Actio Paulina Gugatan pembatalan

Agreement theory Teori perjanjian

Approval theory Teori persetujuan

Argumentum analogi Argumentasi analogi

Argumentum historis Argumentasi sejarah

Asas konsensualisme Kesepakatan para pihak

Bankrupt Pailit

Bankrupt’s estate Harta kekayaan yang pailit

Bankruptcy law Pailit berdasarkan hukum

Based on fault Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan

Bonorum emptor Pembelinya

Boedel Harta , kekayaan

Busines failure Menghentikan operasi dengan akibat

mengalami kerugian

By the operation of law Berlakunya demi hukum

Capital Modal

Claim Tagihan, tuntutannya

Class action Gugatan kelompok/ gugatan perwakilan

Collectiviteit theory Teori kekayaan kolektif

Concursus creditorium. Perbarengan diantara beberapa kreditor

Corporation Perusahaan

Consignatie Penawaran pembayaran tunai yang diikuti

dengan penyimpanan atau penitipan

Debt Debitor

Debt collection Konsep pembalasan dari kreditor terhadap

(debt collection principle)

debitor pailit dengan menagih klaimnya terhadap

debitor atau harta debitor

Deliquet Yang melakukan tindak pidana

Deontologi

Kewajiban/ kewajiban itu merupakan suatu keharusan


(15)

Due diligence Melakukan pemeriksaan yang mendalam baik dalam aspek manajemen maupun legal

Economi failure Kegagalan ekonomi

Ekuitas Modal sendiri

Ex officio Karena Jabatan

Fault liability atau liability

based on fault Prinsip tanggung jawab berdasarkan

unsur kesalahan Fautes de services

Kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada

instansi dari pejabat yang bersangkutan Fautes personalles Kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan

kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian

Fee likuidator Ongkos-ongkos likuidator/ tim penyelesai

Fiduciary duties Pemegang kepercayaan/ Pemegang amanah

Financial distress Kesulitan keuangan atau likuiditas

Finansial Keuangan

General statutory priority rights

Urutan prioritas dari tagihan-tagihan yang termasuk

kedalam hak terdahulu

Good Corporate Governance Tata kelola perusahaan yang baik

Hoge Raad Mahkamah Agung

Inbrekesteling Pernyataan lalai

Independent appraisal Penilai independen

Insolvensi Keadaan tidak mampu membayar

Insolvensi in bankrupcy

Jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar asset

Juridiche constructive Konstruksi hukum

Juridische realiteit Kenyataan Yuridis

Leer der volledige reliteit Ajaran realitas sempurna

Kenningsgeving Memperingatkan

Kleine luiden Kurang mampu dalam hal kekayaan/ miskin


(16)

Kreditor separatis Kreditur pemegang jaminan kebendaan

Legal audit Pemeriksaan secara hukum

Legal bankrupcy

Bangkrut secara hukum yang telah diajukan tuntutan

resmi dengan undang undang

legal due diligence Pemeriksaan secara mendalam dari hukum

legal entity Kominitas hukum

Legal person Badan hokum

Legal risk aspect Aspek resiko hukum

Lex generalis Atutan Umum

Lex spesialis Aturan khusus

Library research Penelitian kepustakan

Limitation of liability principle Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan

Liquidation Pembubaran perusahaan

Lliablity Tanggungjawab hukum

Marketable Suatu barang yang cocok dijual di pasaran

Mis manajemen Ketidakcakapan manajemen

Missio in bona

Harta kekayaan debitor dapat dijual untuk melunasi

Utang kepada kreditornya

Mutatis mutandis Dengan perubahan yang perlu-perlu

Natural person Manusia sebagai subjek hukum alami

Net realizable value Nilai bersih yang dapat direalisasi

Nexus of contrac Kontrak kerja sama

Notice Pemberitahuan

Onerous property

Asset asset yang sama sekali tidak bermanfaat

Onrechmatige daad Perbuatan melawan hukum

Outbinding Pembubaran

Pari passu Dibagi bersama-sama

Pari passu pro rata parte

Hasilnya harus dibagikan secara proporsional

Paritas creditorium Kesetaraan kedudukan para kreditor


(17)

principle jawab

Principle business frudence Prinsip kehati-hatian bisnis

Privilage Istimewa

Pro rata Sesuai dengan besarnya imbangan

piutang masing-masing kreditor terhadap utang debitur secara keseluruhan

Rangorde Tingkat-tingkat

Raison d’etre Alasan adanya

Rasio legis

Alasan/tujuan umum, maksud dan tujuan keputusan

perundang-undangan

Recht Person Badan Hukum

Rechtsbetrekking Hubungan-hubungan hukum

Rechtshandeling Perbuatan hukum

Reservation of title Harta dengan hak penahanan kepemilikan

Restriksi Pembatasan

Retensi Menahan

Rrechtimiddle Upaya hokum

Rule of Reason Bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis

berlaku, akan tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu

Saving deposits Simpanan Tabungan

Schuld –Haftung Kesalahan dan Pertanggungjawaban

Set-of Kompensasi piutang

Sommatie Menegur

Staatsblad Lembaran Negara

Statute approach Pendekatan perundang-undangan

Strict liability Prinsip tanggung jawab mutlak

Structured creditors Mengklasifikasikan dan mengelompokkan

berbagai macam kreditor sesuai dengan kelasnya masing-masing

Structured pro rata Mengklasifikasikan dan mengelompokkan

berbagai macam kreditor secara proporsional /berimbang


(18)

Venditio bonorum Kreditornya

Vereffening Pemberesan

Verefferingstate Memasuki babak pemberesan

Verset Perlawanan

Winding up Pemberesan

Yuridis normative Hukum normative


(19)

BHP Balai Harta Peninggalan

BNRI Berita Negara Republik Indonesia

BW Burgelijk Wetboek

HT Hak Tanggungan

Jo Juncto

KSP Koperasi Simpan Pinjam

KUH Perdata Kitap Undang Undang Hukum Perdata

KUHD Kitap Undang Undang Hukum Dagang

KUHP Kitap Undang Undang Hukum Pidana

LDD Legal Due Diligence

PHK Pemutusan Hubungan Kerja

PP Peraturan Pemerintah

PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah

PT Perseroan Terbatas

RUPS RapatUmum Ppemegang Saham

Stb Staatsblab

USP Unit simpan Pinjam

UU Undang Undang

UU KUP

Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan

UUHT Undang Undang Hak Tanggungan

UUK-PKPU Undang Undang Kepailitan dan Penundaan


(20)

menurut hukum. Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian Inventarisasi Hukum Positif sedangkan metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan jenis penelitian ini termasuk penelitian hukum Yuridis Normatif. Jenis datanya menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Teknis analisa dalam menggunakan teknik analisis Normatif kualitatif.

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini ada 2 (dua) permasalahan yang diteliti yakni: Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga. Bagaimana pembagian harta koperasi (asset) koperasi likuidasi/ penyelesaian menurut hukum.

Pembubaran koperasi mempunyai dampak yang luas terhadap koperasi itu sendiri, pemerintah, pengurus, pengawas, anggota pemegang sertifikat koperasi, karyawan koperasi dan para kreditor koperasi. Pembubaran koperasi wajib dilaksanakan likuidasi/ penyelesaian hak dan kewajiban badan hukum koperasi sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa akibat hukum pembubaran koperasi yaitu status badan hukumya tetap eksis sebelum didaftarkan pembubarannya dalam BNRI, koperasi tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaan koperasi likuidasi, pembubaran wajib diikuti likuidasi, bisnis koperasi dihentikan kecuali untuk kepentingan likuidasi, kekuasaaan pengurus dan pengawas dibekukan, kekuasaan pengurus diambil alih likuidator, “koperasi dalam likuidasi/penyelesaian,” perjanjian yang sudah berlangsung dapat dihentikan, anggota koperasi tidak boleh lagi mengundur diri.Likuidasi merupakan cara koperasi yang bubar untuk tetap memenuhi pembayaran kewajibannya terhadap para kreditornya. Pembagian harta koperasi likuidasi menurut hukum yaitu dengan melakukan tindakan pemberesan yang meliputi pencatatan dan pengumpulan kekayaan koperasi termasuk memverifikasi hutang koperasi, penentuan tata cara pembagian kekayaan koperasi likuidasi, pembayaran kepada para kreditor dengan memperhatikan hukum jaminan, dan menentukan urutan prioritas kreditur, pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada anggota pemegang sertifikat modal koperasi, tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam proses pelaksanaan pemberesan kekayaan koperasi likuidasi, mendaftarkan koperasi yang telah dibubarkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.


(21)

liquidated cooperative is divided. This normative juridical Positive Law Inventory study with regulatory approach employed the secondary data obtained through documentation study. The data obtained were analyzed through normative qualitative analysis technique.

Two research problems discussed in this study were what was the legal consequence of the liquidation of cooperative decided to be bankrupt by commercial court and how the asset of the liquidated cooperative was legally divided.

The liquidation of cooperative brings a widespread impact to the cooperative itself, the government, administrator, supervisor, members of cooperative certificate holders, cooperative employees, and cooperative creditors. The liquidation of cooperative requires the settlement of the right and responsibility of the cooperative legal entity as the subject of law having right and responsibility.

The result of this study showed that the legal consequence of the liquidation of cooperative is that its legal entity status continues to exist before its liquidation is registered in the Indonesian National Gazette. Cooperative cannot take legal action unless it is necessasry to settle the assets of the liquidated cooperative, the cessation must be followed with liquidation, the cooperative business is terminated unless it is for liquidation, the authority of administrator and supervisor is deactivated, the authority of administrator is taken over by the liquidator, “the cooperative is under liquidation/settlement”, once the agreement has been run can be terminated, the members of cooperative are no longer allowed to resign. Liquidation is the way used by a deactivated cooperative to keep paying its responsibilities to its creditor. Legally, the distribution of the assets of liquidated cooperative is done by taking action of settlement including listing and collecting the assets of the cooperative, verifying the debt of the cooperative, determining the procedures of distributing the assets of liquidated cooperative, paying the creditor with paying attention to law of guarantee and determining the creditor scale of priority, paying the remaining assets of liquidation proceeds to the members of cooperative capital certificate holders, other actions needed to do in the implementation process of liquidated cooperative asset settlement, and registrating the deactivated cooperative in the Indonesian National Gazette.


(22)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu masalah hukum adalah pembubaran badan hukum (recht person) sebagai subjek hukum pendukung hak dan kewajiban. Pembubaran badan hukum berkaitan erat dengan penyelesaian hak dan kewajiban subjek hukum tersebut. Undang Undang No.17 Tahun 2012 menyebutkan bahwa koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.1 Pengaturan koperasi sebagai lembaga hukum di Indonesia pertama kali sejak keluarnya Stb. No. 431 Tahun 1915.2 Koperasi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan badan usaha yang lain,3 dan mempunyai dua sisi yaitu lembaga ekonomi yang menerapkan asas ekonomi yaitu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi dalam berusaha dan sebagai lembaga hukum yaitu menerapkan semua prinsip-prinsip hukum dalam usaha yang berbadan hukum.4

1Pasal 1 angka 1 UU No.17 Tahun 2012

2LihatVerordening op de cooperatieve Vereenigingen [ Koninklijke Besluit 7 April 1915 ,

Indish Staatsblat No 431] yaitu untuk untuk mendirikan koperasi harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal, harus dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Belanda, membayar bea meterai sebesar 50 gulden, harus diumumkan di Javache Courant

3 Hans Munkner, Co-Operative Principles & Co-Operative Law Membangun UU Koperasi

Berdasarkan Prinsip-Prinsip Koperasi, [ Jakarta: Reka Desa, 2011],hlm,82 bahwa koperasi memiliki idenditas ganda (the dual identity of the member) yaitu anggota sebagai pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (user own oriented firm)

4 Anjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi

Indonesia Pemahaman, Regulasi dan Modal Usaha, [Jakarta: Kerjasama Kencana Prenada Media Grup dan Badan peneribit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008 ], hlm, 81.


(23)

Ropke menjelaskan “koperasi suatu organisasi bisnis yang para pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut.”5 Koperasi sebagai bisnis juga memerlukan modal jika mau berusaha dan berhasil, berkembang, berdaya hasil, dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.6 Aturan mengenai permodalan ini tidak diatur secara detail seperti halnya pengaturan modal dalam sebuah Perseroan Terbatas (PT); namun secara prinsip sangat jelas asal usul pengumpulan modal dalam sebuah koperasi seperti ditentukan UU Perkoperasian.7 Sumber utama modal koperasi terdiri setoran pokok dan sertifikat modal koperasi sebagai modal awal.8

Jika kontribusi modal awal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka koperasi dapat meminjam9 uang dari anggota dalam bentuk simpanan deposito (saving deposits) atau dari sumber lain seperti koperasi sekunder (pinjaman silang dilingkungan koperasi kredit ), bank atau investor lain.10

Jika suatu koperasi menerima tabungan dari para anggotanya (marketing) dan jiga menyediakan pinjaman kepada anggotanya (purcahsing) koperasi ini disebut Koperasi Simpan Pinjam (KSP).11 Secara umum ruang lingkup kegiatan usaha KSP adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang berbentuk penyaluran pinjaman terutama dari dan untuk anggota. Pada perkembanganya memang KSP melayani tidak

5Dikutip dari : Hendar,Manajemen Koperasai Pokok-pokok Pikiran Mengenai Manajemen

dan Kewirausahaan Koperasi,[Jakarta: Erlangga, 2010],hlm,19]

6Hans MunknerOp.Cit,hlm 125 7Ibid, hlm 86

8Pasal 66 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012 .

9 Pasal 66 ayat 2 huruf (c) UU No. 17 Tahun 2012 .Modal pinjaman yang berasal dari:

1).Anggota 2).Koperasi lainnya dan/atau anggotanya 3). bank dan lembaga keuangan lainnya, 4). penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau 5)Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

10Hans Munkner, Loc. Cit 11Hendar,Loc.Cit.


(24)

saja anggota tetapi juga masyarakat luas. Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi simpan pinjam harus melakukan penghimpunan dana.

“Usaha KSP mirip dengan perbankan, yaitu menerima simpanan dan memberikan pinjaman, bahkan KSP berani memberikan bunga yang lebih tinggi kepada para penyimpan dana serta menawarkan kemudahan bagi pihak yang akan meminjam uang. Dan usaha ini mampu menarik minat anggota masyarakat baik untuk menyimpan dan maupun meminjam dana. Namun kejayaan KSP ini hanya berlaku hingga tahun 2006-2007. Mulai tahun 2005 satu persatu KSP mengalami kebangkrutan diikuti dengan pembubaran, hal ini berjalan terus hingga pada tahun 2007 banyak KSP yang bubar karena tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada para penyimpan dana. Pembubaran KSP biasanya diawali dengan adanya gugatan yang dilakukan oleh pihak penyimpan dana yang bunga atau simpanannya tidak dibayar oleh koperasi”.12 Pembubaran koperasi merupakan satu pranata hukum yang diatur dalam UU. No. 17 Tahun 2012 dan diikuti likuidasi untuk membereskan hak dan kewajibannya

sebagai seebagai subjek hukum. Salah satu kewajiban koperasi adalah

mengembalikan pinjaman modal kepada pemilik dana simpanan baik yang bersumber dari anggota maupun pihak lain. Modal pinjaman koperasi yang tidak mampu dikembalikan debitur (koperasi) kepada pemilik dana simpanan maupun pihak ketiga merupakan ciri-ciri dari kebangkrutan secara ekonomi, dan akan membawa konsekuensi kebangkrutan secara hukum.

Pengurus dalam memberikan pinjaman harus melaksanakan prinsip kehati-hatian bisnis (principle business frudence), karena setiap pengurus wajib menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi13 jika prinsip kehati-hatian bisnis ini diabaikan maka kesulitan ekonomi dan resiko kerugian keuangan akan menimpa KSP. Kesulitan keuangan

12Widiastuti,Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Berbadan Hukum Tehadap

Penyimpan Dana,[ejournal.unisri.ac.id,Wacana Hukum, Vol VIII No.2 Okto 2009],hlm. 79diakses tanggal 17 Januari 2013

13


(25)

atau likuiditas (financial distress) adalah kesulitan keuangan atau likuiditas yang mungkin awal kebangkrutan.Namun dari sisi manajemen resiko bisnis, kebangkrutan perusahaan bukanlah sesuatu yang sulit terjadi terhadahap perusahaan melainkan hal tersebut bisa terjadi terhadap perusahaan apapun,14 termasuk perusahaan koperasi. Menurut Stuart Slatter mengemukakan sebelas sebab pokok kebangkrutan suatu perusahaan yaitu ketidakcakapan manajemen, ketidakcukupan pengendalian, intensitas persaingan, struktur biaya yang tinggi, perubahan pasar, pergerakan harga komoditi, ketidakcukupan program pemasaran, proyek besar akuisisi, kebijaksanaan keuangan dan pertumbuhan yang terlampau cepat.15

Koperasi yang tidak memiliki ketidakcakapan manajemen (mis manajemen) dan ketidakcakapan pengendalian dalam mengelola koperasi serta koperasi yang tidak mengadopsi tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) yang diterapkan pada BUMN dapat menimbulkan resiko dalam berbagai bentuk yang akan mengancam kebangkrutan secara ekonomi maupun secara hukum, “karena masa depan merupakan suatu yang sulit diprediksi.”16 Perusahaan yang mulai membutuhkan dana dari luar, baik dalam bentuk utang maupun equity, menunjukkan skala usaha yang semakin besar pula. Dalam kasus kredit di bank, pihak bank menjadi pihak kreditor yang sangat berkepentingan dengan tingkat pengembalian pinjaman yang diberikan.17 Sepuluh besar koperasi terbaik di Indonesia memiliki

14

M. Hadi Shubhan ,Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktek di Peradilan, [Jakarta: Kencana Prenada,2009],hlm,57.

15

Ibid, hlm 55, dikutip dari Suwarsono Muhammad,Op. Cit, hlm 9.

16

H . Masyhudi Ali,Manajemen Resiko strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, [ Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ], hlm, xix

17 Prasetyantoko, Corporate Governance Pendekatan Institusional, [Jakarta: PT Gramedia Pustaka


(26)

modal pinjaman lebih besar dari modal sendiri.18 Hal ini beresiko tinggi karena “permodalan yang berasal dari modal sendiri (equity) dirumuskan sebagai modal yang menanggung resiko”19 terhadap semua kewajiban koperasi. Kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi20 dan jika porsi hutang dalam struktur modal meningkat, kemungkinan bangkrut juga meningkat.21

Koperasi yang bangkrut secara financial dapat dimohonkan pailit sebagai alternatif jalan keluar dari kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan bisa berupa economi failure (kegagalan ekonomi) yaitu pendapatan perusahaan tidak dapat menutup total biaya, busines failure yang menghentikan operasi dengan akibat mengalami kerugian, technical insolvensi yaitu tidak memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo,insolvensi in bankrupcyyaitu jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar asset, dan legal bankrupcy yaitu bangkrut secara hukum yang telah diajukan tuntutan resmi dengan undang undang.22

Koperasi diputus pailit oleh Pengadilan Niaga karena kebangkrutan yaitu Koperasi Sumber Artha Mandiri dengan Putusan Nomor: 01/Pailit/2008/PN.Niaga Smg yang dikabulkan permohonan pengurus karena dinilai tidak mampu membayar utang terhadap kreditor/ penyimpan dana.23“Di kota Surakarta, pada tahun 2007 lebih

18

Koperasi di Indonesia menurut data Kementerian Koperasi dan UKM. [Dawnload – Data Koperasi secara nasional tahun 2010] diakses tang 11 Oktober 2012

19

Anjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit, hlm, 86.

20

Khaira Amalia Fachrudin,Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal , Sebab Akibat Prediksi Tata Kelola Peluang Surive antispasi Rekomendasi Dzikir [Medan: USU Press, 2008 ], hlm. 15.

21Ibid, hlm ,96.

22

Ibid, hlm, 2-3. Lihat Juga M. Hadi Shubhan,Op.Cit, hlm, 54-55.

23

Kristiyani,Tesis Kajian Juridis Atas Kepailitan Koperasi Di Indonesia (Studi Kasus Putusan Nomor : 01/Pailit/2008 Pengadilan Niaga Semarang), hlm, 73.


(27)

dari 4 KSP diperkarakan oleh penyimpan dana di Pengadilan Negeri karena tidak mampu mengembalikan dana milik penyimpan.”24

Selain kasus gugatan KSP tersebut dalam praktek ;

Seringkali Koperasi Simpan Pinjam melakukan penghimpunan dana dari masyarakat yang jelas-jelas bukan anggota koperasi dalam bentuk deposito berjangka dengan memberikan bunga kepada nasabahnya di atas bunga bank. Dengan menempatkan sejumlah uangnya pada koperasi, para calon nasabah diberikan harapan nantinya akan mendapatkan pengembalian yang tinggi, tanpa harus bekerja keras keuntungan pun bisa didapat. Tawaran semacam ini sangat menggiurkan, karena orang akan lebih cenderung bersikap pragmatis untuk mendapatkan sebuah keuntungan.25

Seperti kasus yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Manunggal Utama Karya yang ada di Solo. Kasus tersebut berkedok penawaran deposito berjangka.26

Disamping berpotensi sebagai lembaga intermediasi, KSP juga berpotensi mempunyai resiko kebangkrutan ekonomi dan keuangan. Koperasi yang bangkrut sehingga tidak mampu membayar utangnya yang jatuh tempo dapat dimohonkan pailit. Berdasarkan Pasal 105 huruf a menteri dapat membubarkan koperasi apabila koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan pernyataan pailit terhadap debitor (KSP) membawa dampak besar bagi para kreditor, debitor (KSP) pailit tersebut. Hal ini menjadi persoalan bagaimana mereka (kreditor) mendapatkan hak-haknya atas debitor pailit27 jika debitornya koperasi yang kemudian dibubarkan karena utangnya lebih besar daripada assetnya atau koperasi dalam keadaan insolvensi.

24

Widiastuti,Loc.Cit.

25

Kun Kurokawa, Skripsi, Kajian Yuridis Penyelenggaraan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam Yang Beprpotensi Tindak Pidana[http://juarakontes.blogspot.com.] diakes tanggal 22 Juli 2012

26

Ibid

27Imran Nating,Peranan dan Tanggungjawab Kurator Dalam Pengurusan dan Pemberesan


(28)

Prinsip kepailitan koperasi juga pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari gejala kebangkrutan koperasi tersebut. Koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga adalah salah satu alasan pembubaran terhadap koperasi yang sedang mengalami kebangkrutan disamping alasan pembubaran lainnya. Undang Undang No. 17 Tahun 2012 tidak secara tegas menyebutkan apakah setiap koperasi yang diputus pailit atau hanya koperasi yang insolvensi dalam hal harta pailit tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan (artinya nilai harta pailit lebih kecil dari pada biaya untuk membereskannya).

Koperasi yang diputuskan bubar berdasarkan Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012 harus dilakukan lagi perbuatan hukum berdasarkan Pasal 106 sampai 111 mengenai penyelesaian28 hak dan kewajiban koperasi tersebut terhadap kepentingan para anggota pemegang sertifikat modal koperasi (APSMK) maupun kepentingan kreditor dan pihak ketiga. Likuidator dalam UU No. 17 Tahun 2012 disebut “Tim Penyelesai” dan sesuai dengan namanya penyelesai (likuidator) akan mengurus seluruh penyelesaian atas nama koperasi yang bersangkutan, sehingga tidak lagi terdapat urusan yang masih menjadi tanggungan koperasi.29

Koperasi yang dibubarkan selanjutnya akan dilakukan tindakan hukum likuidasi (koperasi dalam penyelesaian) untuk menyelesaikan hak dan kewajibannya yang menyangkut kepentingan anggota, koperasi lain dan anggotanya dan pihak ketiga atau kepentingan kreditor koperasi.

28

Mengatur tentang penyelesaian hak dan kewajiban koperasi yang dibubarkan berdasarkan pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.

29Ahmad Ichsan ,Dunia Usaha Indonesia Segi Hukum, Segi Manajemen, Struktur/ Bentuk


(29)

Pembubaran koperasi sejatinya merupakan penghapusan entitas hukum sebagai subjek hukum. Persoalan yang muncul dengan pembubaran koperasi adalah bagaimana nasib aktiva dan pasiva koperasi tersebut.30 Disamping itu Koperasi memiliki kekayaan tersendiri yang menjadi jaminan utang kepada kreditor termasuk penyimpan dana dan para kreditor.

Secara teoritis kepailitan koperasi harus dibedakan dengan kebangkrutan, pembubaran dan likuidasi koperasi. Pembubaran koperasi merupakan suatu langkah hukum yang diambil terhadap koperasi atas alasan-alasan hukum tertentu seperti yang yang diatur dalam Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.31 Persoalan hukum akan muncul apabila harta koperasi tersebut telah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan hartanya tidak cukup mengembalikan pinjamanan/ utangnya karena mengalami kesulitan keuangan dan pada akhirnya koperasi tersebut dibubarkan. Untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta badan hukum koperasi dalam likuidasi dibentuk tim likuidator (tim penyelesai).

Berdasarkan uraian diatas maka tesis ini ditulis dengan judul Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi dasar didalam pembahasan tesis ini, adalah sebagai berikut :

30Ibid,Bandingkan dengan nasib aktiva dan passiva perseroan.

31Pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan keputusan rapat anggota, jangka waktu


(30)

1. Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga?

2. Bagaimana menurut hukum pembagian harta koperasi dalam likuidasi? C. Tujuan Penelitian

Adapun yang tujuan dari penelitian tesis ini berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas adalah :

1. Untuk mengetahui akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga.

2. Untuk mengetahui bagaimakah menurut hukum pembagian harta koperasi dalam likuidasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini selain memiliki manfaat teoritis juga memiliki manfaat praktis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian ini :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum khususnya hukum koperasi tentang akibat hukum pembubaran koperasi serta pembagian harta koperasi dalam likuidasi.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada penegak hukum dan pembuat peraturan perundang undangan dan memberikan masukan bagi penyempurnaan pranata hukum koperasi khususnya tentang pembubaran koperasi dan likuidasi/penyelesaian.


(31)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang didapat tanggal 25 Juli 2012 dari penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara ternyata penelitian tentang “ Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi tidak ada ditemukan judul yang sama maka penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Suatu teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), batasan , dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu.32Tujuan utama teori adalah menjelaskan atau memperkirakan agar masalah yang dikaji mudah dipahami. Umumnya kekuatan suatu teori terletak pada kemampuannya untuk membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai suatu problem khusus atau seperangkat problem dan dengan demikian melampaui pemikiran yang tidak sistematis didalam detail dan ketepatan untuk pembentukan dan manipulasi konsep berikutnya.33 Teori hukum adalah pengertian hukum, bukan istilah istilah hukum, karena pengertian hukum itu sama, sedangkan untuk menyebut pengertian hukum yang sama bisa digunakan istilah yang berlainan34 dengan kata lain “teori hukum”35 pada hakikatnya suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan

32

Khudzaifah Dimiyati,Teorisasi Hukum Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990[ Yogyakarta: Gajah Mada University,1990], hlm,14. Dikutip dari bukunya Fred N Kerlinger,The Foundation of Behavioral Research, Third Edition, 1986,by Holt, Reinhart and Winston Inc, diterjemahkan oleh Landung R Simatupang,.

33

Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi, [Jakarta : Erlangga,1986] , hlm,3.

34Ahmad Rustandi,Resfonsi Filsafat Hukum[ Bandung: Armiko,1984], hlm, 20. 35

Khudzaifah Dimiyati, Op. Cit, hlm 42 dikutip dari J.J. H. Bruggink, Refleksi tentang Hukum , Pengertian-Pengertian Dasar dalam Teori Hukum, [Bandung: Citra Aditya Bakti,1996], hlm, 159-160.


(32)

dengan sistem konseptual aturan-aturan dan putusan-putusan hukum dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan. Dalam persepsi Karl Raimund Popper 36 suatu teori harus bersifat praktis dan berguna dalam pemecahan masalah. Hukum akan terbentuk, apabila suatu teori telah diuji dan telah diterima oleh kalangan ilmuan, sebagai suatu yang benar dalam keadaan-keadaan tertentu.37 Dengan teori hukum tidak akan berhenti pada rumusan teks-teks hukum. Ia akan bergerak lebih jauh pada konteks dibalik teks tersebut38 sehingga teori hukum itu

berusaha untuk menjelaskan mengapa teks atau pasal pasal hukum saling

berhubungan, apa maksud, tujuan dan untuk kepentingan siapa pasal tersebut dibuat. Pada pendekatan analitis, berbagai peraturan perundang-undangan koperasi dianalisa (diuraikan) sebagai peraturan pelaksana struktur koperasi yang khas, masalah yang aktual dan kemudian ketentuan-ketentuan apa yang ditawarkan oleh pembentuk undang-undang untuk memecahkan masalah ini.39

Tesis ini menganalisis secara hukum tentang akibat hukum pembubaran dan likuidasi atas koperasi dengan menggunakan:

1. Teori tentang pribadi hukum (“The juristic person”).40 2. Teori kewajiban dan hak kolektif.41

3. Teori tanggungjawab.42

36Ibid, hlm, 44. Dikutip buku Lili Rasjidi, Op. Cit, hlm, 29.

37Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum[Jakarta: UI Press, 2010] , hlm, 127.

38

Bernard L.Tanya , dkkTeori Hukum Stategi Manusia Lintas Ruang dan Generasi [ Genta Publishing, 2010], hlm, 8.

39

Hans.H. Munkner, Hukum Koperasi, (Alih bahasa Abdulkadir Muhammad ), [Bandung: Alumni, 1987 ], hlm, 3.

40

Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at,Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,[ Jakarta: Konstitusi Press, 2012] , hlm, 76.

41

Ibid, hlm 80.

42


(33)

4. Teori perjanjian (agreement theory) atau teori persetujuan (approval theory).”43

Bahwa setiap legal person pada dasarnya “juristic person” 44 yang mempunyai kewajiban dan hak serta tanggungjawab hukum (liablity). Kasus tipikal dari juristic person (dalam arti sempit) adalah suatu korporasi (corporation).45

Untuk mencari landasan teoritis dari badan hukum dalam memahami badan hukum sebagai pribadi hukum (“The juristic person”) kita dapat melihat badan hukum (rechtperson) bertindak sebagai subjek hukum seperti halnya manusia (natural person). Terdapat beberapa teori mengenai badan hukum antara lain:

1. Teori Fiksi yang dikemukakan oleh Friedrich Carl von Savigny dan Opzomer. Bahwa adanya badan hukum merupakan suatu abstraksi, bukan merupakan suatu hal yang konkrit.46

2. Teori Organ yang (leer der volledige reliteit ajaran realitas sempurna) dikemukakan oleh Otto von Gierke. Badan hukum seperti halnya manusia memiliki alat kelengkapan. Maka suatu badan hukum harus memiliki organ-organ penunjangnya sendiri.47

3. Teori kekayaan bersama berasal dari Rudolf von Jhering.Menurut teori ini

badan hukum sebenarnya adalah kumpulan manusia yang memiliki

kepentingan bersama.48

43

Tri Budiyono,Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas,[Salatia: Griya Media, 2011], hlm,235.

44

Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’atoc.Cit, dikutip dari Kelsen ,Pure Theory, hlm, 174 -176.

45

Ibid, hal 77. Lihat Kelsen, Introduction, hlm, 96.

46

Chidir Ali,Badan Hukum, [Bandung: Alumni, 1987], hlm, 31-32

47Ibid, hlm 32-33 48Ibid, hlm 34


(34)

4. Teori Kekayaan bertujuan (collectiviteit theori) yang dikemukakan oleh A. Brinz. Dikatakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak sebagaimana lazimnya. Kekayaan dipandang sebagai wewenang terlepas dari yang memegangnya. Yang penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi kekayaan itu diurus dengan tujuan tertentu.49

5. Teori kanyataan yuridis (Juridische realiteit). Teori dikekmukakan oleh E.M.Meijers dan dianut oleh Paul Scholtel. Badan hukum itu merupakan suatu realitas, konkrit, riil walaupun tidak dapat diraba, bukan hayal tetapi suatu kenyataan yuridis.50

Berdasarkan doktrin mengenai badan hukum, bahwa sesuatu lembaga atau badan disebut sebagai badan hukum, apabila memiliki unsur-unsur antara lain:51

a. Adanya harta kekayaan yang terpisah. b. Mempunyai tujuan tertentu.

c. Mempunyai kepentingan sendiri. d. Adanya organisasi yang teratur.

Menurut Pasal 1653 selain perseroan perrdata sejati, perhimpunan-perhimpunan orang orang sebagai badan hukum diakui undang-undang. Perkumpulan yang dimaksud pasal 1653 tersebut diatas adalah apa yang kita kenal sebagai badan hukum 52 atau juristic person dan yang dapat dikategorikan sebagai subjek hukum yaitu:53

1. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah

49Ibid, hlm 34-35 50Ibid, hlm 35 51

Ali Rido, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf [Bandung: Alumni, 1986].hlm.50

52Anjar Panca W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay,Op.Cit,hlm 76. 53Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’atLoc.Cit.


(35)

2. Badan hukum yang diakui keberadaanya

3. Badan hukum yang diperbolehkan atau diijinkan keberadaanya; dan 4. Badan hukum yang didirikan dengan maksud tertentu oleh siapa saja.

Pendapat lain yang mengatakan “alasan utama korporasi diakui sebagai legal personadalah karena fakta bahwa pertanggungjawaban delik perdata yang dilakukan oleh korporasi pada prinsipnya terbatas pada kekayaan korporasi itu sendiri”.54 Pendapat ini hampir sama dengan teori propriete collective yang mengatakan hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakekatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama sama yang merupakan korporasi, badan hukum yang mempunyai anggota.55

“Perkumpulan koperasi diartikan perkumpulan perkumpulan orang orang, dimana anggota anggota dileluasakan masuk atau keluar, dan bertujuan untuk memperbaiki kepentingan kebendaan (materiil) para anggota dengan jalan bersama-sama menyelenggarakan usaha mendapat bahan bahan untuk keperluan hidup atau keperluan perusahaan bersama, maupun mengusahakan uang panjar atau kredit.”56

“Bahwa korporasi sebagai juristic person memiliki hak relatif atau absolut berarti bahwa individu tertentu atau sejumlah individu tertentu diwajibkan oleh hukum negara atas suatu perbuatan tertentu terhadap korporasi dan jika kewajiban tidak dipenuhi, suatu sanksi akan dieksekusikan berdasarkan tuntutan yang dibawa oleh korporasi.”57 “Hak tidak dilaksanakan oleh individu berdasarkan keinginan mereka, tetapi berdasarkan ketentuan korporasi. Mereka memiliki hak tetapi dalam arti hak kolektif”.58

54Ibid

55Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Hukum Dalam Asuransi Udara dan

Perkembangan Perseroan Terbatas[ Bandung: Remadja Karya, 1984 ], hlm. 34.

56

Sularso, E.D. Manik,Peraturan dan Perundang Undangan Koperasi Indonesia,[ Jakarta: Dwi Segera, 1981] hlm, 9.

57Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’atLoc.Cit. 58Ibid


(36)

Menurut Bentens, “teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dari kewajiban. Bila suatu hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain.”59

“Kewajibannya adalah pada individu tertentu. Tetapi pada saat individu ini ditentukan oleh aturan parsial yang membentuk korporasi, dan sejak individu

ini harus melaksanakan kewajiban sebagai organ korporasi maka

dimungkinkan mengimputasi kewajiannya pada korporasi dan menyebutnya sebagai kewajiban korporasi. Fakta bahwa korporasi memiliki kewajiban memperhatikan perbuatan tertentu juga bahwa berarti jika kewajiban tidak dipenuhi, suatu sanksi dapat dikenakan terhadap kekayaan korporasi”60

Satu perjanjian yang dibuat para pihak menimbulkan hak dan kewajiban serta mengikat bagi mereka yang membuatnya. “Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan/ kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing kontrak.” Pandangan tentang perusahaan sebagai nexus of contract dikemukakan oleh Armen Alchian dan Harold Demsetz.61 “Pada dasarnya teori kontrak menyatakan bahwa perusahaan merupakan rangkaian kontrak diantara paktor produksi. Meskipun setiap individu memiliki kepentingan pribadi, sebagai tim mereka juga solit sebagai kesatua yang mengalami kompetisi dengan tim lain.”62

Koperasi sebagai Pribadi Hukum (“The Juristic Person”) yang mempunyai hak dan kewajiban diperlukan suatu “peristiwa” yang oleh hukum dihubungkan sebagai suatu akibat. Jadi hak pada pihak yang satu berakibat timbulnya kewajiban pada pihak yang lain. Koperasi sebagai legal person mempunyai hak dan kewajiban

59Teori Etika,[Staaf.uny.ac.id/sites], diaksek tanggal 15 Oktober 2012 60

Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at Op.Cit. hlm. 81. Dikutip dari kelsen, General Teori,

Op.cit,hlm 101-102.

61A. Prasetyantoko,Op.Cit, hlm, 26. 62Ibid


(37)

serta tanggungjawab yang telah diatur oleh hukum. “Hak dan kewajiban ini merupakan kewenangan yang diberikan kepada seseorang oleh hukum.”63 Hak itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban. Antara hak dan kewajiban terdapat hubungan yang korelatif.64 Kewajiban publik adalah yang berkorelasi dengan hak-hak publik seperti kewajiban memenuhi hukum pidana. Kewajiban perdata adalah korelatif dari hak-hak perdata, seperti kewajiban yang timbul dari perjanjian.65

Tanggung jawab (liability) merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.66 “Prinsip tanggungjawab berarti bahwa orang-orang yang memutuskan untuk bergabung dengan maksud untuk saling tolong-menolong pada waktu yang sama juga sepakat untuk menerima tanggungjawab, resiko, kerugian-kerugian dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari usaha itu”.67

“Suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability). Seseorang yang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan/berlawanan hukum. Sanksi dikenakandeliquet, karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab.”68

63

Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum Suatu Pengantar,[Yogyakarta: Liberty, Cet ke 2, 2005], hlm,42.

64Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,[Bandung: PT Citra Aditya Bakti, cet keV, 2000], hlm,55. 65

Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Op.Cit,hlm, 60.

66

Sonny Tabelo Manyawa,Teori Pertanggunggjawaban[http://sonny-tobelo.blogspot.com/ ] diakses tanggal 5 Januai 2013, dikutip, Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, [Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia 2006], hlm. 73-79

67

Hans Munkner, Op.Cit.hlm, 8

68Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Op.Cit hlm 65,dikutip dari Kelsen General Teori, hlm 65,


(38)

Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya yaitu:69

a. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku pribadi.

b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.

Secara teori tradisional terdapat dua macam pertanggungjawaban yang dibedakan yaitu pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (base on fault) dan pertanggungjawaban mutlak (absolut responsibility).70

Koperasi yang berbadan hukum merupakan subjek hukum cakap untuk mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan orang perseorangan, sehingga baik pendiri maupun pengurus badan hukum tersebut statusnya hanya merupakan salah satu organ dari badan hukum tersebut.71 Calvert memberi defenisi koperasi sebagai organisasi orang orang yang hasratnya dilakukan oleh manusia atas dasar kesamaan untuk mencapai tujuan ekonomi masing masing,72 dan menurut M. Iskandar Soesilo koperasi adalah perusahaan, dimana orang-orang berkumpul tidak untuk menyatukan modal atau uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan ekonomi,73 dengan demikian koperasi bersifat suatu kerjasama antara orang orang yang tergolong kurang mampu dalam hal kekayaan

69Sonny Tabelo Manyawa, Op.Cit dikutip dari Ridwan H.R.,Hukum Administrasi

Negara,[Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006], hlm. 365.

70Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Loc.Cit, dikutip, KelsenPure Theory,Op.Cit, hlm 119-123. 71

Ibid

72M. Iskandar Soesilo, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia Corak Perjuangan ekonomi

Rakyat dalam Mnggapai Sejahtera Bersama, [Jakarta : PT. Wahana Semesta Intermedia, 2008], hlm,3.


(39)

(“kleine luiden”) yang ingin bersama meringankan beban hidup atau beban kerja 74. Senada dengan pendapat ini koperasi selain bentuk perkumpulan juga merupakan bentuk perusahaan (bedriijf ).75 Koperasi sebagai badan hukum secara tegas disebutkan dalam Stb. 91 Tahun 1927, Stb. 108 Tahun 1933, Stb. 179 Tahun 1949, UU No. 79 Tahun 195876, UU No. 12 Tahun 196777, UU No. 25 Tahun 199278dan Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2012 Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usahanya, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial dengan nilai dan prinsip koperasi.

Timbulnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum (juristic person) oleh karena diperoleh suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi kewajiban atau berdasarkan suatu perjanjian yang telah disepakati atau adanya kesalahan maupun kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi orang lain sehingga koperasi wajib membayar ganti rugi, atau karena telah menikmati hak tertentu yang harus diimbangi dengan kewajiban tertentu. Dalam pengertiannya sebagai penyandang hak dan kewajiban, badan hukum dapat digugat ataupun menggugat di pengadilan, jadi keberadaannya dan ketidakberadaannya tidak digantungkan kepada kehendak pendiri atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.79

74Wiriyono Projodikoro,Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi di Indonesia[Jakarta:

Dian Rakyat, 1969], hlm, 98.

75Sigmun M.D,Koperasi Indonesia [ Jakarta: PT Inti Jndayu Press, 1988], hlm 7.

76Pasal 2 ayat 2 UU No. 79 tahun 1958, badan hukum ialah badan badan koperasi yang telah

memperoleh sifat koperasi menurut undang undang ini.

77 Pasal 39 UU No. 12 tahun 1967, Koperasi yang akta pendiriannya disahkan menurut

ketentuan undang undang ini adalah badan hukum.

78

Pasal 9 UU No. 25 tahun 1992, Koperasi memperoleh satus badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah.

79Gunawan Wijaya, Kartini Muljadi, Seri Hukum Perikatan Perikatan Yang Lahir Dari


(40)

Hapusnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum (juristic person) karena koperasi dibubarkan, masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang, kewajiban telah dipenuhi oleh yang bersangkutan, hak yang melahirkan kewajiban telah dihapus, ketentuan undang-undang, kewajiban telah beralih atau dialihkan kepada orang lain.

Koperasi sebagai “badan hukum ada karena dibuat berdasarkan teori perjanjian (agreement theory) maupun berdasarkan teori persetujuan (approval theory).”80 Perkumpulan dalam arti luas ada beberapa sarjana berpendapat bahwa sifat perkumpulan adalah perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1313 KUH perdata.81 Dengan demikian koperasi sebagai badan hukum (legal person) yang didirikan berdasarkan dengan satu perjanjian antara anggota pendiri yang dituangkan dalam akta pendirian koperasi dan dibuat dengan akta notaris dimana akta pendiriannya disahkan menteri supaya memperoleh status badan hukum. Koperasi berbadan hukum adalah subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum. Koperasi sebagai subjek hukum dapat memiliki harta kekayaan yang berasal dari anggotanya dan harta yang bersumber dari pinjaman82 dan khusus

KSP dapat menghimpun dana dari anggota.83 Koperasi yang tidak dapat

mengembalikan modal pinjaman tersebut sesuai dengan yang diperjanjian baik seluruhnya atau sebagaian karena suatu alasan tertentu, maka koperasi wanprestasi sehingga koperasi akan diminta pertanggungjawabannya secara hukum untuk

80Tri Budiyono, Tri, Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Loc. Cit.

81

Chidir Ali,Op.Cit, hlm 132

82

Pasal 66 ayat 2 Huruf c UU No. 17 Tahun 2012 mengenai sumber modal pinjaman.

83Pasal 89 huruf a UU No. 17 Tahun 2012. Dana yang dihimpun ini adalah merupakan


(41)

membayar hutangnya. “Dengan demikian harta kekayaan menjadi objek tuntutan dari pihak ketiga yang mengadakan hubungan hukum dengan badan”84hukum koprasi.

Koperasi sebagai debitur, mengabaikan atau mengalpakan kewajiban dan karena itu melakukan cacat prestasi maka kreditornya dapat menuntut pemenuhan prestasi dan ganti rugi.85 Ketentuan mengenai ganti rugi dalam KUH Perdata diatur dalam Pasal 1243 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1252 KUH Perdata. Dari ketentuan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitor yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.86

Koperasi yang wanprestasi87 atau tidak dapat melaksanakan prestasi (membayar utangnya) kepada krediturnya dapat digugat di pengadilan88 dan apabila krediturnya lebih dari satu orang dapat dimohonkan pailit melalui Pengadilan Niaga. Koperasi yang diputus pailit dan apabila harta koperasi tidak cukup untuk membayar biaya pailit, curator dapat mengusulkan kepailitan tersebut dicabut kembali,89 dan

84 Ali Ridho, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,

Koperasi, Yayasan, Wakaf ,Op. Cit, hlm ,50

85

Sunarmi,Prinsip Keseimbangan Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia A Critical Review on Bankkrupty Law: ards The Bankrupty Laws That Protect Creditor And Debitor Interest, [ Medan: PT Sofmedia, Edisi2,2010],hlm,12

86 Hubungan-sebab-akibat-dan-sifat-melawan, [http://mamluatulrohmah.blogspot.]diakses

Tanggal 12 September 2012.

87 Bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori, yakni :Tidak melakukan apa yang

disanggupi akan dilakukannya, Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan, Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat, Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

88Dapat digugat di Pengadilan untuk 1).Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti

rugi). Ganti rugi seperti biaya, rugi dan bunga. 2).Pembatalan perjanjian atau pemecahan Perjanjian..3). Peralihan resiko

89Munir FuadyHukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek,( Edisi Revisi Disesuaikan dengan


(42)

kepailitan juga dapat di cabut atas anjuran hakim pengawas90maka koperasi tersebut wajib dibubarkan.

Tuntutan terhadap kewajiban koperasi sebagai debitur untuk melaksanakan prestasinya maka koperasi bertanggungjawab dengan seluruh harta kekayaannya baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan baru ada di kemudian hari menjadi jaminan untuk segala perikatan debitor (pasal 1131, 1133 KUH Perdata).91 Pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan harta kekayaan debitor menjadi agunan bersama bagi semua keditornya hasil penjualan harta kekayaan itu dibagi bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut perbandingan besar kecilnya tagihan masing masing kreditor, kecuali apabila ada diantara para kreditor itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan daripada kredior lain.

“Dikenal adagium yang disebut “missio in bona.” Arti dari adagium itu adalah bahwa harta kekayaan debitor dapat dijual untuk melunasi utang kepada kreditornya (venditio bonorum). Pembelinya (bonorum emptor) adalah seseorang yang memperoleh hak atas harta kekayaan debitor berdasarkan asas umum yang berkaitan dengan pelunasan utang terhadap kekayaan debitor tersebut. Dari hasil penjualan harta kekayaan tersebut debitor akan melunasi utang – utangnya itu secara proporsional sesuai dengan besarnya tagihan masing – masing kreditor.”92 Pasal 1131 dan 1132 merupakan asas-asas tentang hak-hak si kreditor yaitu:93 1. Apabila debitur tidak membayar utangnya dengan sukarela atau tidak

membayarnya, walaupun telah ada putusan pengadilan yang menghukumnya supaya melunasi hutangnya atau karena tidak mampu membayar seluruh utangya maka semua harta bendanya disita untuk dijual dan hasil penjualan itu dibagi bagi antara semua kreditornya “ponds-ponds gewijze” artinya menurut perimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing masing kreditor

90

Ibid,Lihat Pasal 18 UU NO 37 Tahun 2004

91Ibid

92

Irwan,Pembatalan Pailit, [Lontar.ui.ac.id] hlm 2 diakses tanggal 25 Nopember 2012. 93

Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayan, [Jakarta: PT. Pradyna Paramita, 1985] hlm, 9.


(43)

kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan yang sah untuk didahulukan.

2. Semua kreditor mempunyai hak yang sama

3. Tidak ada nomor urut dari kreditor yang didasarkan atas timbulnya piutang masing masing

Koperasi yang memiliki lebih dari satu orang kreditor dapat dimohonkan pailit melalui lembaga hukum kepailitan. Lembaga hukum kepailitan disediakan untuk menyelesaikan utang piutang diantara debitor dan kreditor. Koperasi yang sudah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan kepailitannya diangkat karena berhenti membayar (insolvensi) dapat dibubarkan melalui lembaga hukum “Pembubaran dan Likuidasi/penyelesaian.” Lembaga hukum pembubaran dan likuidasi ini disediakan untuk menyelesaikan hak dan kewajiban koperasi kepada para kreditornya dan juga untuk mengakhiri status badan hukum koperasi. Jadi ada dua tujuan instrument pembubaran dan likuidasi yaitu untuk membagikan harta kekayaan koperasi secara adil dan berimbang kepada seluruh kreditornya dan mengakhiri status badan hukum koperasi.

Menurut Sutan Remy Syahdeini tujuan kepailitan (bankruptcy law) adalah:94 1. Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitur diantara

para kreditornya.

2. Mencegah agar debitur tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor.

3. Memberikan Perlindungan kepada debitor yang beritikat baik dari para kreditornya, dengan cara pembebasan hutang.

Likuidasi dan kepailitan tujuannya sama yaitu untuk membereskan kewajiban debitor kepada kreditor dengan membagikan harta likuidasi atau harta pailit kepada debitor, melindungi kepentingan kreditor, melindungi debitor yang beritikat baik.

94Sutan Remi Syahdeini,Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun 2004


(44)

Perbedaannya bahwa kepailitan adalah sita umum atas harta pailit debitor sedangkan likuidasi bukan sita umum atas harta likuidasi.

Pada umumnya undang-undang kepailitan atau bankrupty law berkaitan dengan “utang” debitor (debt) atau “piutang” atau “tagihan” kreditor (claim).95 Dari keseluruhan sumber dana KSP adalah simpanan dan utang koperasi. Menurut Pasal 1 angka 14 UU No 17 Tahun 2012 “Simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan oleh anggota kepada koperasi simpan pinjam, dengan memperoleh jasa dari Koperasi Simpan Pinjam sesuai perjanjian,” dan berdasarkan PP 9 Tahun 1995 simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya kepada KSP/USP dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut simpanan merupakan utang KSP/USP, sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota yang merupakan kekayaan bersih bagi KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib (bagi KSP). Dalam UU No. 17 Tahun 2012 modal koperasi terdiri dari modal awal (bersumber dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi), modal yang bersumber dari hibah, modal penyertaan dan modal yang bersumber dari pijaman. Modal pinjaman merupakan utang koperasi.

Utang bisa dalam arti luas dan dalam arti sempit.

Menurut Setiawan: utang seogianya diberi dalam arti luas; arti kewajiban membayar sejumlah uang tertentu yang timbul karena ada perjanjian utang-piutang (dimana debitor telah menerima sejumlah uang tertentu dari kreditornya), maupun kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang timbul dari perjanjian atau kontrak lain yang menyebabkan debitor harus membayar sejumlah uang tertentu.96

95 Ibid,hlm, 71.


(45)

Utang timbul karenan perjanjian antara debitor dengan kreditor. Perjanjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan diantara mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan kewajiban. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian disebut debitur,97 sedangkan pihak lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban itu disebut kreditur.98 Pinjaman antara KSP dengan kreditur (anggota koperasi, koperasi lain dan anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintah dan pemerintah daerah dibuat dengan suatu perjanjian. Selain orang-perorangan,para pihak dalam perjanjian bisa juga terdiri dari badan hukum. Koperasi merupakan badan hukum yang dapat menjadi salah satu pihak atau keduanya dalam perjanjian. Keduanya merupakan subyek hukum, yaitu pihak yang dapat melakukan perbuatan hukum, pihak-pihak yang mengemban hak dan kewajiban. Segala perbuatan hukum dari badan akan mengikat badan hukum itu sebagai sebuah entitas legal (legal entity). Meskipun perbuatan badan hukum itu diwakili pemimpinnya pengurus koperasi namun perbuatan itu tidak mengikat pemimpin badan hukum itu secara perorangan, melainkan mewakili perusahaan sebagailegal entity.99

Sampai saat ini berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada yang mengatur perkoperasian, khususnya KSP, diatur dalam UU No 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian Jo PP No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Jo. Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha

97Debitor adalah pihak yang yang berutang pada pihak lain yang dijanjikan akan di bayar

kembali pada masa yang akan dating, Kreditor adalah pihak yang mempunyai pituang atau pihak yang memberikan kredit atau memberikan utang pada pihak lain.

98

Dadang Sukandar, Pengertian dan Syarat Syarat Perjanjian,[ http://legalakses.com/ perjanjian/], diakses tanggal 15 Maret 2013

99Dadang Sukandar, Pengertian dan Syarat Syarat Perjanjian,[ http://legalakses.


(46)

Kecil dan Menengah RI Nomor 351/Kep/M/XII/1998 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi, belum terdapat adanya pengaturan secara khusus mengenai perlindungan maupun jaminan bagi kreditur dalam penyelesaian harta koperasi bila dibubarkan.

Koperasi sebagai legal personmemiliki hak klaim, kepemilikan hak ini sama dengan hak klaim kolektif para anggota.100 Jika legal person diwajibkan melaksanakan suatu tindakan tertentu, dan apabila tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penyelesaiannya bukan asset individu, tetapi asset kolektif mereka. Pasal 1661 KUH Perdata menyebutkan “para anggota badan hukum sebagai perseorangan tidak bertanggungjawab atas perjanjian-perjanjian perkumpulannya. Semua utang perkumpulan itu hanya dapat dilunasi dengan harta benda perkumpulan.” Membatasi penyelesaian asset asset kolektif individu-individu pembentuk komunitas yang berfungsi sebagai legal person inilah yang disebut pembatasan tanggungjawab adalah karakter khusus legal person dalam hukum privat.101 Pelaksanaan sanksi yang ditentukan oleh aturan hukum terhadap debitor yang gagal memenuhi kewajibannya adalah untuk kepentingan semua yang mungkin menjadi kreditor atau setiap orang yang ingin aturan hukum dilaksanakan.102 Demikian juga halnya jika koperasi dikenakan sanksi pembubaran maka akan dilakukan perbuatan hukum likuidasi (penyelesaian) untuk memenuhi kewajibannya terhadap para kreditornya dan anggotanya.

Pembubaran perusahaan adalah bahwa suatu tindakan yang menyebabkan perusahaan berhenti eksistensinya dan tidak lagi menjalankan binis untuk

100

Siwi Purwandari ( Penerjemah ), Hans Kelsen,Pengantar Teori Hukum [Bandung: Nusa Media, 2010], hlm, 89.

101Ibid, hlm, 90.


(47)

selama lamanya, diikuti dengan proses pengadministrasiannya berupa pemberitahuan, pengumuman dan pemutusan kerja dengan karyawannya. Bubarnya perusahaan ini, baik dengan proses likuidasi secara keseluruhan (dengan dilakukan pemberesan) atau dengan proses likuidasi tanpa proses pemberesan sama sekali.103

Koperasi sebagai badan hukum tidak dapat didirikan atau berdiri dan kemudian bubar atau dibubarkan. Mendirikan dan membubarkan koperasi harus melalui prosedur tertentu dan ada peraturan peraturan yang harus diperhatikan. Misalnya ada pembubaran koperasi harus dijalankan dan diselesaikan menurut peraturan yang ada dan berlaku. Jadi membubarkan koperasi tidaklah semudah membubarkan usaha kerjasama secara tradisional atau gotong royong.104

Menurut Pasal 1663 KUH Perdata menyebutkan “badan hukum tetap berdiri sampai pada saat dibubarkannya secara tegas menurut akta pendirian, reglemen atau perjanjian atau pada saat berhentinya pengejararan tujuan badan hukum.” Koperasi yang dibubarkan menurut tata cara yang diatur dalam peraturan perundang undangan harus diselesaikan semua yang menyangkut hak dan kewajiban badan hukum koperasi sebelum status badan hukumnya hapus dengan melakukan likuidasi koperasi atau penyelesaian pembubaran.105

Pasal 1165 KUH Perdata menyebutkan bila terjadi pembubaran badan hukum maka para anggota yang masih ada atauanggota yang tingal satu satunya wajib membayar utang-utang badan hukum dengan kekayaan badan hukum itu, dan hanya sisa kekayaan itu yang boleh mereka bagi antara mereka dan mereka serahkan kepada ahli waris mereka.

Pembubaran koperasi adalah merupakan tindakan hukum, jadi akibat hukum dari pembubaran adalah akibat dari tindakan hukum pembubaran. Pembubaran

103

Munir Fuady ,Perseroan Terbatas Paradigma Baru[ Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2003 ], hlm 178

104Sagimun, M.D,Koperasi Indonesia, [Jakarta : CV Haji Masagung, 1985 ], hlm ,6. 105Lihat pasal 106 UU No. 17 Tahun 2012


(48)

koperasi merupakan suatu perbuatan hukum yang akibatnya “diatur oleh hukum, karena akibat itu bisa dianggap sebagai kehendak dari yang melakukan hukum.”106

Pembubaran koperasi wajib diikuiti likuidasi/ penyelesaian.Yang dimaksud dengan pembubaran adalah penghentian kegiatan badan hukum koperasi sebagai akibat berakhirnya tujuan koperasi. Elips dalam kamus ekonominya mengartikan liquidation sebagai pembubaran perusahaan diikuti proses penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang serta penyelesaian sisa harta atau utang antara pemegang saham 107. Likuidasi perusahaan adalah keseluruhan proses penutupan dan pengakhiran perusahaan dari awal proses sampai selesai, baik pengakhiran bisnis maupun pengakhiran badan hukum termasuk proses pembubaran dan penutupan perusahaan, pemberesan dan penyelesaian administratif dari pemberesannya.108 Untuk melaksanakan penyelesaian/ likuidasi ditunjuk likuidator.” Likuidator adalah orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara likuidasi.109 Pada dasarnya yang dilakukan likuidator sama dengan yang dilakukan oleh pengurus koperasi dalam keadaan koperasi nomal (tidak dalam dalam rangka pembubaran).110

Salah satu akibat hukum pembubaran harus dilakukan penyelesaian/likuidasi atas hak dan kewajiban koperasi. “Akibat hukum ialah suatu akibat tindakan yang

106R. Soeroso,Penagantar Ilmu Hukum, [Jakarta: Sinar Grafika, 2000], hlm, 291

107M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hlm, 64 dalam Elipsi ( 1997), dikutip dari Kamus Hukum

Ekonomi, Penerbit Proyek Elips, Jakarta, h. 105.

108 Munir Fuady , Perseroan Terbatas Paradigma Baru, [Bandung: PT Citra Aditya Bakti,

2003], hlm, 104.

109

Tri Budiyono, Tri,Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,Op. Cit, hlm 236.

110Ibid, hlm, 238. Pada dasarnya yang dilakukan likuidator sama dengan yang dilakukan oleh


(1)

---,Wanprestasi Menurut KUH Perdata, Doktrin Yurisprudensi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2012.

Sembiring, Sentosa, Himpunan Ketentuan Tentang Badan Hukum Usaha Koperasi dan Usaha Kecil, Bandung: Nuansa Aulia, 2006.

Setiawan.R,Pokok Pokok Hukum Perikatan,Bandung: Putra A Bardin, 1999.

Shubhan, M. Hadi. Hukum Kepailitan Prinsip, Norma dan Praktek di Peradilan Jakarta: Kencana,2009.

Siahaan ,Hotman M, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi, , Jakarta: Jakarta: Erlangga,1986.

Soekamto,Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2010.

Soekamto ,Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.

Soekardono, R, Hukum Dagang Indonesia Jilid I ( Bagian Pertama), Jakarta: Dian Rakyat, 1975.

Soemitro, Roni Hanitijo, Metologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.

Soerjati, R,Hukum Dagang I dan II, Jakarta: Pradyna Paramita, 1976. Soeroso, R,Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2000

Soesilo, M. Iskandar, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia Corak Perjuangan ekonomi Rakyat dalam Menggapai Sejahtera Bersama, Jakarta : PT. Wahana Semesta Intermedia, 2008.

Sofyan,Sri Soedewi Masjuchoen, Hukum perdata Hukum Perutangan Bagian A, Yogyakarta: Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1980

Suandi, Ima, Seluk Liku Koperasi Kayawan Perusahaan, Jakarta: Bhratara Kaya Aksara,

Subekti,R, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Alumni, 1982


(2)

Sugyarso, Akuntansi Koperasi, Sistem, Metode, dan Analisis laporan Keuangan, Jakarta: CAPS, 2011

Suhardi, Taufik Makarao,Fauziah, Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia,Jakarta: Akademia, 2012,

Sularso, E.D.Manik, Peraturan dan Perundang Undangan Koperasi Indonesia, Jakarta: Dwi Segera, 1981

Sunarmi ,Hukum Kepailitan Edisi 2, Medan: PT Sofmedia, 2010

---, Prinsip Keseimbangan Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia A Critical Review on Bankkrupty Law: ards The Bankrupty Laws That Protect Creitor And Debitor Interest, Edisi2, Medan: PT Sofmedia, 2010

Sunggono, Bambang, Metologi Penelitian Hukum, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2003

Supramono, Gatot, Kedudukan Perusahaan : Sebagai Subjek Gugatan Perdata di Pengadilan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007.

Suryatin, R.Hukum Ikatan, Jakarta: Pradnya Paramita, 1981

Sutantya R, R.T, Kusumah,R, Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahan: Bentuk Bentuk Perusahaan Yang Berlaku di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press,1991.

Sutedi, Adrian, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika,2010

Shubhan ,M.,Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, Surabaya: Kencana Predana Media Group, 2009

Syahdeini, Sutan Remi,Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan,Jakarta: Grafiti, 2009

---, Kebebsan Bekontrak dan Perlinungan Yang seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia , 1993.


(3)

Syaifuddin, Muhammad, Hukum Kontrak Memahami Kontrak Dalam Perspektif Filsafat, Teori, Dogmatik dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan), Bandung: CV Mandar Maju, 2012.

Trisnawani, Tuti, Akuntasi Untuk Koperasi Dan UKM, Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Usman, Racmadi, Hukum Jaminan keperdataan, Jakarta: Sinar Grafika, Cet Kedua, 2009.

Utrech,E, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Jakarta: P.T. Penerbitan Dan Buku “Ichtiar”, Cet Kesembilan,1966.

Wijaya, Gunawan,Seri Aspek Hukum Dalam Pasar Modal Tranplantasi Trust Dalam KUH Perdata, KUHD dan Undang Undang Pasar Modal, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008.

---,Seri Hukum Perikatan: Daluarsa,Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005. Wijaya Gunawan, & Kartini Muljadi, Seri Hukum Perikatan Penangungan Utang

Dan Perikatan Tanggung Menangung, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005.

---, Seri Hukum Perikatan, Perikan Yang Lahir Dari dari Undang Undang, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003.

---, Seri Hukum Perikatan, Penanggungan Utang Dan Perikatan Tanggung Menanggung,Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003.

---, Seri Hukum Perikatan, Hapusnya Perikatan, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003.

Van Apeldoorn, L.J. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: P.T. Pradnya Paramatita, 1985.

Wijaya, I,G, Rai, Hukum Perusahaan, Undang Undang dan Peraturan pelaksanaan Bidang Usaha,Jakarta: Kesaint Blanc, 2003.

2. MAKALAH

Nasution, Bismar, Kumpulan Makalah, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(4)

3. PERATURAN PERUNDANGAN UNDANGAN

Stb. 431 /1915Penetapan Peraturan Mengenai Perkumpulan Perkumpulan Koperasi Koninklijke Besluit 7 April April 1915 Verordening op de cooperatieve

Vereenigingen

Stb.91/ 1927Regeling Inlandsche Cooperatieve Vereniengen Stb 108/1933 Algamene regeling op de Cooperatieve Vereniengen Stb. 179/ 1949Regeling Cooperatieve Vereniengen

Undang Undang 79 Tahun 1959 TentangKoperasi Lembaran Negara No. 139 tahun 1958

Undang Undang No. 14 Tahun 1965 TentangPokok Pokok Perkoperasian Lembaran Negara No. 75 Tahun 1965

Undang Undang No. 12 tahun 1967 Tentang Pokok Pokok Koperasi Undang Undang No. 25 tahun 1992, TentangPerkoperasian

Undang Undang No. 30 tahun 2004 TentangJabatan Notaris Undang Undang No. 17 tahun 2012 TentangPerkoperasian

Undang Undang No 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajuban Pembayaran Utang

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1994 Tentang Pembubaran Koperasi Oleh Pemerintah

Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Pendirian dan Perubahan anggaran Dasar

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Oleh Koperasi

Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1998 TentangModal Penyertaan


(5)

Peraturan Menteri Keuangan No. 175/PMK.06/2010 Tentang Pejabat Lelang Kelas II Peraturan Menteri Keuangan No. /PMK.07/2006 tentang Juklak Lelang

Kepmenkeu Nomor 305/KMK.01/2002 tentang Pejabat Lelang dan Keputusan DJPLN Nomor 36/PL/2002 tentang Juknis Pejabat Lelang 4. SUMBER INTERNET

Dadang Sukandar, Pengertian dan Syarat Syarat Perjanjian,[ http://legalakses.com/ perjanjian/], diakses tanggal 15 Maret 2013

Endryl, Kurniawan, Tasman, Tanggungjawab Direksi Terhadap Perseroan Palit, Akibat Kelalaian dan kesalahan, [ Jurusan Hukum Perdata, Program studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana UNAND, Email: endryl17@yahoo.co.id, ] hlm 10]diakses tanggal 13 Januari 2013

Hukum Perikatan/ Perjanjian,[mfile.narotama.ac.id http://www. google.com ] diakses tanggal 6 Januari 2012

Ika Agustini, Pengertian subjek hukum, objek hukum, dan akibat hukum [http://ikaagustini. blogspot.com], diakses tanggal 15 Maret 2013

Inneke Kusuma Dewi, Skripsi,Notulen Rapat Sebagai Dasar pemutusan Perjanjian Sepihak Pemberian Jasa Jasa Pengangkutan Darat Antara PT Saheda Remindo Dengan PT Kaltex Pasific Indonesia, Fakultas Hukum UI, 2011, [lontar.ui.ac.id/], diakses tanggal 13 Juni 2013

Jeany Tabita, Pengertian dan Syarat Kepailitan [ http://www.hukumkepailitan.co Pailit menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan ] diakses tanggal 20 Oktober 2012

Kun Kurokawa, Skripsi , Kajian Yuridis Penyelenggaraan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam Yang Beprpotensi Tindak Pidana http://juarakontes.blogspot. com/2012/05/ skripsi-kajian-yuridis-penyelenggaraan.html diakes tanggal 22 Juli 2012

Kristiyani, Tesis Kajian Juridis Atas Kepailitan Koperasi Di Indonesia (Studi Kasus Putusan Nomor : 01/Pailit/2008 Pengadilan Niaga Semarang)


(6)

Menjadi Kreditor yang Efektif dalam Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), http://www.pn-medankota.go.id/v2/index .php/panitera/ layanan- perkara- lainnya/kepailitan/135-hak-kreditor, diakses tanggal 22 Juni 2013

Pengertian Causa Yang Halal Dalam Suatu Perjanjian[Sumber: http:// id. shvoong. com/law-and-politics], diakses tanggal 22 Januari 2013

Skripsi , Kajian Yuridis Penyelenggaraan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam Yang Berpotensi Tindak Pidana http://gudangmakalah.blogspot.com , diakes tanggal 22 Juli 2012

Sonny Tabelo Manyawa, Teori Pertanggunggjawaban [http://sonny-tobelo.blogspot.com/ 2010/12/teori-pertanggungjawaban. html diakses tanggal 5 Januai 2013], dikutip, Ridwan H.R.,Hukum Administrasi Negara,[Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006]

Syakha Lubis, Likuidasi Perusahaan, http://fitycielubis.blogspot.com/, diakses tanggal 2 Januari 2013

Teori Pertanggunggjawaban [http://sonny-tobelo.blogspot.com/ diakses tanggal 5 Januai 2013], dikutip, Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, [Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia 2006]

Tri Reni Novita, Pengurusan Dan Pemberesan Harta Perusahaan Pailit, (Studi Kasus Pada Pengadilan Niaga Medan),[ www.umnaw.com/kultura/], diakses Tanggal 16 Maret 2013

Yeny Abdullah, Beberapa Defenisi Terkait Likuidasi, http://yenaset.wordpress. Com ], diakses tanggal 16 Maret 2016

Yulianto Trilakson, Makna Actio Paulina Sebagai Perlindungan Hukum Kreditor Dalam Kepailitan[http:// yuliantotrilaksono .blogspot.com/] , diakses tanggal 4 Januari 2012

Widiastuti, Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Berbadan Hukum Tehadap Penyimpan Dana,[ ejournal.unisri.ac.id, Wacana Hukum, Vol VIII No.2 Okto 2009] diakses tanggal 17 Januari 2013