tekanan global yang mengakibatkan hilangnya kekayaan hayati dan pengetahuan lokal suku bangsa di Indonesia Rugayah et al., 2010.
Modernisasi budaya dikhawatirkan dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat yang berkembang sangat pesat.
Kecenderungan ini juga terjadi pada komunitas tradisional lainnya di Indonesia Bodeker, 2000. Salah satu contohnya adalah pengetahuan tradisional masyarakat
kampung Kuta tentang tumbuhan obat sekarang dalam kondisi terancam punah Dwiartama, 2005. Sejauh ini belum pernah dilaporkan informasi mengenai jenis-
jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan serta penggunaannya di Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, untuk itu perlu dilakukan
penelitian.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan obat apa sajakah yang terdapat di Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara ?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Pakpak di Suaka Margasatwa Siranggas, Kabupaten Pakpak Bharat,
Sumatera Utara.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut guna pengembangan dan pengetahuan tumbuhan obat di Sumatera Utara, serta dapat dijadikan sebagai
jembatan pemanfaatan pengetahuan tradisional dengan pengetahuan modern.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Hayati Indonesia
Keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan Indonesia sangat tinggi. Saat ini tercatat kurang lebih 1.260 jenis tumbuhan obat tersebar pada
berbagai tipe ekosistem hutan di Indonesia. Dari 180 jumlah jenis di antaranya telah dieksploitasi dalam jumlah besar untuk keperluan bahan baku industri obat tradisional
Suharti, 2007.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini. Sebagian besar
sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional.
Sjahid, 2008. Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang banyak sekitar 200 juta lebih yang sebagian besar masyarakatnya masih tinggal di pedesaan. Banyaknya
masyarakat yang tinggal di pedesaan terutama daerah yang sulit dijangkau terisolir menyebabkan pemerataan hasil-hasil pembangunan seperti bidang pendidikan dan
kesehatan sulit untuk dilaksanakan Sastropradjo, 1990. Di daerah-daerah terisolir pemanfaatan lingkungan terutama tumbuhan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan
seperti untuk obat-obatan tradisional sangat tinggi Sutarjadi, 1992.
2.2 Pengertian Etnobotani
Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani
taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut
lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian sumberdaya alam Darmono, 2007.
Etnobotani dapat juga diartikan sebagai kajian interaksi antara manusia, dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari pendokumentasian
pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi,
kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi Martin, 1998.
Istilah etnobotani dikemukakan pertama kalinya oleh Harshberger 1985 didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif. Secara terminologi, etnobotani adalah studi yang mempelajari hubungan antara tumbuhan dan manusia. Jadi
etnobotani adalah studi yang menganalisis hasil dari manipulasi materil tanaman asli dengan konteks budaya dalam penggunaan tanaman. Etnobotani melihat dan
mengetahui bagaimana masyarakat memandang dunia tumbuhan, memasukkan tumbuhan ke dalam budaya dan agama mereka Tamin Arbain, 1995.
2.3 Defenisi tumbuhan obat