Gambaran Asupan Zinkum pada Murid Kelas VIII MTs Al-Washliyah Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

(1)

Oleh :

KIKI JULIANI

110100278

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

KIKI JULIANI

110100278

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Asupan Zinkum pada Murid Kelas VIII MTs Al-Washliyah Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

Nama : Kiki Juliani NIM : 110100278

Dosen Pembimbing Penguji I

(dr. Zaimah Z. Tala, M.S., Sp. GK) (DR. dr. Dina Keumala Sari, MG, Sp. GK) NIP. 196705051992032001 NIP.1973112212003122001

Penguji II

(Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSI) NIP.197604102003122002

Medan, 8 Desember 2014 Dekan

Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP.19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Berdasarkan hasil penelitian Rosmalina et al.,ditahun 2010 pada anak remaja SLTP kelas VII dan VIII di Bogor ditemukan bahwa persentase anak dengan status zinkum rendah (<70μg/dl) sebesar 41,4% dan konsumsi zinkum dari makanan hanya berkisar 29-30% AKG. Sejauh ini belum ada penelitian zinkum dalam skala besar di Indonesia.

Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti gambaran asupan zinkum pada remaja, yang kali ini adalah murid kelas VIII MTs Alwashliyah Kota Tebing Tinggi Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pendekatan cross sectionalI. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 110 orang. Data yang diteliti diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian formulir ingatan pangan 24 jam.

Hasil dari penelitian ini didapati bahwa hanya 24,5% responden yang memiliki asupan zinkum cukup (80-110% AKG). Sementara itu terdapat 71, 8% responden yang kekurangan asupan zinkum. Asupan zinkum tertinggi yang dikonsumsi responden adalah 16,60 mg/ hari, sementara yang terendah adalah 3,40 mg/ hari.

Terdapat permasalahan kekurangan asupan zinkum pada murid kelas VIII MTs Al-Washliyah Tebing Tinggi, sehingga diperlukan kesadaran dan perhatian baik oleh orangtua, pihak sekolah, maupun petugas-petugas kesehatan kota Tebing Tinggi

Kata kunci : Murid kelas VIII, Asupan zinkum, Makanan sumber zinkum.


(5)

ABSTRACT

Based on the research of Rosmalina et al., in 2010 at seventh dan eighth grade Junior High School Adolescents in Bogor, find out that the percentage of youths with low zinc status (<70μg/dl) about 41,4% and zinc food consumption only about 29-30% AKG. As this far there is no research about zinc in huge scale in Indonesia.

Thus made researchers interested in studying the descriptive of zinc intake in adolescent, this time was at the eighth grade students of MTS Al-Washliyah Tebing Tinggi 2014.

This study was descriptive with cross sectional method. Samples were taken by simple random sampling with the number 110 people. The data obtained studied using research instrument Formular 24-hour food memories..

The result of this study find out that only 24,5% respondents have good zinc consumption (80-110% AKG). Meanwhile there are 71,8% respondents have low intake. The highest zinc consumption is 16,60 mg/day, and the lowest is 3,40 mg/day.

There are problems in zinc defficiency in eighth grade students MTs Al-Washliyah Tebing Tinggi, that need attention from the parents, school staffs, and health care providers in Tebing Tinggi.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, dimana atas karunianya saya dapat memulai penulisan proposal penelitian yang berjudul “Gambaran Asupan Zinkum pada Murid Kelas VIII MTs AL-Washliyah Kota Tebing Tinggi Tahun 2014”.

Saya mengucap terima kasih yang besar terhadap dr. Zaimah Z. Tala, M.S., Sp. GK selaku dosen pembimbing yang mau meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan penuh kesabaran dalam penulisan proposal ini.

Terima kasih juga saya ucapkan terhadap :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan FK USU. 2. DR. dr. Dina Keumala Sari, MG, Sp. GK selaku penguji I.

3. Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSI selaku penguji II.

4. Drs. Abdul Holid, selaku Kepala Sekolah MTs Al-Washliyah.

Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada murid kelas VIII MTs Al-Washliyah yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini. Dan penghargaan serta penghormatan saya berikan kepada kedua orangtua saya yang telah mendukung saya dengan nasehat, doa, dan materi. Saya berharap kelak nantinya tulisan ini akan bermanfaat baik kepada saya selaku penulis dan juga pembacanya.

Medan, Desember 2014 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vii

Daftar Gambar... viii

Daftar Singkatan... ix

Daftar Lampiran... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 3

1.3.Tujuan Penelitian... 3

1.4.Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Zinkum... 5

2.1.1. Metabolisme Zinkum... 6

2.1.2. Fungsi Zinkum... 8

2.1.3. Sumber Zinkum... 10

2.1.4. Kekurangan Zinkum... 11

2.1.5. Kelebihan Zinkum... 11

2.2. Asupan Harian Zinkum... 12

2.3. Zinkum pada Remaja... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 14


(8)

3.2. Definisi Operasional... 14

3.2.1 Asupan Zinkum... 14

3.2.2Murid MTs Al-Washliyah Kelas VIII... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN... 16

4.1. Rancangan Penelitian... 16

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 16

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 16

4.4. Metode Pengumpulan Data... 17

4.5. Metode Analisis Data... 18

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 19

5.1. Hasil Penelitian... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 19

5.1.3. Makanan Sumber Zinkum... 20

5.1.4. Gambaran Asupan Zinkum... 21

5.2. Pembahasan... 21

5.2.1. Gambaran Umum Responden... 21

5.2.2. Makanan Sumber Zinkum... 22

5.2.3. Gambaran Asupan Zinkum... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 25

6.1. Kesimpulan... 25

6.2. Saran... 25

DAFTAR PUSTAKA... 26 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Contoh Makanan yang Mengandung Zinkum... 10 2.2. Jumlah Asupan Zinkum yang Dianjurkan... 12 5.1. Distribusi Karakteristik Responden... 19 5.2. Distribusi Makanan Sumber Zinkum yang

Dikonsumsi Responden... 20 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka konsep penelitian... 14 4.1. Rumus sampel Slovin... 17


(11)

DAFTAR SINGKATAN

hZIP : human-Zrt-and-Irt-like Protein IL : Interleukin

IFN : Interferon

IGF : Insulin-like Growth Factor

GSH : Glutation (gamma-glutamil-sisteinilglisin)

MT : Metallothionein

NK : Natural killer


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Daftar Riwayat Hidup

2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

4 Formulir Identitas Responden 5 Formulir Food Recall 24 Jam

6 Nilai Penukaran Ukuran Rumah Tangga ke Gram

7 Master Data

8 Surat Izin Penelitian dan Keterangan MTs Al- Washliyah Tebing Tinggi


(13)

ABSTRAK

Berdasarkan hasil penelitian Rosmalina et al.,ditahun 2010 pada anak remaja SLTP kelas VII dan VIII di Bogor ditemukan bahwa persentase anak dengan status zinkum rendah (<70μg/dl) sebesar 41,4% dan konsumsi zinkum dari makanan hanya berkisar 29-30% AKG. Sejauh ini belum ada penelitian zinkum dalam skala besar di Indonesia.

Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti gambaran asupan zinkum pada remaja, yang kali ini adalah murid kelas VIII MTs Alwashliyah Kota Tebing Tinggi Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pendekatan cross sectionalI. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 110 orang. Data yang diteliti diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian formulir ingatan pangan 24 jam.

Hasil dari penelitian ini didapati bahwa hanya 24,5% responden yang memiliki asupan zinkum cukup (80-110% AKG). Sementara itu terdapat 71, 8% responden yang kekurangan asupan zinkum. Asupan zinkum tertinggi yang dikonsumsi responden adalah 16,60 mg/ hari, sementara yang terendah adalah 3,40 mg/ hari.

Terdapat permasalahan kekurangan asupan zinkum pada murid kelas VIII MTs Al-Washliyah Tebing Tinggi, sehingga diperlukan kesadaran dan perhatian baik oleh orangtua, pihak sekolah, maupun petugas-petugas kesehatan kota Tebing Tinggi

Kata kunci : Murid kelas VIII, Asupan zinkum, Makanan sumber zinkum.


(14)

ABSTRACT

Based on the research of Rosmalina et al., in 2010 at seventh dan eighth grade Junior High School Adolescents in Bogor, find out that the percentage of youths with low zinc status (<70μg/dl) about 41,4% and zinc food consumption only about 29-30% AKG. As this far there is no research about zinc in huge scale in Indonesia.

Thus made researchers interested in studying the descriptive of zinc intake in adolescent, this time was at the eighth grade students of MTS Al-Washliyah Tebing Tinggi 2014.

This study was descriptive with cross sectional method. Samples were taken by simple random sampling with the number 110 people. The data obtained studied using research instrument Formular 24-hour food memories..

The result of this study find out that only 24,5% respondents have good zinc consumption (80-110% AKG). Meanwhile there are 71,8% respondents have low intake. The highest zinc consumption is 16,60 mg/day, and the lowest is 3,40 mg/day.

There are problems in zinc defficiency in eighth grade students MTs Al-Washliyah Tebing Tinggi, that need attention from the parents, school staffs, and health care providers in Tebing Tinggi.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Zinkum merupakan mikronutrien (trace element) esensial yang telah diketahui fungsinya sejak 1963 (Prasad, 2013). Zinkum memainkan peran kritis pada fungsi normal tubuh dan berintegrasi dengan beberapa sistem enzim. Ekspresi gen, pembelahan sel, imunitas, dan reproduksi merupakan fungsi biologis penting dari zinkum (Akhtar, 2013).

Pada manusia, zinkum hanya diperoleh dari makanan, dengan sumber utama adalah produk hewani dan makanan laut. Zinkum diabsorbsi melewati membran basolateral enterosit di duodenum dan jejenum diperantarai oleh

transporter termasuk zinc transport protein 1 (Zn Tp-1), kemudian melewati sirkulasi portal di hepar untuk sampai ke jaringan perifer. Lebih dari 60% keseluruhan zinkum tubuh (total body zinc) terdapat di otot skelet, sekitar 20% terdapat di tulang dan 10% sisanya terdapat di sumsum tulang, hepar, paru dan kulit. Di dalam plasma hanya terdapat 0,1% zinkum tubuh. Zinkum tidak disimpan dalam tubuh sehingga dibutuhkan asupan teratur untuk menjaga kecukupan status zinkum tubuh (Pardede, 2013).

Kebutuhan diet sehari nutrisi zinkum adalah 15 mg (laki-laki usia 11-24 th) dan 12 mg (perempuan usia 11-24 th), dan bertambah 5 mg jika remaja putri diketahui hamil. Kebutuhan sehari yang direkomendasikan merupakan standar asupan rata-rata dalam waktu yang cukup lama, sehingga tidak terjadi defisiensi (Suandi, 2004).

Beberapa studi telah dikonfirmasi bahwa defisiensi zinkum pada negara-negara berkembang cukup sering, mengenai hampir dua milyar individual dan retardasi pertumbuhan sering diobservasi pada negara-negara ini mungkin memang dikarenakan defisiensi zinkum (Prasad, 2009). Dewasa ini, diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami defisiensi zinkum, dengan rentang variasi antara 4-73% tergantung dari negara (Herman 2009).


(16)

Di Indonesia, data defisiensi zinkum masih terbatas. Sejauh ini belum ada penelitian zinkum dalam skala besar (Herman, 2009). Hasil sementara Puslitbang Gizi dan Direktorat Gizi pada tahun 2006 di 7 provinsi menunjukkan menunjukkan defisiensi ( kadar zinkum serum <70μg/dl) berkisar 7,96%-44,74% (Indrasari et al., 2008). Menurut hasil penelitian Rosmalina et al., (2010) pada anak remaja SLTP kelas VII dan VIII di Bogor didapati bahwa persentase anak dengan status zinkum rendah (<70μg/dl) sebesar 41,4%, dengan konsumsi zinkum dari makanan hanya berkisar 29-30% AKG.

Prasad et al., melakukan model percobaan untuk melihat manifestasi klinis defisiensi ringan (mild deficiency) dari zinkum pada manusia, sebagai hasilnya didapati terjadi penurunan level serum testosteron, oligospermia, penurunan aktivitas litik sel natural killer, penurunan aktivitas IL-2 dari sel T-helper, penurunan aktivitas serum thymulin, hyperammonemia, hypogeusia, penurunan adaptasi di tempat gelap, dan penurunan massa tubuh. Hal ini membuktikan bahwa defisiensi ringan dari zinkum pada manusia memberikan efek negatif secara klinis, biokimia, dan fungsi imunologi. Sedangkan pada defisiensi sedang

(moderate), manifestasi klinis yang didapat mencakup retardasi pertumbuhan,

hypogonadism pada pria remaja, kulit kasar, selera makan menurun, letargi mental, perlambatan penyembuhan luka, disfungsi cell-mediated immune, dan perubahan abnormal neurosensory.

Kelebihan konsumsi zinkum sangat jarang, namun untuk orang dewasa batas konsumsi adalah 40 mg/hari. Konsumsi zinkum berlebihan telah lama diketahui mengganggu absorpsi mineral tembaga. Zink sulfat dalam jumlah 2 g/hari dapat menyebabkan iritasi saluran cerna dan muntah (Gallagber, 2008).

Masa adolensi atau masa remaja (wanita : 10-18 tahun, laki-laki : 12-20 tahun), masa ini merupakan transisi dai anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt. Juga pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder (Tanuwidjaya, 2002). Pada masa pacu pertumbuhan ini diperlukan dua


(17)

kali lipat lebih banyak mineral kalsium, besi, zinkum, dan magnesium. Zinkum sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan di masa ini, yang dipenuhi melalui diet.

Pada masa remaja terjadi peningkatan aktivitas, baik kegiatan sekolah maupun di luar sekolah. Tidak jarang mereka makan di luar rumah, dengan risiko makanan yang mereka makan mengandung komposisi gizi yang tidak seimbang. Remaja juga banyak dipengaruhi oleh iklan makanan yang memang di sasarkan untuk mereka, antara lain makanan cepat saji. Pola makan remaja juga sering kacau dan pada remaja perempuan cenderung sering melakukan diet. Padahal untuk memenuhi kebutuhan pada puncak pacu tumbuh, mereka memerlukan makan lebih sering atau dalam jumlah yang lebih banyak, agar pertumbuhannya optimal (Soetjiningsih et al., 2002).

Berdasarkan uraian tersebut, hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran asupan zinkum pada murid kelas VIII MTs Al-Alwashliyah. Pada kelas VIII, diperkirakan usia murid berkisar antara 12-14 tahun, dimana pacu pertumbuhan tengah berlangsung, dan populasi murid MTs Al-Washliyah yang berasal dari kalangan ekonomi yang random sangat sesuai dengan penelitian agar tidak terjadi bias atau kecenderungan terhadap satu kalangan ekonomi tertentu.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana asupan zinkum pada murid kelas VIII di MTs Al-Washliyah kota Tebing Tinggi Tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran asupan zinkum pada murid kelas VIII di MTs Al-Washliyah kota Tebing Tinggi Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

2. Untuk mengetahui bahan makanan sumber dan jumlah makanan sumber Zinkum tinggi yang dikonsumsi murid kelas VIII di MTs Al-Washliyah kota Tebing Tinggi Tahun 2014.


(18)

3. Untuk mengetahui tingkat kecukupan zinkum pada murid kelas VIII di MTs Al-Washliyah kota Tebing Tinggi Tahun 2014.

3.1. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat :

1. Sebagai sumber informasi terhadap pihak instansi kesehatan kota Tebing Tinggi dalam penggulangan dan pencegahan defisiensi zinkum pada remaja di Kota Tebing Tinggi, dan informasi terhadap mahasiswa atau pihak lain yang hendak melakukan penelitian.

2. Menambah wawasan masyarakat untuk memahami pentingnya fungsi zinkum terhadap tubuh manusia.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Zinkum

Zinkum merupakan elemen kelumit (trace element) esensial yang berperan dalam fungsi lebih dari 300 enzim dan protein tubuh manusia dan berperan dalam berbagai fungsi seperti DNA, RNA, tRNA. Zinkum juga berperan dalam metabolisme vitamin A, yang dimulai dari absorpsi, transport, dan penggunaannya oleh jaringan (Herman, 2009).

Zinkum terdistribusi diseluruh tubuh, dan memiliki jumlah terbanyak setelah besi. Pada tubuh manusia, terdapat dua sampai tiga gram zinkum yang tersebar dengan jumlah terbanyak pada hati, pankreas, ginjal, tulang dan otot. Jaringan lain yang memiliki konsentrasi tinggi mencakup berbagai bagian dari organ mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut, dan kuku. Zinkum pada umumnya adalah ion intraseluler. Meski zinkum berlimpah di sitosol, sebenarnya zinkum terikat dengan protein, namun tetap seimbang dengan fraksi ion kecil (Gallagber, 2008).

Zinkum pada manusia hanya diperoleh dari makanan, dengan sumber utama adalah produk hewani dan makanan laut (sea food). Zinkum tidak disimpan didalam tubuh sehingga diperlukan asupan teratur untuk menjaga kecukupan status zinkum. Kebutuhan zinkum manusia berubah berdasarkan keadaan fisiologis. Total body zinc dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi, ekskresi dan kehilangan, serta keadaan fisiologi dan penyakit. Keseimbangan konsentrasi dari zinkum dijaga melalui mekanisme homeostatik (Pardede, 2013).

Zinkum dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun kritis pada manusia. Zinkum satu-satunya logam yang terlibat dalam keenam kelas dari enzim, yaitu

oxido-reductase, transferase, hydrolase, lyase, isomerase, dan ligase. Pada manusia diestimasikan bahwa ada sekitar 3.000 protein yang mengandung kelompok prostetik zinkum. Ion zinkum juga adalah neurotransmiter, dan sel pada kelenjar saliva, prostat, sistem imun dan usus menggunakan zinkum sebagai pemberi isyarat (signalling).


(20)

Pada manusia zinkum merupakan nutrien ‘Tipe 2’, yang mengartikan bahwa konsentrasinya pada darah tidak berkurang dengan tingkat proporsi defisiensi. Sebagai hasilnya, pertumbuhan fisik melambat dan ekskresi dikurangi untuk menjaga konsentrasi zinkum. Kebanyakan anak menderita defisiensi zinkum memiliki pertumbuhan linier pendek (stunted)(Sharma et al, 2012).

Nutrien tipe 2 dibutuhkan untuk fungsi umum metabolisme dan karena itu respon dari intake yang insufisien cukup berbeda. Respon pertama dari intake yang insufisien dari nutrien tipe 2 ditandai dengan penurunan kehilangan endogen (endogenous losses) dan kemungkinan sebuah adaptasi metabolik untuk mengurangi kebutuhan kebutuhan untuk fungsi dengan kebutuhan tinggi, seperti pertumbuhan dan imunitas (King, 2011).

2.1.1. Metabolisme Zinkum

Zinkum diabsorpsi dan diekskresikan dikontrol melalu mekanisme homeostatik yang kurang dipahami. Mekanisme mencakup 2 jalur yang mirip dengan jalur kalsium, yakni sebuah mekanisme saturasi carier (saturable carrier mechanism) yang bekerja paling efisien pada intake zinkum yang rendah ketika konsentrasi luminal zinkum juga rendah, dan sebuah mekanisme pasif mencakup pergerakan paracelular ketika intake zinkum dan konsentrasi luminal tinggi. Kelarutan dari zinkum pada lumen usus kritis, tapi ion zinkum umumnya berikatan dengan asam amino atau peptida pendek pada lumen, dan ion dilepaskan pada brush border untuk absorbsi via mekanisme karier (hZIPI Family). (Gallagber, 2008).

Transporter ZIP family memindahkan ion zinkum ke sitoplasma dari ruang ekstraseluler atau organela seluler. Total transporter ZIP yang telah diidentifkasi adalah 14. Berkebalikan dengan transporter ZIP, transporter ZnT

family memindahkan zinkum dan ion logam lainnya, seperti besi, dari sitoplasma ke dalam lumen intraseluler organela atau keluar dari sel. Terdapat 10 total ZnT yang telah diketahui (King, 2011).

Setelah masuknya ion melalui absorpsi melalui brush border diikuti dengan ikatan ion zinkum dengan metallotlhionein dan protein lain didalam


(21)

sitosol dari sel. Metallothionein membawa zinkum (melalui pergerakan transeluler) ke basolateral border untuk keluar dari sel menuju darah. Langkah untuk keluar dari sel menggunakan jalur transport aktif karena konsentrasi darah dari zinkum lebih tinggi dari konsentrasi ion zinkum sitosol (Gallagber, 2008).

Metallothionein adalah protein pengikat logam intraseluler yang kaya

cystein. Meski metallothionein memiliki afinitas yang tinggi pada tembaga dan kadmium daripada zinkum, metallothionein normalnya ada pada sel dalam bentuk ikatan dengan zinkum. Lebih dari tujuh molekul zinkum dapat berikatan dengan satu molekul metallothionein. Empat bentuk isoform metallothionein yang ada, yakni : MT-1 dan MT-2 yang berada di seluruh tubuh, MT-3 yang ditemukan terutama di otak, dan MT-4 yang paling banyak pada jaringan berlapis (stratified tissue). MT-2 adalah yang bentuk paling dominan pada jaringan manusia. Konsentrasi paling tinggi dari metallothionein ditemukan di hati, ginjal, usus halus, dan pankreas. Konsentrasi metallothionein pankreas dan usus segera berespon pada perubahan diet zinkum, diduga metallothionein menjaga homeostasis zinkum pada jaringan ini. Sementara metallothionein hati berespon cepat pada kerusakan jaringan, infeksi atau penyakit neoplasma (King, 2011).

Di darah, karier utama zinkum adalah albumin (70%), dan jumlah zinkum yang diangkut tidak hanya bergantung pada jumlah zinkum, namun juga avaibilitas albumin terhadap zinkum. Beberapa zinkum ditransportasikan oleh transferrin dan oleh a2-makroglobulin (18%). Kebanyakan zinkum ditempatkan pada eritrosit dan leukosit. Zinkum plasma aktif secara metabolik dan berfluktuatif dalam responnya terhadap diet harian dan faktor-faktor psikologi seperti luka dan inflamasi. Zinkum plasma berkurang 50% sebagai respon pada fase akut luka, mungkin karena penyitaan zinkum oleh hati (Gallagber, 2008); (King 2011).

Meski konsentrasi zinkum plasma sensitif terhadap nutrisi zinkum, zinkum plasma bukan merupakan pengukuran spesifik terhadap nutrisi zinkum. Ini karena zinkum plasma berpindah oleh redistribusi metabolik sama baiknya saat nutrisi zinkum yang buruk (King, 2011).


(22)

Ekskresi zinkum pada manusia hampir keseluruhannya melalui feses. Namun, ekskresi zinkum melalui urin dilaporkan pada mereka yang menderita kelaparan, nephrosis, diabetes, sirosis hati, porphyria dan juga pada alkoholik (Gallagber, 2008).

Diet yang kaya akan protein membantu penyerapan zinkum dengan membentuk kelasi zinkum-asam amino yang membuat zinkum lebih mudah untuk diserap. Absorpsi zinkum juga meningkat selama masa kehamilan dan juga menyusui (Gallagber, 2008).

Absorbsi zinkum tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah intake pada diet, namun juga oleh kehadiran substansi yang mengganggu penyerapannya, terutama fitat.Tembaga dan cadmium berkompetensi dengan zinkum karena menduduki protein karier yang sama, hal itu mengurangi absorbsi dari zinkum. Terdapat hubungan bahwa intake besi yang tinggi akan mengurangi jumlah zinkum yang akan diabsorpsi. Intake kalsium yang tinggi juga akan mengganggu penyerapan dan keseimbangan zinkum dan asam folat akan mengurangi absorpsi zinkum ketika intakenya rendah (Gallagber, 2008).

2.1.2. Fungsi Zinkum

Pada manusia, zinkum memiliki peran : 1. Sistem imun

Timulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel epitel timus yang berperan dalam adesi, migrasi, maturasi dan peningkatan fungsi sel T. Timulin bergantung pada zinkum untuk aktivitas biologisnya yang meliputi induksi perkembangan sel T dan efek anti-inflamasi (Pardede, 2013). Gen yang mengekspresikan IL-2 dan IFN-gamma (Sitokin Th1) bergantung dengan keberadaan zinkum. IL-2 berhubungan dengan aktivasi sel NK dan sel T sitolitik. IL-12 di aktifkan dengan stimulasi makrofag-monosit dan bergantung dengan keberadaan zinkum. IFN-gamma dan IL-12 memainkan peran utama dalam membunuh parasit, virus, bakteri melalui makrofag-monosit (Agustian et al, 2009).


(23)

Zinkum satu-satunya logam yang terlibat dalam keenam kelas dari enzim, yaitu : oxido-reductase, transferase, hydrolase, lyase, isomerase, dan ligase

(Sharma et al, 2012). Zinkum berperan sebagai bagian integral dari enzim dan sebagai kofaktor enzinm. Sebagai contoh : Karboksi-anhidrase yang berperan esensial dalam membawa CO2, laktat dehidrogenase yang dibutuhkan dalam perubahan piruvat dan asam laktat dalam proses glikolisis, alkali fosfatase yang dibutuhkan dalam metabolisme tulang, karboksi peptidase dan amino peptidase berperan dalam proses pemindahan karboksil terminal dan kelompok asam amino dalam metabolisme protein, alkohol dehidrogenase pada hati (Agustian et al, 2009).

Zinkum juga berperan sebagai kofaktor dari enzim DNA polimerase dan RNA polimerase, yang diperlukan dalam sintesis DNA, RNA, dan protein. Katabolisme pada RNA diatur oleh zinkum dengan mempengaruhi kerja ribonuklease. Zinkum juga merupakan bagian dari enzim kolagenase, zinkum berperan dalam sintesis dan degradasi kolagen, dengan begitu zinkum dibutuhkan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat, dan penyembuhan luka (Agustian et al, 2009).

3. Pertumbuhan

Untuk mengaktifkan dan memulai sintesis hormon pertumbuhan, dibutuhkan zinkum(Agustian et al, 2009). Pada defisiensi zinkum didapati penurunan penurunan konsentrasi IGF-1 (Prasad, 2013).

4. Sintesis Protein

Zinkum dibutuhkan dalam sintesis retinol-binding protein yang mengangkut vitamin A dalam darah (Agustian et al, 2009).

5. Antioksidan

Zinkum merupakan unsur intrinsik yang penting dari enzim superoksid dismutase (penghancur utama radikal bebas), yang terdapat pada berbagai jenis sel dan diekstraseluler (Agustian et al, 2009). Kekuatan zinkum untuk berikatan dengan kelompok thiol adalah mekanisme relevan yang berkontribusi dalam kerja antioksidan. Zinkum yang berikatan dengan thiol


(24)

dapat dilepaskan oleh NO, H2O2, oksidasi GSH, dan jenis oksidan lainnya, dan berperan dalam respon protektif antioksidan (Oteiza, 2012).

6. Peran lainnya zinkum adalah sebagai faktor esensial dalam stabilisasi struktur membran sel, fungsi testikular, spermatogenesis, dan fungsi indra pengecapan (Agustian et al.,2009).

2.1.3. Sumber Zinkum

Zinkum pada manusia hanya diperoleh dari makanan, dengan sumber utama adalah produk hewani dan makanan laut (sea food) (Pardede, 2013). Zinkum dalam makanan sebagian besar terikat dengan protein dan asam nukleat, dengan demikian makanan yang kaya protein seperti daging merah dan kerang menjadi sumber yang baik untuk zinkum. Makanan nabati umumnya miskin zinkum, kecuali lembaga biji-bijian seperti lembaga gandum. Fitat menurunkan bioavaibilitas zinkum (Herman, 2009).

Tabel 2.1. Contoh Makanan yang Mengandung Zinkum

Makanan Ukuran Penyajian (URT) zinkum (mg)

Hati, daging sapi, goreng 3 oz, 90 gr 6.943

Daging sapi ternak 3 oz, 90 gr 5.31

Tiram 3 oz, 90 gr 3.94

Nasi ½ cup, 70 gr 2.2

Lobster 3 oz, 90 gr 1.65

Kacang hijau 1 cup, 140 gr 1.21

Yogurt 8 oz, 240 gr 1.30

Kacang pikan 1 oz, 30 gr 1.28

Kacang goreng 1 oz, 30 gr 0.94

Bayam 1 cup, 140 gr 0.93

Roti gandum 1 potong 0.54


(25)

2.1.4. Kekurangan Zinkum

Prasad, 2009, melakukan percobaan untuk mengetahui efek defisiensi ringan zinkum pada manusia. Sekelompok relawan diinduksi agar menjadi defisiensi ringan zinkum dengan mengatur dietnya. Sebagai hasil dari defisiensi ringan dari zinkum adalah didapati penurunan serum testoteron, oligospermia, penurunan aktivitas litik sel NK, penurunan aktivitas IL-2 dari sel T-helper, penurunan aktivitas serum thymulin, hyperammonemia, hypogeusia, penurunan adaptasi gelap, dan menurunan masa tubuh bersih (MTB).

Manifestasi dari defisiensi sedang/moderat zinkum mencakup perlambatan pertumbuhan, hypogonadisme pada remaja laki-laki, kulit kasar, nafsu makanyang buruk, letargi mental, penyembuhan luka yang lambat, disfungsi cell-mediated immune, dan perubahan abnormal neurosensory. Manifestasi klinis ini telah dilaporkan pada mereka yang defisiensi zinkum yang diamati di Iran dan Mesir dan pada mereka yang dengan sengaja dikondisikan dengan defisiensi zinkum (Prasad, 2013). Pada defisiensi yang berat, simptom dari deplesi zinkum yang berat muncul sangat cepat dan pulih dengan cepat dengan replesi (King, 2011).

2.1.5. Kelebihan Zinkum

Kelebihan konsumsi zinkum (100 sampai 300 mg/hari) sangat jarang, namun pada dewasa jumlah asupan maksimal adalah 40 mg/hari. Kelebihan suplementasi zinkum diketahui akan mengganggu absorpsi dari tembaga. Sebuah bentuk umum dari toksisitas dari zinkum berkembang pada pasien yang mendapatkan hemodialilis atas gagal ginjal. Kontaminasi cairan dialisa dari plastik adesif yang digunakan pada gulungan pipa atau pipa galvanisasi telah dilaporkan.Sindrom toxic pada pasien-pasien ini dicirikan sebagai anemia, demam, dan gangguan sistem saraf pusat. Zinkum sulfat dalam jumlah 2 g/hari atau lebih mungkin akan menyebabkan iritasi saluran cerna dan muntah. Menghirup asap zinkum selama mengelas mungkin berbahaya, namun paparan dari asap dapat dicegah dengan tindakan pencegahan yang tepat (Gallagber, 2008).


(26)

2.2. Asupan Harian Zinkum

Pada remaja dibutuhkan sekitar 12-15 mg/hari zinkum tergantung terhadap jenis kelamin.

Tabel 2.2. Jumlah Asupan Zinkum yang Dianjurkan

Kelompok populasi Jumlah zinkum (mg/hari)

Laki-laki

11- 18 tahun 15

Perempuan

11- 18 tahun 12

*+5 mg pada remaja putri yang hamil

Sumber : Story M. Dikutip dari Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, 2004.

Klasifikasi tingkat kecukupan zinkum menurut WNPG 2004, dikutip dari Hadrawi, 2011, adalah :

1. Baik : 80-110 % AKG 2. Kurang : <80 % AKG 3. Lebih : >110% AKG

2.3. Zinkum pada Remaja

Masa adolensi atau masa remaja (wanita 10-18 tahun, laki-laki 12-20 tahun), merupakan masa transisi dari anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt (Tanuwijadjaya, 2002). Pada masa pacu pertumbuhan ini diperlukan dua kali lipat lebih banyak mineral kalsium, besi, zinkum, dan magnesium. Zinkum sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan di masa ini, yang dipenuhi melalui diet (Soetjiningsih et al, 2002).

Zinkum sangat dibutuhkan pada masa remaja untuk pertumbuhan dan pematangan seksual, terutama saat pubertas kebutuhan dan retensinya meningkat sebanding dengan peningkatan MTB (masa tubuh bersih). Dibutuhkan 20 mg


(27)

zinkum untuk meningkatkan MTB 1 kg. Pada laki-laki usia 11-17 tahun, rata-rata retensi zingkum mencapai lebih dari 400 mg/hari. Menurut RDA dibutuhkan 15 mg/hari diet zinkum untuk anak laki-laki, dan 12 mg/hari diet zinkum untuk anak perempuan (Suandi, 2004).

Hasil sementara Puslitbang Gizi dan Direktorat Gizi pada tahun 2006 di 7 provinsi, dikutip dari Indrasari et al, 2008, menunjukkan menunjukkan defisiensi (kadar zinkum serum <70μg/dl) berkisar 7,96%-44,74%. Menurut hasil penelitian Rosmalina et al. (2010) pada anak remaja SLTP kelas VII dan VIII di Bogor didapati bahwa persentase anak dengan status zinkum rendah (<70μg/dl) sebesar 41,4%, dengan konsumsi zinkum dari makanan hanya berkisar 29-30% AKG.

Defisiensi zinkum pada remaja akan menimbulkan gejala klinis seperti : gagal tumbuh, berkurangnya nafsu makan, letargi mental, pematangan seksual yang terlambat, dan perubahan kulit. Faktor yang menyebabkan sindroma defisiensi zinkum ini bisa berbagai macam seperti rendahnya bioavaibilitas zinkum oleh tingginya diet fitat ataupun asupan zinkum sendiri yang rendah (Suandi, 2004).


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Asupan Zinkum 1. Definisi

Asupan zinkum adalah tingkat/ jumlah zinkum yang dikonsumsi sesuai dengan angka kecukupan gizi berdasarkan usia. Pada anak usia 12-14 tahun asupan zinkum yang ideal yaitu 15 mg (laki-laki) dan 12 mg (perempuan).

2. Cara ukur

Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan menggunakan food recall 24 jam yang dilakukan setiap 7 hari sekali selama 21 hari (dilakukan tiga kali pengambilan data) dan dilakukan dengan wawancara terbuka.

3. Alat Ukur

Alat ukur konsumsi zinkum harian adalah Formulir food recall 24 Jam dan program pengelolah data Nutri Survey.

4. Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran asupan zinkum dibuat berdasarkan Widiakarya Pangan Gizi dan Nasional 2004, yakni :

Kecukupan Konsumsi

Zinkum Konsumsi Makanan

Sumber Zinkum: -Sumber -Jumlah


(29)

a. Kurang = Buruk : <80 % AKG b. Cukup/Normal = Baik : 80-110 % AKG c. Lebih = Buruk : >110% AKG 5. Skala pengukuran

Skala pengukuran asupan zinkum dinyatakan dalam skala ordinal.

3.2.2. Murid MTs Al-Washliyah Kelas VIII

Murid MTs Al-Washliyah Kelas VIII adalah seluruh murid yang masih dinyatakan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di MTs Al-Washliyah dan duduk dikelas VIII pada periode tahun ajaran 2014-2015.


(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana peneliti melakukan deskripsi (gambaran) mengenai asupan zinkum pada murid kelas VIII MTs Al-Washliyah. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian potong lintang (cross sectional). Pada pengambilan data menggunakan formulir ingatan pangan 24 jam dan dilakukan dengan cara wawancara terbuka terhadap murid.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di MTs Al-Washliyah Jl. 13 Desember No. 3 Kota Tebingtinggi

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2014.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh murid MTs Al-Washliyah Kota Tebingtinggi.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah adalah siswa Semester Ganjil Kelas VIII Tahun Ajaran 2014-2015 MTs Al-Washliyah Kota Tebingtinggi yang berjumlah 150 orang dengan 79 orang anak laki-laki dan 71 orang anak perempuan. Pada sampel ini diberlakuka n kriteria inklusi dan eksklusi, yakni:


(31)

1. Kriteria Inklusi

a. Anak hadir saat pengambilan data dan bersedia menjadi responden penelitian.

2. Kriteria Eksklusi

a. Anak yang sedang menjalani puasa dan diet.

Pada pengambilan sampel ini digunakan prosedur Sampel Berpeluang

(Pobability Sampling) dengan jenis Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling). Sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

n = jumlah sampel

N= jumlah populasi d = galat pendugaan

Gambar 4.1. Rumus sampel Slovin

Sehingga dari rumus tersebut jika galat pendugaan adalah 5% didapatkan besar sampel adalah :

n = 150 1 + 150 (0,05²) = 109,09

≈ 110 anak

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan orangtua, dan jumlah makanan sumber zinkum yang diperoleh melalui pengisian formulir ingatan pangan dan formulir identitas murid.

n = N 1+ N(d²)


(32)

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini meliputi jumlah murid kelas VIII dan jenis kelamin murid kelas VIII yang didapati melalui kantor tata usaha MTs Al-washliyah kota Tebingtinggi.

4.4. Metode Analisa Data

Analisis data terlebih dahulu menggunakan program Nutri Survey untuk mengetahui jumlah (angka) asupan rata-rata zinkum dan analisis statistik dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Science). Data terlebih dahulu dicoding dan dientry, dikelola dengan menggunakan menu

analyze, descriptive statistics, dan distribusi frequencies.


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada murid kelas VIII yang berjumlah 110 orang MTs Al-Washliyah Perguruan Al-Jam’iyatul Washliyah Tebingtinggi yang beralamatkan Jl. 13 Desember No. 3 Kelurahan Rambung Kota Tebingtinggi. MTs Al-Washliyah berdiri diatas lahan seluas 2.535 m² dan didirikan sejak tahun 1965.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, dan suku. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diperoleh jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak 46 orang (41,8%) atau dan jenis kelamin perempuan sebanyak 64 orang (58,2%). Berdasarkan frekuensi umur responden, didapati persentase tertinggi pada umur 13 tahun sebanyak 66 orang (60% ). Umur terbanyak kedua adalah 12 tahun sebanyak 22 orang (20%).

Pada distribusi responden berdasarkan suku, didapati enam kelompok suku yaitu Jawa, Batak, Melayu, Banjar, Minang, dan Sunda. Suku Jawa merupakan suku terbanyak, yaitu sebayak 70 orang 63,6%. Berikut dijelaskan dalam tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden

Variabel Jumlah (orang) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 46 41,8

Perempuan 64 58,2


(34)

Umur

12 tahun 22 20,0

13 tahun 66 60,0

14 tahun 21 19,1

15 tahun 1 0,9

Total 110 100

Suku

Jawa 70 63,6

Batak 27 24,5

Melayu 5 4,5

Minang 5 4,5

Banjar 2 1,8

Sunda 1 0,9

Total 110 100

5.1.3. Makanan Sumber Zinkum

Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa makanan sumber zinkum tertinggi yang dikonsumsi oleh responden adalah nasi putih, sebanyak 55 orang (50%). Kemudian diikuti oleh daging ayam sebanyak 26 orang (23,6%), dan sumber makanan lainnya.

Tabel 5.2. Distribusi Makanan Sumber Zinkum yang Dikonsumsi Responden Makanan Sumber Zinkum Jumlah (orang) Persentase (%)

Bakso (mie) 9 8,2

daging ayam 26 23,6

Daging sapi 1 0.9

Ikan/Sumber laut 6 5,5

Kacang 2 1,8

Mie instan 1 0,9


(35)

Susu 7 6,4

Telur 1 0,9

Tempe 2 1,8

Total 110 100

5.1.4. Gambaran Asupan Zinkum

Setelah dilakukan perhitungan konsumsi zinkum terhadap didapati asupan tertinggi zinkum yang didapati pada responden adalah 16,60 mg/ hari pada anak perempuan, sementara asupan terendah adalah 3,40 mg/ hari pada anak perempuan. Hasil dari perhitungan asupan zinkum pada responden menunjukkan bahwa sebanyak 79 orang (71,8%) asupannya adalah kurang. Jika dibagi berdasarkan jenis kelamin maka anak laki-laki yang asupannya kurang adalah sebanyak 40 orang (87%). Pada anak perempuan yang asupannya kurang relatif lebih rendah yaitu sebanyak 39 orang (60,9%). Berikut dipaparkan dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Konsumsi Zinkum Jenis Kurang Cukup Lebih Total Kelamin Jumlah(%) Jumlah(%) Jumlah(%) Jumlah(%) Laki-laki 40(87) 6(13) 0(0) 46(100) Perempuan 39(60,9) 21(32,8) 4(6,3) 64(100) Total 79(71,8 ) 27(24,5) 4(3,6) 110(100)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan jenis kelamin didapati bahwa sebagian besar responden adalah anak perempuan yaitu sebanyak 64 orang (58,2%) dan anak laki-laki sebanyak 46 orang (41,8%). Pada pengambilan sampel ini digunakan prosedur sampel berpeluang (probability sampling) dengan jenis sampel acak sederhana


(36)

didapati perbedaan dari jumlah anak berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan usia, maka didapati rentang usia responden 12 sampai 15 tahun dan digolongkan dalam masa remaja atau adolensi, seperti pernyataan dari Tanuwidjaya (2002), masa remaja pada anak perempuan adalah usia 10 sampai 18 tahun dan pada anak laki-laki adalah usia 12-20 tahun. Diantara keseluruhan umur, umur 13 tahun adalah yang terbanyak, 66 orang (60%).

Berdasarkan kelompok suku, suku terbanyak adalah suku Jawa sebanyak 70 orang (63,6%), kemudian diikuti oleh suku Batak sebanyak 27 orang (24,5%) dan diikuti suku lainnya dalam jumlah kecil. Hal ini sesuai dengan data BPS kota Tebing Tinggi bahwa persentase penduduk suku Jawa adalah 40,15% dan suku Batak adalah 32,01% dari keseluruhan penduduk.

5.2.2. Makanan Sumber Zinkum

Pada penelitian ini didapati bahwa sebanyak 55 orang (50%), sumber utama zinkum harian mereka berasal dari konsumsi nasi putih. Sementara itu sebanyak 26 orang (23,6%) yang sumber utama zinkumnya adalah olahan daging ayam.

Nasi putih merupakan makanan pokok. Konsentrasi zinkum pada nasi putih umumnya bergantung pada varietas beras. Meski pada proses penyosohan beras pecah kulit menjadi beras giling, didapati penurunan kandungan zinkum sebesar 13,2% ( Indrasari et al, 2008), namun menurut Herman, 2009, dikatakan bahwa lembaga biji-bijan seperti beras merupakan sumber nabati yang kaya akan zinkum.

Daging ayam dan olahannya merupakan makanan yang terbanyak kedua. Hal ini disebabkan kebanyakan jajanan yang dijajakan dikantin sekolah menjual makanan olahan daging ayam, seperti bakso, sosis, maupun nugget. Beberapa makanan lainnya yang menjadi sumber zinkum juga masih tergolong makanan jajanan, seperti bakso mie, tempe goreng, dan kacang. Hanya sebanyak 7 orang (6,4%) yang sumber zinkumnya berasal dari susu.

Story M dan Stang J, 2005, dalam bukunya yang berjudul “Guideline for Adolescent Nutrition Service” menyebutkan terdapat dua faktor yang


(37)

mempengaruhi kebiasaan makan remaja yaitu lingkungan dan personal. Keluarga, sekolah dan kelompok merupakan bagian dari lingkungan, dimana dalam penelitian ini tampak memiliki pengaruh yang besar terhadap makanan yang dikonsumsi responden yaitu jajanan.

Sementara itu, sebanyak 9 orang (8,2%) yang sumber zinkumnya berasal dari ikan atau sumber laut. Dua dari sembilan responden mendapatkan asupan zinkum terbanyak dari jenis kepiting. Dalam hal ini peneliti memperkirakan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu daya beli terhadap makanan (Suci, 2011), penampilan makanan, baik rasa, warna, maupun cara penyajian (Tampubolon, 2014), dan kesukaan atau kegemaran terhadap suatu jenis makanan (Story M, Stang J, 2005).

5.2.3. Gambaran Asupan Zinkum

Asupan zinkum yang dianjurkan adalah 15 mg/ hari untuk remaja laki-laki dan 12 mg/ hari untuk remaja perempuan. Kecukupan asupan zinkum yang baik menurut WNPG 2004 adalah 80-110% dari kebutuhan harian. Pada penelitian ini didapati bahwa remaja yang memenuhi kebutuhan harian tersebut hanya sebanyak 27 orang (24,5%).

Rata-rata asupan zinkum murid kelas VIII MTs Al-Washliyah tebing tinggi adalah 9,14 mg/ hari untuk keseluruhan responden. Namun jika dilakukan pemisahan berdasarkan jenis kelamin, maka didapatkan konsumsi rata-rata anak laki-laki adalah 9,25 mg/ hari dan pada anak perempuan adalah 9,05 mg/ hari.

Terdapat sebanyak 40 orang (87%) dari total seluruh anak laki-laki yang mengalami defisiensi. Hal ini sejalan dengan penelitian Rosmalina dan Ernawati, 2010, dimana prevalensi kekurangan zinkum lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Sementara itu, meskipun tidak membutuhkan asupan sebanyak anak laki-laki, terdapat 39 orang (60,9%) dari keseluruhan anak perempuan yang mengalami kekurangan asupan zinkum.

Beberapa studi sebelumnya (Wang et al., 2005; Chairiah, 2012; Mallick et al., 2014) menyatakan bahwa remaja perempuan pada umumnya cenderung memperhatikan body image baik disadari ataupun tidak, sehingga kebanyakan


(38)

dari mereka cenderung untuk mengurangi konsumsi makanan mereka. Mungkin hal ini dapat menjelaskan kenapa banyak responden perempuan yang mengalami kekuarangan asupan zinkum dan nilai asupan zinkum terendah dari penelitian ini didapati pada responden perempuan. Story M dan Stang J, 2005, juga menyatakan bahwa mengurangi konsumsi makanan sangat sering dan banyak terjadi di remaja, terutama remaja perempuan.

Meski banyak studi yang mendukung bahwa remaja perempuan cenderung mengurangi konsumsi makanan mereka, namun pada penelitian ini didapati bahwa kelebihan asupan zinkum dialami oleh responden perempuan yaitu sebanyak 4 orang (3,4%). Asupan tertinggi zinkum pada penelitian ini adalah 16,60 mg/ hari, namun konsumsi ini hanya meningkat 25% dari asupan seharusnya, jauh dari batas atas konsumsi harian yaitu 40 mg/ hari. Menurut Gallagber, 2008, bahwa kelebihan asupan zinkum jarang terjadi, kecuali pada beberapa kondisi, seperti konsumsi suplemen zinkum.


(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Murid MTs Al-Washliyah kelas VIII yang menjadi responden penelitian mayoritas berusia 13 tahun dengan latar belakang suku Jawa dan Batak.

2. Makanan sumber zinkum tinggi yang banyak dikonsumsi responden adalah nasi putih dan makanan olahan daging ayam.

3. Dari keseluruhan responden hanya terdapat 27 orang (24,5%) yang masuk dalam kategori baik konsumsi zinkumnya (80-110%AKG). Sementara itu terdapat 4 orang (3,6%) yang kelebihan asupan zinkum dan 79 orang (71,8%) yang kekurangan asupan zinkum dan keduanya dalam kategori buruk.

4. Kebanyakan responden yang mengalami kekurangan asupan zinkum adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu 87% dari total jumlah anak laki-laki.

6.2. Saran

Adapun saran ditujukan pada siswa MTs Al-Washliyah, pihak sekolah, orangtua siswa, dan peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, yaitu:

1. Agar responden lebih memilih makanan berdasarkan nilai gizi dibandingkan rasa dan mengurangi mengkonsumsi jajanan.

2. Agar orangtua memperhatikan makanan yang dikonsumsi responden dan memperhatikan nilai gizi pada makanan yang disajikan dirumah tangga. 3. Agar sekolah mengawasi jajanan yang dijual disekolah maupun disekitarnya. 4. Agar peneliti berikutnya melakukan wawancara dengan lebih teliti dan


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, L., et al. 2009. Peran Zinkum Terhadap Pertumbuhan Anak. Available

from :

].

Akhtar, S. 2013. Zinc Status in South Asian Populations-An Update. Available from : 9 April 2014].

Chairiah, P. 2012. Hubungan Antara Body Image dengan Pola Makan Remaja Putri SMAN 38 Jakarta. Available from : November 2014].

Gallagber, M.L. 2008. The Nutrients and Their Metabolism. Dalam : Mahan, L. Kathleen, Sylvia Escott-Stump, 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy.

Saunders Elsevier, Canada : 120-124.

Hadrawi, W. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Kasar Baduta Usia 6-18 Bulan yang Mendapat Suplemen Taburia di Kabupatern Pangkep Tahun 2011. Available from :

Handayani, I. 2012. Gambaran Pola Makan Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

Available from : [Accesed 23 November 2014].

Herman, S. 2009. Review On The Problem Of Zinc Deficiency, Program Prevention And Its Prospect. Available from : http://ejournal.litbang.depkes.go.id.home.2009.Herman/index.php/MPK//artic le/download/758/1692

Indrasari, S.D., et al. 2008. Kandungan Mineral Beras Varietas Unggul Baru.

Available from :

. [Accesed 1 April 2014].

King, J.C. 2011. Zinc : An essential but elusive nutrient. Available from :

Mallick, N., et al. 2014. Eating Behavior and Body Weight Concern Among Adolescent Girls. Available from : http://dx.doi.org/10.1155/2014/257396. [Accesed 07 December 2014].


(41)

Oteiza,P.I. 2013. Zinc and the modulation of redox homeostasis. Available from :

[Accesed 04 April 2014].

Pardede, D.K.B. 2013. Peran Zink dalam Tatalaksana Pneumonia. Available from :

Prasad, A.S. 2009. Zinc : role in immunity, oxydative stress and chronic inflammation. Available from : http://AS.Prasad. Current opinion in clinical nutrition & metabolic care, 2009. Journal.Iww.com

Prasad, A.S. 2013. Discovery of Human Zinc Deficiency : Its Impact on Human

Health and Disease. Available from : . [Accesed 1 April 2014].

Rosmalina, Y., dan Fitrah E. 2010. Hubungan Status Zar gizi Mikro dengan Status Gizi pada Anak Remaja SLTP. Available from : http:// ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1352/2989

Setiawan, N. 2009. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan : Telaah Konsep dan Aplikasinya. Available from :

. [Accesed 20 April 2014].

Sastroasmoro, S. dan Sofyan I. 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto.

rumus_slovin.pdf

Sharma, A., et al., 2012. Zinc – An Indispensable Micronutrient. Available from : . [Accesed 26 Mai 2014].

Soetjiningsih dan IKG Suandi. 2002. Konsep Tumbuh dan Kembang. Dalam : Narendra, Moersintowarti B., et al,.2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Sagung Seto, Jakarta : 22-50.

Story, M. dan Stang J. 2005. Guideline for Adolescent Nutrition Service.

Available from

7 December 2014].

Suandi, IKG. 2004. Gizi pada Masa Remaja. Dalam : Soetjiningsih. 2004.

Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto, Jakarta : 23-38.

Tampubolon, J. 2014. Gambaran Perilaku Makan Remaja Putri dan Kejadian Dismenorea (Nyeri Haid) di SMA Cahaya Medan Tahun 2013. Available


(42)

from : November 2014].

Tanuwidjaya, S. 2002. Konsep Tumbuh dan Kembang. Dalam : Narendra, Moersintowarti B., et al,.2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Sagung Seto, Jakarta :1-12.

Wang, Z., et al. 2005. Influences of Ethnicity and Socioeconomic Status on the Body Dissatisfaction and Eating Behavior of Australian Children and

Adolescents. Available from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15567108. [Accesed 7 December 2014].

Waspadji, S. dan Gatut S. 2004. Cara Mudah Mengatur Makanan Sehari-hari Seimbang dan Sesuai Kebutuhan Gizi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.


(43)

Nama : Kiki Juliani

Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/ 13 Juli 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ikhlas No. 4, Kel. D. Sundoro, Tebing Tinggi Riwayat Pendidikan : SD Negeri 167645 Tebing Tinggi (1998-2004)

SMP Negeri 1 Tebing Tinggi (2004-2007) SMA Negeri 3 Tebing Tinggi (2007-2010) Riwayat Pelatihan : Pendidikan dan Pelatihan Dasar Relawan Riwayat Organisasi : PHBI Fk USU

LAMPIRAN 1


(44)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalammualaikum Wr Wb Dengan Hormat,

Saya Kiki Juliani, mahasiswa program pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya hendak melaksakan penelitian yang berjudul “Gambaran Asupan Zinkum pada Murid Kelas VIII MTs Al-Washliyah Kota Tebing Tinggi Tahun 2014”. Saya mengikutsertakan adik dalam penelitian ini untuk melihat gambaran asupan zinkum adik, selaku murid kelas VIII MTs Al-Washliyah.

Zinkum merupakan Zinkum merupakan elemen kelumit (trace element) esensial yang berperan dalam fungsi lebih dari 300 enzim dan protein tubuh manusia. Zinkum juga berperan dalam metabolisme vitamin A, yang dimulai dari absorpsi, transport, dan penggunaannya oleh jaringan. Di Indonesia, data defisiensi zinkum masih terbatas. Sejauh ini belum ada penelitian zinkum dalam skala besar (Herman, 2009).

Menurut hasil penelitian Rosmalina et al., (2010) pada anak remaja SLTP kelas VII dan VIII di Bogor didapati bahwa persentase anak dengan status zinkum rendah (<70μg/dl) sebesar 41,4%, dengan konsumsi zinkum dari makanan hanya berkisar 29-30% AKG.

Sementara itu, masa adolensi atau masa remaja (wanita : 10-18 tahun, laki-laki : 12-20 tahun), masa ini merupakan transisi dai anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt. Juga pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder (Tanuwidjaya, 2002). Pada masa pacu pertumbuhan ini diperlukan dua kali lipat lebih banyak mineral kalsium, besi, zinkum, dan magnesium. Zinkum sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan di masa ini, yang dipenuhi melalui diet.


(45)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asupan zinkum pada murid kelas VIII di MTs Al-Washliyah kota Tebing Tinggi Tahun 2014. Sementara manfaat penelitian ini, saya mengharapkan penelitian ini kelak berguna bagi instansi kesehatan Kota Tebing Tinggi dan dapat menjadi sumber data ataupun informasi mengenai asupan zinkum remaja Kota Tebing Tinggi.

Saya akan melakukan wawancara terstruktur kepada adik, mencakup : 1. Data identitas seperti nama, umur, tempat/tanggal lahir, pekerjaan kedua

orangtua, suku, dan alamat tempat tinggal.

2. Nama makanan dan ukuran penyajian berdasarkan ukuran rumah tangga (1 sendok makan, 1 piring, 1 gelas) dalam 24 jam terakhir.

Petugas wawancara adalah saya sendiri dan akan dilakukan selama ±15 menit. Wawancara ini akan saya lakukan sebanyak tiga kali dalam rentang waktu tujuh hari sekali.

Partisipasi adik dalam penelitian ini bersifat sukarela. Setiap data yang didapatkan dalam penelitian ini bersifat rahasia. Untuk penjelasan yang lebih lengkap, adik atau orangtua/wali dapat menghubungi saya :

Nama : Kiki Juliani

Alamat : - Jl. Ikhlas No. 4 Kel. D. Sundoro Tebing Tinggi

- Jl. Jamin Ginting, Gg. Sarmin No. 2, Kec. Medan Baru, Medan.

Hp/Telp. : 085262702943

Terima kasih saya ucapkan kepada adik yang bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah memahami perihal penelitian ini, diharapkan adik mengisi lembar yang telah dipersiapkan.

Medan,...2014

Peneliti


(46)

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian : GAMBARAN ASUPAN ZINKUM PADA MURID KELAS VIII MTS AL-WASHLIYAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2014.

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)/

INFORM CONCENT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bahwa :

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi :

a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.

b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun.

Tebingtinggi,...2014 Yang membuat pernyataan


(47)

Petujunjuk : Tanda )* coret yang tidak perlu.

LAMPIRAN 4

FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN

GAMBARAN ASUPAN ZINKUM PADA MURID KELAS VIII MTS AL-WASHLIYAH KOTA TEBING TINGGI 2014

Nama : ... Umur : ... Tempat, Tanggal lahir : ... Suku : ... Nama Orangtua :

Ayah : ... Ibu : ... Pekerjaan Orangtua

Ayah : a. (PNS/TNI/POLRI)* d. Wiraswasta b. Pegawai BUMN e. (Petani/Buruh)*

c. Karyawan Swasta f. Lainnya:... Ibu : a. (PNS/TNI/POLRI)* d. Wiraswasta

b. Pegawai BUMN e. (Petani/Buruh)*

c. Karyawan Swasta f. Lainnya:... Alamat : ... Telepon/Hp : ...


(48)

Waktu Makan LAMPIRAN 5

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

GAMBARAN ASUPAN ZINKUM PADA MURID KELAS VIII MTS AL-WASHLIYAH KOTA TEBING TINGGI 2014

Nama / Kelas : Tanggal :

Hari ke :

Menu Makanan

Banyaknya

URT *Berat

(gram) Pagi/Jam:


(49)

Siang/Jam:

Selingan Siang/Jam:

Malam/Jam:

Selingan Malam/Jam:

Total Konsumsi Zinkum =

Rata-Rata Konsumsi Zinkum per Hari = Total Konsumsi Zinkum = 3 hari


(50)

LAMPIRAN 6

NILAI PENUKARAN UKURAN RUMAH TANGGA KE GRAM

1 Piring Nasi/ ¾ Gelas : 100 gram 1 potong ikan sedang : 40 gram 1 potong ikan asin kecil : 15 gram 1 sdm teri kering : 20 gram 1 potong ayam sedang : 50 gram 1 buah hati ayam sedang : 30 gram 1 butir telur ayam sedang : 55 gram 1 ptg daging sapi sedang : 35 gram 2 potong tempe sedang : 50 gram 1 buah tahu besar : 110 gram

1 sdm gula : 13 gram

1 sdm garam : 13 gram

4 sdm susu skim : 20 gram 2/3 gelas yogurt : 120 gram

1 gelas besar : 200 gram

1 gelas kecil : 100 gram

1 mangkuk : 100 gram

5 buah krekers besar : 50 gram 3 potong sedang roti : 70 gram


(51)

Statistics

LAMPIRAN 7

MASTER DATA

Rata-Rata ZN Umur Jenis Kelamin Makanan

Tinggi Zn

Suku Kecukupan

ZN

N Valid 110 110 110 110 110 110

Missing 0 0 0 0 0 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

laki-laki 46 41,8 41,8 41,8

Perempuan 64 58,2 58,2 100,0

Total 110 100,0 100,0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

12 22 20,0 20,0 20,0

13 66 60,0 60,0 80,0

14 21 19,1 19,1 99,1

15 1 ,9 ,9 100,0

Total 110 100,0 100,0

Pekerjaan Ortu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

PNS 6 5,5 5,5 5,5

Karyawan swasta 24 21,8 21,8 27,3

Wiraswasta 59 53,6 53,6 80,9

Petani 14 12,7 12,7 93,6

Pegawai BUMN 2 1,8 1,8 95,5


(52)

Agt. DPR 1 ,9 ,9 100,0

Total 110 100,0 100,0

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Jawa 70 63,6 63,6 63,6

Batak 27 24,5 24,5 88,2

Melayu 5 4,5 4,5 92,7

Banjar 2 1,8 1,8 94,5

Minang 5 4,5 4,5 99,1

Sunda 1 ,9 ,9 100,0

Total 110 100,0 100,0

Makanan Tinggi Zn

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

nasi putih 55 50,0 50,0 50,0

daging ayam 26 23,6 23,6 73,6

susu 7 6,4 6,4 80,0

mie instant 1 ,9 ,9 80,9

ikan/seafood 6 5,5 5,5 86,4

bakso(mie) 9 8,2 8,2 94,5

tempe 2 1,8 1,8 96,4

telur 1 ,9 ,9 97,3

kacang 2 1,8 1,8 99,1

daging sapi 1 ,9 ,9 100,0

Total 110 100,0 100,0

Rata-Rata ZN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(53)

4,60 1 ,9 ,9 1,8

4,70 1 ,9 ,9 2,7

4,90 1 ,9 ,9 3,6

5,00 1 ,9 ,9 4,5

5,40 1 ,9 ,9 5,5

5,80 4 3,6 3,6 9,1

5,90 1 ,9 ,9 10,0

6,00 1 ,9 ,9 10,9

6,10 2 1,8 1,8 12,7

6,40 1 ,9 ,9 13,6

6,60 1 ,9 ,9 14,5

6,80 2 1,8 1,8 16,4

6,90 3 2,7 2,7 19,1

7,00 1 ,9 ,9 20,0

7,10 3 2,7 2,7 22,7

7,20 5 4,5 4,5 27,3

7,30 3 2,7 2,7 30,0

7,40 2 1,8 1,8 31,8

7,50 1 ,9 ,9 32,7

7,60 1 ,9 ,9 33,6

7,70 2 1,8 1,8 35,5

7,80 2 1,8 1,8 37,3

7,90 2 1,8 1,8 39,1

8,00 1 ,9 ,9 40,0

8,20 2 1,8 1,8 41,8

8,40 5 4,5 4,5 46,4

8,80 5 4,5 4,5 50,9

8,90 1 ,9 ,9 51,8

9,00 3 2,7 2,7 54,5

9,10 2 1,8 1,8 56,4

9,20 1 ,9 ,9 57,3

9,40 1 ,9 ,9 58,2

9,50 2 1,8 1,8 60,0

9,60 2 1,8 1,8 61,8


(54)

10,20 4 3,6 3,6 68,2

10,30 2 1,8 1,8 70,0

10,40 3 2,7 2,7 72,7

10,60 1 ,9 ,9 73,6

10,90 3 2,7 2,7 76,4

11,00 1 ,9 ,9 77,3

11,10 1 ,9 ,9 78,2

11,20 1 ,9 ,9 79,1

11,30 1 ,9 ,9 80,0

11,40 1 ,9 ,9 80,9

11,50 1 ,9 ,9 81,8

11,70 2 1,8 1,8 83,6

11,80 2 1,8 1,8 85,5

11,90 1 ,9 ,9 86,4

12,10 1 ,9 ,9 87,3

12,20 1 ,9 ,9 88,2

12,30 1 ,9 ,9 89,1

12,90 2 1,8 1,8 90,9

13,00 1 ,9 ,9 91,8

13,30 2 1,8 1,8 93,6

13,80 1 ,9 ,9 94,5

13,90 1 ,9 ,9 95,5

14,50 1 ,9 ,9 96,4

15,10 1 ,9 ,9 97,3

15,40 1 ,9 ,9 98,2

16,20 1 ,9 ,9 99,1

16,60 1 ,9 ,9 100,0

Total 110 100,0 100,0

Kecukupan ZN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Cukup 27 24,5 24,5 24,5

Kurang 79 71,8 71,8 96,4


(55)

Total 110 100,0 100,0

Statistics

Rata-Rata ZN

N Valid 110

Missing 0

Mean 9,1427

Median 8,8000

Mode 7,20a

Std. Deviation 2,65148

Variance 7,030

Range 13,20

Minimum 3,40

Maximum 16,60

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Kecukupan Zn Anak Laki-Laki

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Cukup 6 13,0 13,0 13,0

Kurang 40 87,0 87,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Kecukupan Zn Anak Perempuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Cukup 21 32,8 32,8 32,8

Kurang 39 60,9 60,9 93,8

Lebih 4 6,3 6,3 100,0


(56)

Statistics

Rata-rata Zn Anak laki-laki N

Valid 46

Missing 0

Mean 9,2565

Median 8,9000

Mode 7,20a

Std. Deviation 2,60723

Range 11,50

Minimum 4,70

Maximum 16,20

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Statistics

Rata-rata Zn Anak Perempuan N

Valid 64

Missing 0

Mean 9,0547

Median 8,8000

Mode 5,80a

Std. Deviation 2,70590

Range 13,20

Minimum 3,40

Maximum 16,60

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


(57)

Responden Jenis

Kelamin Umur Suku

Rata-Rata

Zn Makanan Tinggi Zn

R1 Laki-Laki 14 Jawa 7.2 Nasi Putih

R2 Perempuan 12 Batak 15.4 Susu

R3 Laki-Laki 13 Jawa 9.7 Nasi Putih

R4 Perempuan 13 Jawa 8.2 Nasi Putih

R5 Perempuan 13 Banjar 10.2 Daging Ayam

R6 Laki-Laki 13 Batak 9.0 Susu

R7 Laki-Laki 13 Batak 7.6 Nasi Putih

R8 Perempuan 12 Jawa 10.2 Daging Ayam

R9 Perempuan 12 Jawa 6.9 Nasi Putih

R10 Laki-Laki 12 Jawa 7.1 Daging Ayam

R11 Perempuan 12 Jawa 7.2 Nasi Putih

R12 Perempuan 13 Batak 11.0 Mie instan

R13 Perempuan 13 Jawa 10.9 Ikan/ Seafood

R14 Perempuan 13 Jawa 7.1 Daging Ayam

R15 Laki-Laki 12 Batak 6.9 Nasi Putih

R16 Laki-Laki 12 Batak 6.4 Nasi Putih

R17 Laki-Laki 14 Jawa 5.0 Nasi Putih

R18 Laki-Laki 12 Jawa 7.2 Nasi Putih

R19 Laki-Laki 12 Jawa 10.9 Nasi Putih

R20 Laki-Laki 12 Jawa 7.4 Nasi Putih

R21 Laki-Laki 13 Jawa 10.4 Nasi Putih

R22 Laki-Laki 13 Sunda 7.0 Nasi Putih

R23 Laki-Laki 13 Jawa 10.4 Nasi Putih

R24 Laki-Laki 13 Batak 8.4 Nasi Putih

R25 Laki-Laki 12 Jawa 7.7 Nasi Putih

R26 Perempuan 12 Jawa 11.8 Susu

R27 Laki-Laki 12 Batak 6.8 Nasi Putih

R28 Perempuan 13 Jawa 8.9 Nasi Putih

R29 Laki-Laki 13 Batak 10.2 Nasi Putih

R30 Perempuan 13 Batak 10.2 Ikan/Seafood

R31 Perempuan 14 Melayu 8.4 Daging Ayam

R32 Perempuan 13 Jawa 9.5 Susu

R33 Perempuan 13 Jawa 4.6 Nasi Putih

R34 Perempuan 13 Jawa 9.0 Daging Ayam

R35 Laki-laki 13 Batak 6.1 Nasi Putih

R36 Perempuan 12 Batak 9.0 Nasi Putih

R37 Perempuan 13 Minang 5.4 Susu

R38 Laki-laki 14 Jawa 11.9 Bakso (mie)


(58)

R40 Perempuan 15 Jawa 5.8 Susu

R41 Laki-laki 14 jawa 12.1 Daging ayam

R42 Laki-laki 12 melayu 10.6 Daging ayam

R43 Perempuan 13 Jawa 7.1 Nasi Putih

R44 Perempuan 13 Jawa 7.4 Tempe Goreng

R45 Perempuan 13 Jawa 8.8 Daging ayam

R46 Perempuan 12 Batak 12.2 Bakso (mie)

R47 Perempuan 13 Minang 6.6 Nasi Putih

R48 Perempuan 13 Jawa 5.9 Ikan/ Seafood

R49 Perempuan 13 Batak 9.2 Nasi Putih

R50 Perempuan 13 Jawa 9.7 Daging ayam

R51 Laki-laki 14 jawa 10.9 Daging ayam

R52 Perempuan 13 Melayu 8.8 Nasi Putih

R53 Perempuan 13 Jawa 6.0 Nasi Putih

R54 Laki-Laki 13 Batak 13.9 Daging ayam

R55 Laki-Laki 13 Jawa 11.7 Daging ayam

R56 Perempuan 13 Batak 7.9 Daging ayam

R57 Perempuan 13 Batak 10.3 Daging Sapi

R58 Laki-Laki 13 Jawa 9.5 Daging ayam

R59 Perempuan 14 Jawa 13.0 Bakso (mie)

R60 Perempuan 13 Batak 10.3 Nasi Goreng

R61 Perempuan 13 Jawa 9.4 Nasi Putih

R62 Perempuan 13 Jawa 11.1 Nasi Putih

R63 Laki-Laki 14 Batak 14.5 Daging ayam

R64 Laki-Laki 13 Melayu 11.8 Bakso (mie)

R65 Laki-Laki 14 Jawa 7.7 Ikan/ Seafood

R66 Laki-Laki 13 Jawa 7.3 Nasi Putih

R67 Laki-Laki 14 Jawa 8.8 Bakso (mie)

R68 Perempuan 13 Batak 8.0 Nasi Putih

R69 Perempuan 13 Jawa 16.6 Bakso (mie)

R70 Perempuan 13 Minang 13.8 Nasi Putih

R71 Laki-Laki 13 Jawa 7.3 Nasi Putih

R72 Laki-Laki 13 Jawa 4.7 Nasi Putih

R73 Perempuan 14 Jawa 9.6 Susu

R74 Perempuan 14 Jawa 12.3 Daging ayam

R75 Perempuan 13 Jawa 12.9 Kacang

R76 Laki-Laki 12 Jawa 10.4 Daging ayam

R77 Perempuan 14 Banjar 12.9 Daging ayam

R78 Laki-Laki 13 Jawa 9.6 Nasi Putih

R79 Perempuan 14 Jawa 13.3 Bakso (mie)


(59)

R81 Laki-laki 14 Batak 9.1 Nasi putih

R82 Perempuan 13 Minang 11.4 Bakso

R83 Perempuan 14 Jawa 8.8 Daging ayam

R84 Perempuan 13 Jawa 8.4 Telur

R85 Laki-laki 13 Jawa 9.1 Nasi putih

R86 Laki-laki 13 Jawa 15.1 Daging ayam

R87 Laki-laki 13 Jawa 9.7 Nasi putih

R88 Perempuan 12 Jawa 5.8 Nasi putih

R89 Laki-laki 14 Jawa 16.2 Tempe

R90 Perempuan 13 Jawa 8.4 Ikan/ Seafood

R91 Laki-laki 13 Jawa 8.8 Daging ayam

R92 Laki-laki 13 Minang 13.3 Daging ayam

R93 Perempuan 13 Batak 11.5 Daging ayam

R94 Perempuan 13 Melayu 8.4 Ikan/ Seafood

R95 Perempuan 13 Jawa 6.9 Nasi putih

R96 Laki-laki 14 Jawa 7.8 Nasi putih

R97 Perempuan 14 Jawa 6.1 Nasi putih

R98 Perempuan 13 Jawa 11.3 Daging ayam

R99 Perempuan 12 Batak 7.3 Nasi putih

R100 Perempuan 13 Batak 3.4 Nasi putih

R101 Perempuan 13 Jawa 7.8 Nasi putih

R102 Perempuan 13 Jawa 7.2 Nasi putih

R103 Perempuan 12 Batak 11.2 Nasi putih

R104 Perempuan 13 Jawa 6.8 Nasi putih

R105 Laki-laki 13 Jawa 7.2 Nasi putih

R106 Perempuan 12 Jawa 11.7 Nasi putih

R107 Perempuan 13 Jawa 5.8 Daging ayam

R108 Perempuan 14 Jawa 5.8 Nasi putih

R109 Perempuan 13 Batak 4.9 Kacang


(60)

(61)

(1)

Statistics

Rata-rata Zn Anak laki-laki N

Valid 46

Missing 0

Mean 9,2565

Median 8,9000

Mode 7,20a

Std. Deviation 2,60723

Range 11,50

Minimum 4,70

Maximum 16,20

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Statistics

Rata-rata Zn Anak Perempuan N

Valid 64

Missing 0

Mean 9,0547

Median 8,8000

Mode 5,80a

Std. Deviation 2,70590

Range 13,20

Minimum 3,40

Maximum 16,60

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


(2)

Responden Jenis

Kelamin Umur Suku

Rata-Rata

Zn Makanan Tinggi Zn

R1 Laki-Laki 14 Jawa 7.2 Nasi Putih

R2 Perempuan 12 Batak 15.4 Susu

R3 Laki-Laki 13 Jawa 9.7 Nasi Putih

R4 Perempuan 13 Jawa 8.2 Nasi Putih

R5 Perempuan 13 Banjar 10.2 Daging Ayam

R6 Laki-Laki 13 Batak 9.0 Susu

R7 Laki-Laki 13 Batak 7.6 Nasi Putih

R8 Perempuan 12 Jawa 10.2 Daging Ayam

R9 Perempuan 12 Jawa 6.9 Nasi Putih

R10 Laki-Laki 12 Jawa 7.1 Daging Ayam

R11 Perempuan 12 Jawa 7.2 Nasi Putih

R12 Perempuan 13 Batak 11.0 Mie instan

R13 Perempuan 13 Jawa 10.9 Ikan/ Seafood

R14 Perempuan 13 Jawa 7.1 Daging Ayam

R15 Laki-Laki 12 Batak 6.9 Nasi Putih

R16 Laki-Laki 12 Batak 6.4 Nasi Putih

R17 Laki-Laki 14 Jawa 5.0 Nasi Putih

R18 Laki-Laki 12 Jawa 7.2 Nasi Putih

R19 Laki-Laki 12 Jawa 10.9 Nasi Putih

R20 Laki-Laki 12 Jawa 7.4 Nasi Putih

R21 Laki-Laki 13 Jawa 10.4 Nasi Putih

R22 Laki-Laki 13 Sunda 7.0 Nasi Putih

R23 Laki-Laki 13 Jawa 10.4 Nasi Putih

R24 Laki-Laki 13 Batak 8.4 Nasi Putih

R25 Laki-Laki 12 Jawa 7.7 Nasi Putih

R26 Perempuan 12 Jawa 11.8 Susu

R27 Laki-Laki 12 Batak 6.8 Nasi Putih

R28 Perempuan 13 Jawa 8.9 Nasi Putih

R29 Laki-Laki 13 Batak 10.2 Nasi Putih

R30 Perempuan 13 Batak 10.2 Ikan/Seafood

R31 Perempuan 14 Melayu 8.4 Daging Ayam

R32 Perempuan 13 Jawa 9.5 Susu

R33 Perempuan 13 Jawa 4.6 Nasi Putih

R34 Perempuan 13 Jawa 9.0 Daging Ayam

R35 Laki-laki 13 Batak 6.1 Nasi Putih

R36 Perempuan 12 Batak 9.0 Nasi Putih

R37 Perempuan 13 Minang 5.4 Susu

R38 Laki-laki 14 Jawa 11.9 Bakso (mie)


(3)

R40 Perempuan 15 Jawa 5.8 Susu

R41 Laki-laki 14 jawa 12.1 Daging ayam

R42 Laki-laki 12 melayu 10.6 Daging ayam

R43 Perempuan 13 Jawa 7.1 Nasi Putih

R44 Perempuan 13 Jawa 7.4 Tempe Goreng

R45 Perempuan 13 Jawa 8.8 Daging ayam

R46 Perempuan 12 Batak 12.2 Bakso (mie)

R47 Perempuan 13 Minang 6.6 Nasi Putih

R48 Perempuan 13 Jawa 5.9 Ikan/ Seafood

R49 Perempuan 13 Batak 9.2 Nasi Putih

R50 Perempuan 13 Jawa 9.7 Daging ayam

R51 Laki-laki 14 jawa 10.9 Daging ayam

R52 Perempuan 13 Melayu 8.8 Nasi Putih

R53 Perempuan 13 Jawa 6.0 Nasi Putih

R54 Laki-Laki 13 Batak 13.9 Daging ayam

R55 Laki-Laki 13 Jawa 11.7 Daging ayam

R56 Perempuan 13 Batak 7.9 Daging ayam

R57 Perempuan 13 Batak 10.3 Daging Sapi

R58 Laki-Laki 13 Jawa 9.5 Daging ayam

R59 Perempuan 14 Jawa 13.0 Bakso (mie)

R60 Perempuan 13 Batak 10.3 Nasi Goreng

R61 Perempuan 13 Jawa 9.4 Nasi Putih

R62 Perempuan 13 Jawa 11.1 Nasi Putih

R63 Laki-Laki 14 Batak 14.5 Daging ayam

R64 Laki-Laki 13 Melayu 11.8 Bakso (mie)

R65 Laki-Laki 14 Jawa 7.7 Ikan/ Seafood

R66 Laki-Laki 13 Jawa 7.3 Nasi Putih

R67 Laki-Laki 14 Jawa 8.8 Bakso (mie)

R68 Perempuan 13 Batak 8.0 Nasi Putih

R69 Perempuan 13 Jawa 16.6 Bakso (mie)

R70 Perempuan 13 Minang 13.8 Nasi Putih

R71 Laki-Laki 13 Jawa 7.3 Nasi Putih

R72 Laki-Laki 13 Jawa 4.7 Nasi Putih

R73 Perempuan 14 Jawa 9.6 Susu

R74 Perempuan 14 Jawa 12.3 Daging ayam

R75 Perempuan 13 Jawa 12.9 Kacang

R76 Laki-Laki 12 Jawa 10.4 Daging ayam

R77 Perempuan 14 Banjar 12.9 Daging ayam

R78 Laki-Laki 13 Jawa 9.6 Nasi Putih

R79 Perempuan 14 Jawa 13.3 Bakso (mie)


(4)

R81 Laki-laki 14 Batak 9.1 Nasi putih

R82 Perempuan 13 Minang 11.4 Bakso

R83 Perempuan 14 Jawa 8.8 Daging ayam

R84 Perempuan 13 Jawa 8.4 Telur

R85 Laki-laki 13 Jawa 9.1 Nasi putih

R86 Laki-laki 13 Jawa 15.1 Daging ayam

R87 Laki-laki 13 Jawa 9.7 Nasi putih

R88 Perempuan 12 Jawa 5.8 Nasi putih

R89 Laki-laki 14 Jawa 16.2 Tempe

R90 Perempuan 13 Jawa 8.4 Ikan/ Seafood

R91 Laki-laki 13 Jawa 8.8 Daging ayam

R92 Laki-laki 13 Minang 13.3 Daging ayam

R93 Perempuan 13 Batak 11.5 Daging ayam

R94 Perempuan 13 Melayu 8.4 Ikan/ Seafood

R95 Perempuan 13 Jawa 6.9 Nasi putih

R96 Laki-laki 14 Jawa 7.8 Nasi putih

R97 Perempuan 14 Jawa 6.1 Nasi putih

R98 Perempuan 13 Jawa 11.3 Daging ayam

R99 Perempuan 12 Batak 7.3 Nasi putih

R100 Perempuan 13 Batak 3.4 Nasi putih

R101 Perempuan 13 Jawa 7.8 Nasi putih

R102 Perempuan 13 Jawa 7.2 Nasi putih

R103 Perempuan 12 Batak 11.2 Nasi putih

R104 Perempuan 13 Jawa 6.8 Nasi putih

R105 Laki-laki 13 Jawa 7.2 Nasi putih

R106 Perempuan 12 Jawa 11.7 Nasi putih

R107 Perempuan 13 Jawa 5.8 Daging ayam

R108 Perempuan 14 Jawa 5.8 Nasi putih

R109 Perempuan 13 Batak 4.9 Kacang


(5)

(6)