Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

(1)

i

DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI,

KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

NOVIA PUTRI SETYA AYU I34070114

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

i

(PUAP) and Its Relation to the Capacity of Farmer Groups. Supervised by SITI AMANAH

Aims of the research were: (1) to analyse relationship between PUAP implementation with capacity of farmers groups, (2) to analyse correlation between characteristics of group with the capacity groups, (3) to analyse correlation between characteristics of personal group member characteristics with capacity of groups. The research used quantitative approach with survey method. Respondents were members of farmer groups in Gapoktan Rukun Tani, who participate in the program. The number of sample respondents were 35 farmers from 4 groups. Population of the research were members of farmer capacity groups who received PUAP. There were 187 farmers who were members of Gapoktan Rukun Tani. Sample respondents were 35 farmers from 4 groups. Respondents were chosen with disproportsional random sampling. Research result showed that were positive correlation between PUAP implementation with capacity of groups, between characteristics of group with capacity of groups. On the other hand, there were negative correlation between characteristics of personal group member with capacity of groups. Farmer groups need to increase the role in developing group member capacity.


(3)

iii

RINGKASAN

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT. Di bawah bimbingan Siti Amanah

Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian. Sebagian besar masyarakat tani berada di wilayah pedesaan. Terdapat beberapa program pemerintah untuk membantu masyarakat pedesaan. Program tersebut salah satunya adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP ditujukan untuk masyarakat tani yang tergabung dalam Gabungan kelompok tani (Gapoktan).

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apakah PUAP membantu anggota Gapoktan, (2) mengetahui hubungan Pelaksanaan Program PUAP dengan kapasitas kelompok, (3) mengetahui hubungan karakteristik kelompok dengan kapasitas kelompok, dan (4) mengetahui hubungan antara ciri-ciri individu dengan kapasitas kelompok.

Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Responden penelitian sebanyak 35 orang anggota Gapoktan yang terdiri dari empat kelompok yang merupakan penerima PUAP yang diambil secara acak disproportsional. Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program PUAP cukup berhasil dilakukan di Gapoktan Rukun Tani. Pada pelaksanaannya hanya beberapa kelompok yang memiliki usaha bersama. Mayoritas usaha yang dijalankan adalah usaha agribisnis, namun ada juga usaha non agribisnis yang diusahakan oleh anggota, sehingga yang terjadi seperti ini dapat dikatakan salah sasaran. Tujuan penelitian ini mengharapkan, bahwa pelaksanaan PUAP dapat mengelola usaha bersama-sama dengan kelompok sehingga kapasitas kelompok dapat terlihat karena adanya program PUAP. Namun tidak sedikit responden yang mengelola dana PUAP untuk melakukan usaha individu walaupun namanya tercantum di


(4)

iv

dalam kelompok. Tidak sedikit juga anggota yang mendaftar untuk menjadi anggota gapoktan setelah bantuan PUAP turun di Gapoktan.

Berdasarkan hipotesis penelitian, pelaksanaan Program PUAP berhubungan dengan kapasitas kelompok sehingga hipotesis penelitian dapat diterima. Lalu karakteristik kelompok sebagian besar berhubungan dengan kapasitas kelompok sehingga hipotesis dapat diterima. Namun ciri-ciri anggota yang terdiri atas pendidikan non formal dan kekosmopolitan tidak berhubungan dengan kapasitas kelompok sehingga hipotesis ditolak.


(5)

v

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Novia Putri Setya Ayu

NIM : I34070114

Judul : Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. SitiAmanah, M.Sc NIP.19670903 199212 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1003 Tanggal Lulus Ujian :______________


(6)

vi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2011

Novia Putri Setya Ayu NRP. I34070114


(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Novia Putri Setya Ayu dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 23 Desember 1988. Penulis merupakan anak ke-empat dari pasangan Bapak Mudjiman dan Ibu Siti Farida. Penulis memulai sekolahnya di TK Negeri Mexindo Bogor tahun 1994, SDN Malabar 1 Bogor tahun 1995, SMPN 3 Bogor tahun 2001 dan SMAN 4 Bogor pada tahun 2004. Setamat SMA pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti pelatihan dan seminar yang mendukung kegiatan akademik dan pengembangan softskill. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kegiatan non-akademik, seperti menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) periode tahun 2008-2010. Penulis juga pernah terlibat dalam kegiatan kepanitiaan baik yang diadakan departemen maupun fakultas. Penulis dipercaya sebagai anggota Divisi Humas di Kepanitiaan Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2008 sebagai anggota Divisi Humas di Kepanitiaan Olahraga ESPENT 2008 dan sebagai divisi publikasi dan dokumentasi pada kepanitiaan COHESI 2009.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, putunjuk, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)”.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain:

1. Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan dorongan, bimbingan, arahan, motivasi, dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Papa, Mama, Mas Eko, Mas Opieh, Mas Iwin, Mba Anggi, Bowo, Koko, Inggit, Tegar dan Cecen atas kasih sayang, dorongan, serta doa yang selalu dicurahkan kepada penulis. Kepada semua keluarga atas doanya.

3. Segenap keluarga Gapoktan Rukun Tani Bapak H. Misbah, Ibu Hj. Didoh, Bapak Jamil, Bapak Cecep, Teh Nia, Keluarga Bapak Adun, Bapak Dade, Ibu Eneng dan Ibu Hj. Masripah.

4. Aparat Desa Citapen atas segala informasi yang diberikan baik lisan maupun tertulis.

5. BP4K Kabupaten Bogor dan BP3K Wilayah Ciawi yang telah memberikan informasi kepada penulis.

6. Beasiswa BUMN.

7. Arkaniyati, teman satu bimbingan yang selalu memberikan motivasi, informasi dan saran-saran terbaik kepada penulis.

8. Sahabat terbaik Dinda dan Karina yang selalu bersedia memberi bantuan serta dukungan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat, Nisa, Alyn, Dimit, Laras, Oci, Ica, Wawa, Nesia, Adi, Om Hendra dan Imar yang selalu memberi support kepada penulis.


(9)

ix

10. Rekan bisnis di deuisgeulis Ma, Wina dan Cicit atas dukungannya kepada penulis.

11. Teman-teman KPM 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 12. Gusti Alit Nirmalasakti atas doa dan dukungannya kepada penulis.

13. Staf Dokis, Ibu Neny dan Staf Perpustakaan LSI yang telah banyak membantu penulis dalam mencari pustaka skripsi.

14. Staf Sekretariat KPM, Mba Dini, Mba Maria, Mba Icha dan Ibu Susi, terimakasih atas informasi akademik selama perkuliahan, kolokium, sidang, hingga selesai masa kelulusan.

15. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga kesuksesan saya dapat membawa kebanggaan dan bermanfaat bagi semua keluarga, sahabat, teman-teman, bangsa, dan negara. Amin.


(10)

x

Hal

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL ……… xii

DAFTAR GAMBAR……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………..………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ………. 3

1.4 Kegunaan Penelitian ………... 3

2 PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ………... 4

2.1.1 Program PUAP ………... 4

2.1.2 Konsep Kapasitas ………... 5

2.1.3 Konsep Kelompok………... 6

2.1.3.1 Kelompok Tani………... 7

2.2 Kerangka Berfikir………... 7

2.3 Hipotesis Penelitian………... 9

2.4 Definisi Operasional ………. 9

3 PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 17

3.2 Teknik Pengumpulan Data……… 17

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……….. 18

3.4 Uji Korelasi Rank Spearman………. 19

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen………. 20

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen……… 24

4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif……… 24

4.1.2 Kondisi Penduduk………. 24

4.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Rukun Tani…………... 26

5 KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK 5.1 Karakteristik Responden………... 30

5.1.1 Jenis Kelamin……… 30

5.1.2 Usia………... 30

5.1.3 Tingkat Pendidikan………... 31

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga………... 32

5.1.5 Lamanya Keanggotaan……….. 33

5.2 Deskripsi Karakteristik dan Kapasitas Kelompok……… 33


(11)

xi

6 PELAKSANAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PERDESAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI

6.1 Hubungan Pelaksanaan Program PUAP dengan Kapasitas

Kelompok……….……… 40

6.2 Hubungan Karakteristik Kelompok dengan Kapasitas Kelompok……….……… 45

6.3 Hubungan Ciri-ciri Anggota dengan Kapasitas Kelompok………... 51

7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan………... 54

7.2 Saran……….…... 55

DAFTAR PUSTAKA………. 56


(12)

xii

Nomor Hal

Tabel 1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,

Tahun 2011……….……….. 18

Tabel 2 Sebaran Penduduk Desa Citapen Menurut Tingkat

Pendidikan, Tahun 2010………...……… 25

Tabel 3 Sebaran Penduduk Desa Citapen Menurut Jenis Mata

Pencaharian, Tahun 2010………. 26

Tabel 4 Sebaran Data Kelompok Tani pada Gapoktan Rukun Tani,

Tahun 2010………...……… 29

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin, Tahun 2011………... 30

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Umur,

Tahun 2011……….……….…. 31

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan, Tahun 2011………... 31

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah

Tanggungan Keluarga, Tahun2011……….. 32

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lamanya

Keanggotaan, Tahun2011………. 33

Tabel 10 Persentase Tanggapan Responden mengenai Karakteristik

Kelompok……….……… 35

Tabel 11 Persentase Tanggapan Responden mengenai Kapasitas

Kelompok……….……… 37

Tabel 12 Persentase Tanggapan Responden mengenai Pelaksanaan

PUAP………..……….. 39

Tabel 13 Persentase Responden menurut Pelaksanaan Program PUAP dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen I, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011……… 40 Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Pelaksanaan PUAP

dengan Kapasitas Kelompok……… 43

Tabel 15 Persentase Responden menurut Ciri-ciri Anggota dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011…...……….. 46 Tabel 16 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik

Kelompok dengan Kapasitas

Kelompok……… 49

Tabel 17 Persentase Responden menurut Ciri-ciri Anggota dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011………. 51 Tabel 18 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Ciri-ciri Anggota


(13)

xiii

Nomor Hal


(14)

xiv

Nomor Hal

Lampiran 1 Denah Lokasi Penelitian………... 57 Lampiran 2 Hasil Uji Validitas………... 58

Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas………... 61

Lampiran 4 Gambar Susunan Organisasi Gabungan Kelompok Tani

Rukun Tani………...……….. 66

Lampiran 5 Hasil UjiKorelasi Rank Spearman……… 67


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan potensi sumberdaya alam serta didukung dengan kondisi iklim yang baik untuk mengembangkan potensi sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010), diketahui sebanyak 41,18 persen masyarakat Indonesia bergerak dalam bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian memiliki pengaruh yang besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia dan juga menopang perekonomian bangsa Indonesia (BPS, 2010).

Pada umumnya pekerjaan di bidang pertanian berada di wilayah pedesaan. Potensi Desa tahun 2008 menunjukkan sebanyak 66.515 desa di Indonesia sebagian besar penduduknya memiliki sumber penghasilan utama di bidang pertanian dari jumlah total desa sebanyak 75.410 (BPS, 2008). Badan Pusat Statistik juga melaporkan sebanyak 4503 desa di Jawa Barat sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa sektor pertanian memiliki peran penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Petani kecil masih berkutat dengan kemiskinan. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 menggulirkan suatu program bantuan permodalan bagi petani di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program tersebut adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang dicanangkan


(16)

oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja di perdesaan.

Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumahtangga tani. Terdapat beberapa desa di Kabupaten Bogor yang menerima PUAP. Salah satu desa penerima program tersebut adalah Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Citapen memiliki satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang bernama Rukun Tani. Gapoktan tersebut merupakan salah satu Gapoktan penerima PUAP dan sebagai Gapoktan yang pernah meraih juara 2 di Provinsi Jawa Barat pada salah satu kegiatan PUAP, oleh karena itu dipilih desa Citapen sebagai lokasi penelitian. Adanya PUAP diharapkan dapat terjadi perubahan yang lebih produktif bagi petani maupun kelompoknya. Atas dasar itulah, penelitian ini berupaya menganalisis hubungan antara Program PUAP dengan kapasitas kelompok tani.

1.2 Perumusan Masalah

Petani di Desa Citapen mayoritas adalah petani padi dan sayuran. Sebagian besar petani di desa tersebut merupakan anggota kelompok tani, walaupun ada yang sebagian memilih untuk tidak bergabung. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota (Pedoman Umum PUAP, 2011). Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan penerima PUAP. Program PUAP di Desa Citapen ditujukan untuk membantu kelompok tani dengan memberikan pinjaman berupa modal usaha.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan umum yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah Apakah Program PUAP dapat membantu anggota Gapoktan. Pertanyaan umum tersebut dibagi ke dalam sub pertanyaan yang diantaranya adalah:

1. Bagaimana hubungan Pelaksanaan Program PUAP dengan kapasitas kelompok?


(17)

2. Bagaimana karakteristik kelompok berhubungan dengan kapasitas kelompok?

3. Bagaimana ciri-ciri individu petani berhubungan dengan kapasitas kelompok?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah PUAP membantu meningkatkan kapasitas anggota Gapoktan. Dari tujuan umum tersebut dapat dirumuskan tujuan-tujuan khusus penelitian ini, diantaranya:

1. Mengetahui hubungan pelaksanaan Program PUAP dengan kapasitas kelompok

2. Mengetahui hubungan karakteristik kelompok dengan kapasitas kelompok 3. Mengetahui hubungan antara ciri-ciri individu dengan kapasitas kelompok

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui pelaksanaan PUAP dilaksanakan dengan melibatkan Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Bagi penulis, tulisan ini berguna sebagai sarana untuk mempertajam kemampuan menganalisis permasalahan sosial yang ada di kehidupan nyata sesuai dengan materi yang telah didapatkan diperkuliahan. Bagi civitas akademik diharapkan tulisan ini menjadi referensi dalam melakukan penelitian-penelitian mengenai Program Pemerintah yang terdapat hubungannya dengan kelompok tani yang ada di pedesaan. Sementara itu, bagi pemerintah dan masyarakat, khususnya masyarakat tani diharapkan tulisan ini dapat menjadi alternatif untuk membuat suatu program pembangunan yang dapat mengikutsertakan kelembagaan pertanian yang ada di tingkat desa.


(18)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Program PUAP adalah bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Program PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani.

Program PUAP memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah (1) mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah, (2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, (3) memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, (4) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

Sasaran PUAP yaitu (1) berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa, (2) berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, (3) meningkatnya kesejahteraan rumahtangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4) berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman.


(19)

Indikator Keberhasilan PUAP terdiri dari indikator keberhasilan output dan indikator keberhasilan outcome. Indikator keberhasilan output antara lain adalah tersalurkannya BLM – PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian dan terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Sedangkan indikator keberhasilan outcome antara lain, yaitu (1) meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani, (2) meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha, (3) meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan, dan (4) meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. Indikator ketiga yaitu indikator benefit dan impact yang antara lain adalah (1) berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP, (2) berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani, dan (3) berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (http://www.deptan.go.id/index1.php).

2.1.2 Konsep Kapasitas

Subagyo, dkk (2008) mengatakan bahwa kapasitas petani adalah daya-daya yang dimiliki pada pribadi petani untuk dapat menetapkan tujuan usahatani secara tepat dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang tepat pula. Dengan demikian kapasitas merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi dalam diri petani yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menjalankan kegiatan usahatani. Dalam kegiatan usahatani agar petani dapat berhasil dalam melakukan usahatani diperlukan kapasitas petani yang tinggi agar mampu dalam mengidentifikasi potensi dan memanfaatkan peluang yang dimiliki agar usahatani yang dilakukan sesuai dengan tujuan usahatani yang telah ditetapkan dan mencapai tujuan tersebut secara tepat.

Setiap individu (orang) secara alamiah selalu memiliki kapasitas yang melekat pada dirinya. Kemampuan petani untuk memenuhi kebutuhan sesuai


(20)

dengan potensi yang dimiliki merupakan suatu kapasitas petani yang tidak boleh diabaikan apabila ingin keberhasilan usaha pertanian dapat berkelanjutan.

Menurut Amanah (2010) kapasitas kelompok tani dapat dilihat dari unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar kelompok dan jaringan kerjasama yang dapat dilakukan oleh kelompok.

Peran Gapoktan dalam pengembangan kapasitas memiliki kendala, diantaranya adalah kurangnya sumberdaya pendamping, kurangnya modal untuk pemberdayaan SDM anggota, kurangnya akses kerjasama yang dapat dibentuk dengan pihak luar.

2.1.3 Konsep Kelompok

Menurut Stephen P. Robins dalam Fitri (2008) kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantungan untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Selanjutnya Johnson dan Johnson dalam Fitri (2008), kelompok adalah dua atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face two face interaction), yang masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

Menurut Mardikanto (1993) pengertian kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani.

Pemahaman mengenai kelompok merujuk pada Amanah dkk (2010) merujuk Slamet (2002), bahwasannya kelompok merupakan himpunan dua orang atau lebih yang bergabung karena adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola tertentu untuk tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang. Karakteristik kelompok dapat diamati dengan melihat kejelasan tujuan, pembagian tugas, suasana kelompok dan aktivitas di dalam kelompok.


(21)

Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain yang menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama, (2) terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain, akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat, (3) adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing, (4) adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.3.1Kelompok Tani

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT.210/3/97. Tanggal 18 Maret 1997 kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya. Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 273/Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dijabarkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

2.2 Kerangka Berfikir

Rukun Tani merupakan salah satu gabungan kelompok tani penerima PUAP di Kabupaten Bogor. Berdasarkan laporan perkembangan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP tahun anggaran 2009 s/d Desember 2010 Kabupaten Bogor, Gapoktan Rukun Tani memiliki perkembangan BLM PUAP tertinggi, yaitu sebesar 197 persen.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ini dilihat mulai dari pelaksanaan program PUAP yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program.Variabel kedua adalah mengenai karakteristik kelompok yang


(22)

dilihat adalah tujuan kelompok, aktivitas kelompok, pembagian tugas dan suasana kelompok. Variabel ketiga adalah mengenai ciri-ciri anggota kelompok yang dilihat dari pendidikan non formal dan kekosmopolitan. Kemudian ketiga variabel tersebut dilihat hubungannya dengan kapasitas kelompok tani yang diantaranya adalah unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan kerja/sosial. Berikut kerangka berfikir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Keterangan : = hubungan

Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Program PUAP dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Petani

Pelaksanaan Program PUAP (X.1) (X1.1) Perencanaan

(X1. 2) Pelaksanaan (X1. 3) Evaluasi

Kapasitas Kelompok (Y): (Y1) Unit produksi (Y2) Kerjasama kelompok (Y3) Wadah belajar (Y4) Jaringan kerjasama Karakteristik Kelompok (X2) :

(X2.1) Tujuan kelompok (X2.2) Aktivitas kelompok (X2.3) Pembagian tugas (X2.4) Suasana kelompok

Ciri-ciri Anggota (X3) :

(X3.1) Pendidikan non formal (X3. 2) Kekosmopolitan


(23)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis penelitian:

1. Pelaksanaan Program PUAP (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar, jaringan keerjasama).

2. Karakteristik kelompok (tujuan kelompok, aktivitas kelompok, pembagian tugas dan suasana kelompok) berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar, jaringan kerjasama).

3. Ciri – ciri anggota (pendidikan non formal dan kekosmopolitan) berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar, jaringan kerjasama).

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini berkaitan dengan kerangka pemikiran yaitu pelaksanaan Program PUAP, karakteristik kelompok, ciri-ciri anggota dan kapasitas kelompok yang diukur secara kuantitatif. Definisi operasional tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program PUAP

Pelaksanaan Program PUAP adalah keikutsertaan responden dalam pelaksanaan program PUAP mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi program.

a. Perencanaan

Pengukuran mengenai perencanaan program PUAP dilihat dari keikutsertaan responden pada tahap perencanaan program berlangsung yang dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika dilihat dari keikutsertaan responden dalam (1) pertemuan yang dilakukan oleh masyarakat dan aparat desa, (2) pertemuan yang dilakukan oleh PPL dan Gapoktan, (3) keikutsertaan responden dalam pertemuan


(24)

dengan pihak BP4K Kabupaten Bogor di kantor desa sebagai perwakilan dari masyarakat untuk merencanakan program, (4) keterlibatan responden dalam memberikan pendapat pada saat perencanaan program berlangsung dan (5) keikutsertaan responden dalam pembuatan proposal program. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 1-4, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong tinggi.

b. Pelaksanaan

Pengukuran mengenai pelaksanaan program PUAP dilihat dari jawaban responden pada tahap pelaksanaan Program PUAP berlangsung yang dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden menjawab pertanyaan yang diantaranya adalah (1) apakah responden mengikuti program karena keinginan sendiri, (2) apakah responden mengerti tata cara pelaksanaan program, (3) apakah responden merasakan manfaat dari kegiatan PUAP, (4) apakah responden menggunakan bantuan untuk usaha agribisnis, (5) apakah usaha yang dikelola responden berkembang setelah mendapatkan pinjaman, (6) apakah terdapat hambatan saat pelaksanaan program berlangsung, (7) apakah terdapat pendampingan dari ketua kelompok, (8) apakah terdapat pendampingan dari PPL, (9) apakah bantuan yang dipakai digunakan untuk membuat usaha baru, (10) apakah bantuan dipakai untuk meneruskan usaha yang sudah ada.

Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 5, hal ini menunjukkan pelaksanaan tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 5-7, hal ini menunjukkan pelaksanaan tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 7, hal ini menunjukkan pelaksanaan tergolong tinggi.


(25)

c. Evaluasi

Pengukuran mengenai evaluasi Program PUAP dilihat dari jawaban dari responden tersebut yang dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden menjawab pertanyaan yang diantaranya adalah (1) keikutsertaan responden dalam proses evaluasi Program PUAP, (2) keikutsertaan responden dalam membuat laporan tertulis Program PUAP, (3) keikutsertaan responden dalam membuat laporan secara lisan tentang Program PUAP, dan (4) kesempatan responden untuk membuat evaluasi Program PUAP.

Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, hal ini menunjukkan evaluasi tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 1-2, hal ini menunjukkan evaluasi tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 2, hal ini menunjukkan evaluasi tergolong tinggi.

2 Karakteristik kelompok dilihat dari tujuan kelompok, aktivitas kelompok pembagian tugas dan suasana kelompok.

a. Tujuan kelompok adalah hal yang ingin dicapai oleh kelompok secara bersama-sama. Alat ukur tujuan kelompok ditentukan atas dasar jumlah pendapat anggota kesesuaian tujuan kelompok, yaitu (1) adanya kesamaan tujuan: anggota merasakan adanya kesamaan tujuan kelompok dengan tujuan anggota kelompok, (2) adanya kejelasan tujuan: anggota mengetahui tujuan bergabung dalam kelompok, (3) Formalisasi tujuan: anggota mengetahui tujuan dibentuknya kelompok, (4) Pencapaian tujuan: anggota mengetahui manfaat dan tujuan apa yang akan dicapai oleh anggota baik untuk anggota maupun untuk kelompoknya.

Pengukuran mengenai tujuan kelompok dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1


(26)

Jika responden merasakan atau tidak hal-hal tersebut di dalam kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4, menunjukkan tujuan kelompok tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor = 4, menunjukkan tujuan kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi.

b. Aktivitas kelompok adalah kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dengan menggunakan dana PUAP. Alat ukur aktivitas kelompok ditentukan atas dasar jumlah pendapat anggota kesesuaian dengan aktivitas kelompok, diantaranya tentang pertemuan kelompok, keikutsertaan responden dalam pertemuan kelompok, berjalannya pertemuan kelompok, dan terdapat pelatihan di dalam kelompok.

Pengukuran mengenai aktivitas kelompok dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut dalam kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 5, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 5-6, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 6, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi.

c. Pembagian tugas adalah pembagian kewajiban pada setiap anggota kelompok dalam kelompok. Indikator pembagian tugas meliputi (1) keterdapatan pembagian tugas yang jelas di dalam kelompok, (2) responden mendapatkan tugas di kelompok, (3) responden menjalankan tugas yang diberikan, (4) tugas yang diberikan sesuai dengan kemapuan dan kesepakatan anggota, (5) tugas yang diberikan dapat mempererat kelompok.

Pengukuran mengenai pembagian tugas dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1


(27)

Jika responden menyatakan terdapat atau tidak hal-hal tersebut di dalam kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor <2, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 2-4, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong tinggi.

d. Suasana kelompok adalah derajat untuk mencapai tingkat reaksi anggota terhadap kelompoknya, anggota merasa hangat dan adanya kesetiakawanan, saling diterima dan saling dihargai serta penuh persahabatan, merasa puas dan bersungguh-sungguh untuk tinggal di dalam kelompok.

Pengukuran mengenai suasana kelompok dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden merasakan atau tidak hal-hal tersebut diatas. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 3, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong rendah, (3) sedang, jika total skor 3-4, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi.

3. Ciri-ciri anggota kelompok dapat dilihat dari pendidikan non formal dan kekosmopolitan anggota.

a. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara terstruktur dan terprogram berdasarkan kebutuhan peserta didik seperti kursus.

Pengukuran mengenai pendidikan non formal dikategorikan sebagai berikut.

1. Rendah (skor = 1), jika responden belum pernah mengikuti pendidikan formal selama satu tahun terakhir.


(28)

2. Sedang (skor = 2), jika responden pernah satu kali mengikuti pendidikan formal selama satu tahun terakhir.

3. Tinggi (skor = 3), jika responden pernah lebih dari satu kali mengikuti pendidikan non formal selama satu tahun terakhir.

b. Kekosmopolitan anggota adalah keterbukaan anggota terhadap dunia luas dan pembaharuan. Anggota kelompok mau menerima informasi dari luar, atau teknologi baru yang datang. Kekosmopolitan pada penelitian ini dilihat dari seberapa sering responden bepergian ke luar desa, seberapa sering responden melakukan interaksi dengan orang lain yang berbeda budaya, seberapa sering responden mencari tahu tentang berita agribisnis. Pengukuran mengenai ciri-ciri dikategorikan sebagai berikut.

1. Tidak Pernah = Skor 0 2. Kadang-kadang = Skor 1

3. Sering = Skor 2

Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan anggota tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor = 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan anggota tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan anggota tinggi.

4. Kapasitas kelompok dapat dilihat melalui unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan kerja/sosial.

a. Unit produksi adalah suatu proses kegiatan usaha dalam bidang pertanian, berorientai keuntungan dengan mengoptimalkan sumber daya, dalam berbagai bentuk unit usaha sesuai dengan kemampuan yang dikelola secara profesional. Unit produksi dilihat dari usaha yang dijalankan dikelola bersama kelompok atau pribadi, apakah usaha tersebut memberikan keuntungan, apakah terdapat sarana dan prasarana pendudkung usaha tersebut, apakah usaha tersebut dapat memperbaiki kehidupan ekonomi anggota kelompok (responden).

Pengukuran mengenai unit produksi dikategorikan sebagai berikut.


(29)

2. Tidak = label 0

Jika responden measarakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas. Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 3, menunjukkan unit produksi tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 3-8, menunjukkan unit produksi tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 8, menunjukkan unit produksi tergolong tinggi.

b. Kerjasama Kelompok adalah hubungan upaya yang terjalin secara timbal balik antar anggota dalam kelompok tani untuk mencapai manfaat atau keuntungan bagi kedua belah pihak. Indikator kerjasama kelompok adalah ada kerjasama dalam kelompok tani, terjalin kerjasama antar anggotanya, terjadi kerjasama antar anggota dalam kelompok tani dan antara kelompok tani tersebut dengan pihak lain.

Pengukuran mengenai wahana kerjasama dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas. Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4, menunjukkan wahana kerjasama tergolong rendah, (2) sedang , jika total skor 4-8, menunjukkan wahana kerjasama tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 8, menunjukkan wahana kerjasama tergolong tinggi. c. Wahana belajar adalah kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar

bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera

Pengukuran mengenai wahana belajar dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas. Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan


(30)

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 2, menunjukkan wahana belajar tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 2-3, menunjukkan wahana belajar tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 3, menunjukkan wahana belajar tergolong tinggi.

d. Jaringan kerjasama adalah bagaimana kelompok mempunyai dan membentuk jaringan sosial atau jaringan kerja selama mereka berada dalam kelompok. Jaringan tersebut adalah lembaga penyedia saprodi usaha tani, lembaga penyedia modal, lembaga pengolahan hasil, lembaga pemasaran, dan lembaga penyuluhan.

Pengukuran mengenai jaringan kerja/sosial dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden memiliki atau tidak memiliki kelima jaringan tersebut. Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, menunjukkan jaringan kerja tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 1-3, menunjukkan jaringan kerja tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 3, menunjukkan jaringan kerja tergolong tinggi.


(31)

BAB III

PENDEKATAN LAPANG

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan di wilayah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani. Lokasi dipilih karena Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan sebagai penerima dana PUAP di Kabupaten Bogor. Ada keberagaman kegiatan usaha on-farm dan off farm di Desa Citapen. Melalui pertimbangan tersebut Desa Citapen cukup representatif untuk dilakukan penelitian mengenai hubungan Program PUAP dengan Kapasitas Petani.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survei. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Data yang telah dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai karakteristik individu, pelaksanaan program PUAP, karakteristik kelompok, ciri-ciri individu dan kapasitas kelompok dengan bantuan kuesioner yang diolah secara kuantitatif. Data sekunder diperoleh melalui kantor desa, PPL, Kementerian Pertanian, BP3K wilayah Ciawi dan BP4K Kabupaten Bogor dengan metode wawancara mendalam.

Penelitian ini memiliki dua subyek penelitian, yaitu informan dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungan. Informan dipilih secara sengaja (purposive sampling) dengan jumlah yang tidak ditentukan guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Informan penelitian adalah PPL, kantor desa, Departemen Pertanian, BP3K Wilayah Ciawi, BP4K Kabupaten Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota gapoktan Rukun Tani yang menjadi sasaran program. Responden penelitian berjumlah 35 orang yang diambil


(32)

dengan jumlah yang berbeda tiap kelompok dengan jumlah 20 persen dari jumlah populasi tiap kelompok secara acak disproportsional. Hal ini disebabkan tidak semua anggota Gapoktan berada di tempat saat dilakukan penelitian. Dari tujuh kelompok tani di Gapoktan Rukun Tani, dipilih empat kelompok sebagai populasi penelitian, karena empat kelompok tersebut sudah cukup representatif dari kelompok yang ada. Berikut jumlah populasi dan sampel penelitian yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Tahun 2011

No

Nama Kelompok Gapoktan Rukun

Tani

Jumlah Populasi (orang)

Jumlah Sampel (orang)

Perbandingan Populasi :

Sampel

1 Pondok Menteng 104 20 5:1

2 Sukamaju 20 4 5:1

3 Tani Jaya 20 4 5:1

4 Citapen Berkarya 43 7 5:1

Total 187 35 5:1

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan bantuan kuesioner diolah secara kuantitatif. Data diolah secara statistik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 16.0. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan Tabulasi Silang dan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengukur karakteristik individu, pelaksanaan Program PUAP, karakteristik kelompok, ciri-ciri individu dan hubungannya dengan kapasitas kelompok. Data kualitatif bersifat untuk memaknai atau melengkapi data kuantitatif.


(33)

3.4 Uji Korelasi Rank Spearman

Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Korelasi yang menghasilkan angka positif berarti hubungan kedua variabel bersifat searah, yang berarti jika variabel bebas bebas besar maka variabel terikat juga besar. Korelasi yang menghasilkan angka negatif berarti hubungan kedua variabel tidak searah, yang berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil. Rumus korelasi Rank Spearman:

Keterangan :

rs = Nilai Koefisien Rank Spearman di = Disparitas (x1-x2)

n = Banyaknya Pengamatan

Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam Uji Korelasi Rank Spearman adalah dengan signifikansi/probabilitas/α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,1) maka artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan tingkat kesalahan sebesar 10 persen.

Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut:

a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,1 maka Ho ditolak. Jadi, hubungan kedua variabel signifikan; dan

b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,1 maka Ho diterima. Jadi, hubungan kedua variabel tidak signifikan.

6∑ di2 rs= 1 –


(34)

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur mengukur sesuatu yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian validitas dilakukan dengan uji validitas konstruk (construct) atau validitas kerangka dari suatu konsep dengan program SPSS for Windows versi 16.0. Pengujian dilakukan kepada lima belas orang responden untuk mengetahui ketepatan dan kelayakan kuesioner sebagai alat ukur penelitian. Dari 64 pernyataan maupun pertanyaan yang diajukan mengenai ”Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani’, terdapat 15 pernyataan yang dinyatakan valid pada bagian kegiatan penyuluhan terkait PUAP, yaitu pernyataan saat penyaluran modal pada nomor (1) modal yang diberikan sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan, (2) modal disalurkan melalui kelompok tani dan (3) penyaluran modal dilakukan tepat waktu. Pada variabel pendampingan pernyataan yang valid adalah nomor (1) penyuluh melakukan sosialisasi awal mengenai program, (2) penyuluh mengawasi para anggota dalam pelaksanaan program PUAP, (3) penyuluh memberikan informasi-informasi yang berkenaan dengan program, dan (4) anggota kelompok diperkenankan untuk berdiskusi dengan penyuluh jika terjadi kendala. Pada metode pendekatan, pernyataan yang valid yaitu nomor (1) saya memahami penyuluhan Program PUAP melalui kunjungan rumah/usahatani, (2) penyuluh menyampaikan materi PUAP dengan jelas ketika mengunjungi rumah/usahatani saya, (3) saat pertemuan umum saya lebih memahami materi yang disampaikan, (4) materi yang disampaikan pada pertemuan umum lebih beragam dan mudah dimengerti, (5) pertemuan diskusi membuat saya lebih mudah memahami materi PUAP, dan (6) materi PUAP pada pertemuan diskusi lebih beragam dan udah dipahami. Pada proses penentuan usaha agribisnis pernyataan yang valid yaitu nomor (2) komoditi usaha agribisnis yang akan dijalankan merupakan keputusan dari kelompok, (3) penentuan usaha agribisnis dilakukan secara bersama-sama dengan kelompok, dan (4) komoditi yang dijalankan merupakan hasil rumusan kelompok. Sedangkan pernyataan yang tidak valid pada penyaluran modal yaitu nomor (4) terdapat aturan dalam


(35)

penyaluran modal dan (5) kelompok tani yang melanggar aturan dikenakan sanksi, pada pernyataan metode pendekatan yaitu nomor (7) siaran melalui radio lebih mudah dipahami dan (8) materi pada siaran radio lebih banyak dan mudah dimengerti. Pada pernyataan penentuan usaha agribisnis yaitu nomor (1) komoditi yang akan dijadikan usaha agribisnis dipilih oleh saya sendiri.

Pernyataan untuk bagian karakteristik kelompok pada bagian indikator tujuan kelompok, pernyataan yang valid meliputi pernyataan nomor (1) anggota mengetahui tujuan kelompok, (2) anggota bergabung dalam kelompokk karena memiliki tujuan yang sama dengan tujuan kelompok, (3) anggota mengetahui tujuan bergabung dalam kelompok dan (5) anggota mengetahui manfaat yang akan dicapai oleh kelompok, dan satu pernyataan yang tidak valid yang terdapat pada nomor (4) anggota mengetahui manfaat yang akan dicapai jika bergabung dalam kelompok. Lima pernyataan pada indikator pembagian tugas dan peranan dinyatakan semua valid. Kelima pernyataan tersebut diantaranya, (1) terdapat pembagian tugas yang jelas di dalam kelompok, (2) setiap anggota menjalankan tugas yang diberikan, (3) tugas yang diberikan pada anggota sesuai dengan kemampuan anggota, (4) setiap anggota memiliki peran masing-masing dalam kelompok, (5) peran yang diberikan sesuai kemampuan anggota. Kemudian pada indikator suasana kelompok terdapat dua pernyataan yang tidak valid dari delapan pernyataan, yaitu pernyataan (7) anggota tidak berniat untuk keluar dari kelompok dan (8) anggota menjalankan aturan kelompok tanpa paksaan, sedangkan enam sisa pernyataan dinyatakan valid, diantaranya adalah (1) saling membantu antar anggota kelompok, (2) hubungan antar anggota terjalin intim, (3) semua anggota memiliki derajat yang sama, (4) semua anggota diberikan kesempatan yang sama daam mengemukakan pendapat atau ide, (5) anggota merasakan kenyamanan ketika berada dalam kelompok, (6) anggota merasakan peningkatan pengetahuan setelah bergabung dengan kelompok. Lalu untuk bagian kepemimpinan pernyatan yang valid terdapat pada nomor (3) pemimpin kelompok melibatkan anggota dalam proses pengambilan keputusan dan (4) pemimpin kelompok melakuakn transparansi terhadap anggaran keuangan, dan empat pernyataan tidak valid yaitu (1) pemimpin dan anggota memiliki hubungan yang baik, (2) pemimpin kelompok memberikan ruang kepada anggota untuk mengemukakan pendapat, (3) pemimpin


(36)

kelompok melibatkan anggota dalam proses pengambilan keputusan, (4) pemimpin kelompok melakukan transparansi terhadap anggaran keuangan.

Variabel peubah ketiga yaitu mengenai ciri-ciri anggota yang diuji hanya dengan tiga pernyataan dinyatakan bahwa ketiga pernyataan tersebut valid, diantaranya adalah pernyataan (1) saya melakukan bepergian ke luar desa/kota, (2) saya melakukan interaksi dengan orang lain yang berbeda budaya, (3) saya mencari tahu berita tentang pertanian melalui media cetak dan elektronik.

Variabel yang terakhir adalah bagian kapasitas kelompok yang terdiri atas 15 pernyataan dengan 8 pernyataan yang valid yang terdapat pada nomor (1) produksi yang dijalankan merupakan usaha agribisnis, (3) terdapat unit usaha di kelompok tani, (6) anggota petani bekerja sendiri-sendiri tanpa melibatkan anggota lain, (7) ada pembagian kerja dalam kelompok, (12) kelompok tani membagi penghasilan dari usahatani menurut kesepakatan anggota, (13) beberapa anggota merupakan bagian dari struktur kelompok, (14) kelompok memiliki jaringan kerja untuk membantu bisnis usahatani, dan (15) kelompok tani memiliki lebih dari dua jaringan kerja sedangkan pernyataan nomor (2) produksi yang diusahakan merupakan bisnis yang dikelola secara profesional, (4) saya dapat belajar banyak dalam kelompok tani, (5) kerjasama dilakukan antara anggota keompok tani, (8) terjadi kerjasama antara anggota kelompok tani, (9) kelompok tani yang satu dengan yang lain saling membutuhkan, (10) terjadi kerjasama antara kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan, dan (11) kelompok tani memiliki struktur kepanitiaan yang jelas dinyatakan tidak valid. Seluruh pernyataan atau pertanyaan yang tidak valid diganti dengan pernyataan atau pertanyaan yang lebih mudah dimengerti oleh responden.

Pengujian reliabilitas kuesioner juga dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. Pengujian dilakukan dengan jumlah item pernyataan kuesioner sebanyak 64 pernyataan. Langkah kerja yang digunakan adalah teknik belah dua, yakni dengan membagi butir pernyataan ke dalam dua belahan, yaitu belahan ganjil dan genap. Setelah dilakukan uji reliabilitas kepada 15 orang responden, nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s alpha) yang diperoleh untuk indikator pendampingan diperoleh nilai 0,895, metode pendekatan diperoleh nilai 0,949, penentuan usaha agribisnis diperoleh nilai 0,855, tujuan


(37)

kelompok diperoleh nilai 0,947, pembagian tugas dan peranan diperoleh nilai 0,866, suasana kelompok diperoleh nilai 0,899, kepemimpinan diperoleh nilai 1,000 dan ciri-ciri anggota peroleh nilai 0,834. Hal ini berarti sesuai dengan kriteria (lebih dari 0,06) artinya tingkat reliabilitasnya baik dan data hasil kuesioner dapat dipercaya. Sedangkan untuk nilai koefisien reliabilitas (Cronhbach’s alpha) dari penyaluran modal adalah sebesar -0,096 dan untuk kapasitas kelompok sebesar 0,555. Hal ini berarti belum sesuai kriteria (kurang dari 0,06), artinya tingkat reliabilitasya kurang baik dan hasil data kuesionernya tidak dapat dipercaya. Pernyataan dan pertanyaan yang tidak reliabel tersebut akan diganti dengan pernyataan dan pertanyaan yang lebih dapat dipercaya. Dapat disimpulkan bahwa nilai reliabilitas kuesioner untuk pernyataan pendampingan, metode pendekatan, penetuan usaha agribisnis, tujuan kelompok, pembagian tugas dan peranan, suasana kelompok, kepemimpinan dan ciri-ciri anggota sudah reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Sedangkan pertanyaan untuk penyaluran modal dan kapasitas kelompok belum reliabel. Namun peneliti mengganti variabel kegiatan penyuluhan terkait PUAP dengan variabel Pelaksanaan Program PUAP dikarenakan variabel sebelumnya kurang tertuju pada Program PUAP.


(38)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciawi.Secara geografis Desa Citapen memiliki luas wilayah sebesar 268.660 Ha dengan kondisi desa persawahan/perkebunan. Desa Citapen memilki batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Banjarsari 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cileungsi 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibedug 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cideurum

Secara administratif Desa Citapen memiliki 24 Rukun Tetangga yang terdistribusi dalam 7 Rukun Warga, semuanya tersebar di dua dusun. Desa Citapen memiliki luas wilayah sebesar 268.660 Ha, sebagian besar diperuntukkan sebagai lahan pemukiman yaitu sebesar 110.366 ha/m². Selain itu diantaranya diperuntukkan sebagai lahan persawahan sebesar 140 ha/m², luas pekarangan sebesar 10,54 ha/m², luas kuburan sebesar 4,5 ha/m², luas prasarana umum lainnya sebesar 3,60 ha/m², dan luas lahan perkantoran sebesar 0,04 ha/m².

4.1.2 Kondisi Penduduk

Total penduduk di Desa Citapen pada tahun 2011 tercatat sebanyak 9.013 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.669 jiwa dan perempuan sebanyak 4.344 jiwa serta jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.145 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 6489 jiwa.

Tingkat pendidikan mayoritas warga yang belum sekolah, lulus SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat hampir setara yang berkisar antara 20 persen-an. Namun hal ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk tidak bersekolah, tidak tamat SD, dan lulusan perguruan tinggi. Sehingga dapat disimpulkan penduduk Desa Citapen tergolong berpendidikan sedang.


(39)

Penduduk Desa Citapen menurut tingkat pendidikan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Penduduk Desa Citapen Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen)

No Tingkat Pendidikan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Belum Sekolah 967 23.06

2 Tidak pernah sekolah 0 0

3 Tidak tamat SD 125 2.98

4 Lulus SD/Sederajat 1.066 25.42

5 Lulus SLTP/Sederajat 951 22.68

6 Lulus SLTA/Sederajat 944 22.51

7 Lulus D-1/D-2/D-3 130 3.10

8 Lulus S-1/S-2/S-3 10 0.25

Jumlah 4193 100.00

Sumber : Podes, Tahun 2010

Tingkat pendidikan penduduk Desa Citapen cukup beragam. Mayoritas penduduk berada di tingkatan lulus SD/sederajat. Hal ini sesuai dengan banyaknya responden penelitian yang mayoritas pendidikan terakhirnya adalah lulus SD/sederajat. Hanya sedikit sekali responden penelitian yang mengenyam pendidikan tinggi.

Jenis kegiatan ekonomi di desa Citapen mayoritas berada di sektor pertanian. Terlihat pada mata pencaharian penduduk Desa Citapen yang terbanyak adalah buruh tani sebesar 1950 orang, petani sebesar 710 orang. Urutan ketiga adalah buruh industri kerajinan sebesar 320 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.


(40)

Tabel 3 Penduduk Desa Citapen Menurut Jenis Mata Pencaharian, Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen)

No Jenis Mata Pencaharian

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 Petani 710 18.72

2 Buruh Tani 1950 51.42

3 Buruh 250 6.59

4 Pegawai Swasta 311 8.20

5 Pegawai Negeri 76 2.00

6 Pengrajin/Penjahit/Jasa 7 0.18

7 Pedagang 76 2.00

8 Peternak 8 0.21

9 TNI/POLRI 2 0.05

10 Tukang Kayu 50 1.32

11 Tukang Batu 25 0.66

12 Guru Swasta 7 0.18

13 Buruh Industri Kerajinan 320 8.43

Jumlah 3792 100.0

Sumber : Potensi Desa, Tahun 2010

Penduduk Desa Citapen seperti terlihat pada Tabel 3 mayoritas adalah buruh tani. Hampir setengah dari warga desa memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani. Kondisi wilayah di desa Citapen memang sangat mendukung mereka untuk mencari nafkah di bidang pertanian, karena melihat areal pertanian yang luas di desa tersebut. Namun hanya segelintir orang yang menjadi petani di tanahnya sendiri.

4.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Rukun Tani

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) ’Rukun Tani’ terbentuk pada tahun 2001. Berawal dari adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di wilayah Desa Citapen, Kecamatan Ciawi dalam hal komoditi hortikultura yang ditanam terutama komoditi sayuran dan juga dalam hal pemasaran hasil


(41)

panen. Saat itu, atas prakarsa petugas lapangan dari PT. TANINDO, dibentuklah satu kelompok tani yang bernama kelompok tani Pondok Menteng yang beranggotakan 25 orang.

Dalam rangka menyatukan kepentingan yang sama ke arah usaha Agribisnis terpadu terutama dalam mengakses pasar dan permodalan, petani-petani lainnya yang tergabung dalam kelompok tani tanaman pangan, kelompok tani ternak dan kelompok tani pengrajin olahan hasil pertanian, bergabung menjadi satu membentuk satu himpunan kelompok tani yang bernama ’Himpunan Rukun Tani’.

Pada tanggal 29 Juni 2007 melalui bimbingan Petugas Penyuluh Pertanian, ’Himpunan Rukun Tani’ dikukuhkan melalui rapat pengukuhan Gapoktan yang disahkan oleh Kepala desa dan Camat menjadi Gapoktan Rukun Tani dengan anggota 236 orang. Sebagai legalitas Gapoktan, tanggal 26 November 2008, Gapoktan Rukun Tani telah dikukuhkan dihadapan NOTARIS (Akta Notaris Miranti Tresnaning Timur, SH No.14 tanggal 26 November 2008).

Gapoktan Rukun Tani mempunyai visi dan misi. Visi Gapokan Rukun tani adalah Terwujudnya Masyarakat Tani yang Maju dan Sejahtera. Misi dari Gapoktan Rukun Tani adalah (1). Meningkatkan peran kelompok tani dan Gapoktan dalam peningkatan produksi dan produktivitas usaha tani, (2). Memfasilitasi anggota dalam penyediaan sarana produksi pertanian (saprodi), permodalan dan pemasaran hasil usaha tani, (3). Meningkatkan posisi tawar petani dalam pemasaran hasil usaha tani, (4). Meningkatkan fungsi kelompoktani sebagai wahana belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Gapoktan Rukun Tani juga memiliki moto yaitu Dari Petani, Oleh petani, Untuk Petani. Untuk mengetahui susunan organisasi Gapoktan Rukun Tani, lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gapoktan Rukun Tani terdiri atas tujuh kelompok tani. Kelompok tersebut berbeda-beda dari segi usahatani yang dikelola. Kelompok tersebut diantaranya dalah Poktan Pondok Menteng, Poktan Sukamaju, Poktan Tani Jaya, Poktan Kelompok Wanita Tani (KWT) Citapen Berkarya, Poktan Bina Mandiri, Poktan Sawah Lega, dan Poktan Silih Asih. Ketujuh Poktan tersebut mengelola usaha yang berbeda-beda.


(42)

Kelompok tani Pondok Menteng mengelola beberapa usaha. Usaha tersebut ada yang dikelola oleh kelompok maupun individu anggotanya. Usaha yang dikelola kelompok adalah bertani sayuran dan hortikultura, sedangkan usaha individu anggota adalah sembako, kredit, berdagang sayuran dan counter hape.

Kelompok tani lainnya yaitu Poktan Sukamaju yang mengelola usahatani peternakan sapi dan kambing. Anggota poktan ini terdiri atas 20 orang anggota namun terdapat 12 anggota pasif didalamnya.

Poktan ketiga adalah Poktan Tani Jaya. Poktan Tani Jaya merupakan Poktan yang seluruh anggotanya adalah petani. Anggota Poktan Tani Jaya mayoritas merupakan petani sayuran.

Kelompok ini cukup berbeda dengan kelompok tani yang lain. Kelompok ini seluruh anggotanya adalah perempuan. Kelompok tersebut adalah kelompok tani KWT Citapen Berkarya. Poktan tersebut terdiri atas anggota tani wanita yang mengelola usaha keripik pisang dan pangsit. Jumlah anggota dari Poktan ini adalah sebanyak 43 orang, namun hanya 8 orang anggota yang aktif, sisanya aktif jika terdapat produksi dalam jumlah besar yang membutuhkan banyak pekerja dan bersifat musiman, seperti melonjaknya pesanan saat lebaran, maka anggota pasif tersebut diberdayakan.

Selanjutnya adalah Poktan Silih Asih. Poktan ini mengelola usahatani sale pisang. Anggota kelompok ini tidak banyak, hanya terdiri dari 5 orang, namun usaha sale pisang di kelompok ini cukup berkembang. Tidak hanya Poktan Sukamaju yang usahanya bergerak di bidang peternakan. Namun ada juga Poktan Bina Mandiri yang mengelola usaha di bidang peternakan kelinci. Lalu Poktan yang terakhir adalah Poktan Sawah Lega, Poktan ini mengelola usaha di bidang pertanian seperti usaha sayuran dan hortikultura.

Berdasarkan dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 273/Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani, kelompok tani di Gapotan Rukun Tani sudah sesuai dengan pengertian kelompok tani yang disebutkan oleh Permentan tersebut. Kelompok tani di Desa Citapen berdiri berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan


(43)

usaha anggota. Berikut data kelompok tani pada Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen tahun 2010 yang dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4 Data Kelompok Tani pada Gapoktan Rukun Tani, Tahun 2010

No Nama Kelompok

Tani Ketua

Anggota terdaftar

Anggota aktif

Anggota pasif

1 Pondok Menteng H. Misbah 104 103 1

2 Sukamaju Sarno 20 8 12

3 Bina Mandiri Yudi S 20 7 13

4 Silih Asih H.Agus 5 5 0

5 Tani Jaya Dade 20 20 0

6 Citapen Berkarya

Neng 43 8 35

Jumlah 212 151 61

Sumber : Data Gapoktan Rukun Tani, Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4 diatas, anggota kelompok tani terbanyak terdapat pada Poktan Pondok Menteng. Sedangkan Poktan yang lain memiliki anggota tidak sebanyak Poktan tersebut. Berdasarakan wawancara peneliti kepada Ketua Kelompok Tani Pondok Menteng. Hal tersebut dikarenakan Poktan Pondok Menteng tidak membatasi anggota untuk bergabung kedalam Poktan ini. Selain itu Pondok Menteng memiliki anggota yang letak rumahnya dekat dengan sekretariat Poktan, hal tersebut memudahkan warga terdekat untuk dapat masuk kedalam kelompok tersebut, ini merupakan salah satu alasan mengapa Poktan Pondok Menteng memiliki banyak anggota. Kemudian anggota Pondok Menteng yang awalnya hanya terdiri dari petani, lalu melebar karakteristiknya menjadi anggota yang usahataninya heterogen, bahkan ada yang diluar usaha non pertanian.


(44)

BAB V

KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK

5.1 Karakteristik Responden

Pada bagian ini diuraikan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan lamanya keanggotaan.

5.1.1 Jenis Kelamin

Responden penelitian terdiri dari 51,4 persen laki-laki dan sisanya 48,6 persen adalah perempuan. Responden laki-laki dalam penelitian ini mayoritas adalah petani, sedangkan responden perempuan mayoritas adalah pedagang. Mayoritas penduduk Desa Citapen berdasarkan data sebelumnya bermata pencaharian sebagai buruh tani, namun mata pencaharian sebagai pedagang di desa ini jumlahnya juga cukup banyak.

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun 2011

Jenis Kelamin

Jumlah

N %

Laki-laki 18 48.6

Perempuan 17 51.4

Jumlah 35 100.0

5.1.2 Usia

Berdasarkan hasil penelitian, usia responden berkisar antara 19-70 tahun. Sebanyak 18 responden tergolong pada kategori usia dewasa madya. Kemudian, sebanyak 16 responden merupakan dewasa awal dan hanya 1 responden yang berusia lanjut. Kisaran umur yang telah ditentukan merupakan tahap perkembangan manusia berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980). Sebaran responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.


(45)

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Umur, Tahun 2011

Usia (tahun)

Jumlah

N %

Dewasa Awal (18-40) 16 45.7

Dewasa Madya (41-60) 18 51.4

Usia Lanjut (>60) 1 2.9

Jumlah 35 100.0

Responden dengan kisaran umur dewasa awal dan dewasa madya jumlahnya hampir sama. Usia tersebut dapat dikatakan termasuk usia produktif dalam bekerja. Hanya terdapat satu responden yang tergolong dalam usia lanjut.

5.1.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yaitu jenjang terakhir sekolah formal responden yang pernah ditamatkan maupun tidak tamat. Berdasarkan tabel terlihat bahwa persentase terbesar 74.3 persen responden berpendidikan SD/sederajat, sedangkan persentase terendah responden tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sebesar 0 persen. Berikut sebaran tingkat pendidikan responden.

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2011

Tingkat Pendidikan

Jumlah

N %

Tidak Sekolah 0 0

SD/sederajat 26 74.3

SMP/sederajat 4 11.4

SMA/sederajat 3 8.6

Perguruan Tinggi/sederajat 2 5.7


(46)

Mayoritas tingkat pendidikan responden sebanyak 74.3 persen adalah SD/sederajat. Berdasarkan data penduduk Desa Citapen menurut tingkat pendidikannya, lulusan SD/sederajat memiliki persentase paling tinggi yaitu sebesar 25.42 dengan mata pencaharian utama di bidang pertanian. Maka, jumlah tersebut membuktikan bahwa penduduk Desa Citapen mayoritas bergerak di bidang pertanian.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan responden yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan jumlah keseluruhan anggota keluarga responden yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden. Banyaknya tanggungan yang dimiliki reponden beragam yang dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu kategori rendah ( memiliki tanggungan 1-3 orang), sedang ( memiliki tanggungan 4-6 orang) dan kategori tinggi (memiliki tanggungan 7-8 orang). Sebaran jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga, Tahun 2011

Jumlah Tanggungan Keluarga (jiwa)

Jumlah

N %

Rendah (1-3) 24 68.5

Sedang (4-6) 10 28.6

Tinggi (7-8) 1 2.9

Jumlah 35 100.0

Jumlah tanggungan yang dimiliki responden terbanyak ada pada kategori rendah yaitu sebesar 68.5 persen. Dapat dikatakan program Keluarga Berencana (KB) di Desa Citapen berhasil. Jumlah tanggungan dalam penelitian ini memang tidak berarti memiliki anak saja, namun istri serta tanggungan yang lain. Namun sejauh melihat data yang ada, jumlah tanggungan yang dimiliki responden adalah istri dan anak.


(47)

5.1.5 Lamanya Keanggotaan

Lamanya menjadi anggota adalah waktu yang dihitung mulai anggota terdaftar sampai saat penelitian berlangsung. Keanggotaan responden bervariasi antara 6 bulan sampai 36 bulan, secara lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lamanya Keanggotaan, Tahun 2011

Lamanya keanggotaan (bulan)

Jumlah

N %

Rendah (6-15) 19 54.4

Sedang (16-25) 8 22.3

Tinggi (26-36) 8 22.3

Jumlah 35 100.0

Lamanya menjadi anggota dihubungkan dengan data kualitatif seperti komunikasi. Komunikasi dalam hal ini berupa informasi yang menyebar dari mulut ke mulut mengenai informasi untuk menjadi anggota gapoktan. Seperti yang terlihat pada tabel, kategori terbanyak ada pada kategori rendah sebanyak 54.4 persen. Hal ini menunjukkan informasi terdedah kurang menyebar mengenai kelompok.

5.2 Deskripsi Karakteristik dan Kapasitas Kelompok

Karakteristik kelompok dan kapasitas kelompok merupakan variabel yang berbeda. Karakteristik kelompok merupakan ciri-ciri yang dimiliki kelompok, sedangkan kapasitas kelompok merupakan kemampuan kelompok dalam mengembangkan usaha bersama. Semakin bagus ciri-ciri kelompok, umumnya akan semakin bagus juga kapasitas kelompok.


(48)

5.2.1 Karakteristik Kelompok

Karakteristik kelompok terdiri atas tujuan, aktivitas kelompok, pembagian tugas di dalam kelompok dan suasana kelompok. Tujuan kelompok tergolong tinggi. Hal ini berarti sebagian besar responden penelitian menyatakan bahwa tujuan kelompok sudah sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar responden mengetahui tujuan kelompoknya dan tujuan kelompoknya sudah sesuai dengan tujuannya. Lalu responden menyatakan bahwa manfaat responden bergabung dengan kelompok cukup besar dan tujuan kelompoknya sudah tercapai.

Lalu aktivitas kelompok tergolong rendah yang dapat mengartikan bahwa sebaran responden menyatakan didalam kelompok mereka sangat sedikit aktivitas yang ada atau terdapat aktivitas tapi mereka tidak mengikuti aktivitas tersebut. Bagi responden yang menyatakan mengikuti aktivitas di dalam kelompok maupun yang tidak, baik yang didalamnya terdapat aktivitas kelompok maupun tidak. Aktivitas kelompok dilakukan jika unit produksi dikelola bersama, sehingga terdapat aktivitas di dalam kelompok. Namun hanya kelompok Sukamaju dan kelompok KWT Citapen Berkarya yang memiliki unit usaha bersama yang dikerjakan bersama kelompok, sedangkan dua kelompok lainnya yaitu kelompok Pondok Menteng dan kelompok Tani Jaya anggotanya mengelola usaha sendiri, sehingga aktivitas kelompoknya tergolong rendah. Namun terdapat beberapa anggota yang tidak merasakan hal tersebut, karena masih merasa tujuan kelompoknya belum sesuai dengan tujuannya.

Kemudian untuk pembagian tugas didalam kelompok tergolong rendah. Pembagian tugas akan akan terjadi jika kelompok memiliki usaha bersama di dalam kelompok. Namun hampir 40 persen responden menyatakan pembagian tugas di dalam kelompok tidak jelas, tidak adanya pembagian tugas di dalam kelompok sehingga membuat responden tidak melaksanakan tugas tersebut dan dengan adanya pembagian tugas di dalam kelompok yang diharapkan dapat mempererat kelompok, namun hal tersebut tidak terlaksana, sehingga pembagian tugas tergolong rendah.

Tanggapan responden terhadap suasana kelompok tergolong tinggi. Hal ini berarti sebagian besar anggota kelompok menyatakan bahwa kenyamanan di dalam kelompok dengan hubungan antar anggota yang terjalin intim, saling


(49)

membantu satu sama lain, seringnya berinteraksi antar anggota kelompok salah satunya dengan berdiskusi, dan saling terbuka terhadap kelompok. Hal tersebut membuat persentase suasana kelompok tergolong tinggi.

Tabel 10 Persentase Tanggapan Responden mengenai Karakteristik Kelompok, Tahun 2011

Karakteristik Kelompok

Tanggapan Responden

Rendah (%)

Sedang (%)

Tinggi (%)

Total (%)

Tujuan 31.4 25.7 42.8 100

Aktivitas 40.0 28.5 31.4 100

Pembagian Tugas 40.0 22.9 37.1 100

Suasana Kelompok 31.4 14.2 54.2 100

Berdasarkan Tabel 10 diatas, tanggapan responden terhadap karakteristik kelompok terbanyak tergolong pada kategori rendah. Hal ini dikarenakan responden belum merasakan karateristik kelompok mereka sesuai dengan karakteristik kelompok yang seharusnya terjadi di dalam kelompok.

5.2.3 Kapasitas Kelompok

Kapasitas kelompok terdiri atas empat variabel, yaitu unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan kerjasama. Sebanyak 48.6 persen tanggapan responden mengenai unit produksi tergolong dalam kategori sedang. Hal-hal yang membuat unit produksi tergolong dalam kategori sedang adalah dari empat kelompok yang menjadi sampel penelitian, hanya kelompok KWT Citapen Berkarya dan dan Kelompok Sukamaju yang mengelola usaha bersama, sehingga unit produksi kelompok tergolong sedang. Sebagian besar anggota di kelompok Pondok Menteng tidak mengelola usaha bersama kelompok, walaupun ada sebagian anggota yang memiliki usaha bersama dengan anggota lain. Lalu kelompok Tani Jaya tidak memiliki unit produksi yang dikelola bersama kelompok. Anggota kelompok tersebut mengelola usahataninya


(50)

masing-masing. Alasan-alasan tersebut yang membuat unit produksi tergolong dalam kategori sedang.

Kerjasama kelompok tergolong pada kategori sedang, yang berarti bahwa tanggapan responden terhadap kerjasama kelompok adalah sedang. Tidak semua responden/anggota kelompok yang namanya tercantum dalam kelompok sering berinteraksi dengan kelompok untuk melakukan kerjasama di dalam kelompok. Seperti yang telah disebutkan pada unit produksi, sebagian besar kerjasama akan terjadi jika kelompok memiliki unit produksi yang dikelola bersama. Namun hanya dua dari empat kelompok yang memiliki unit usaha bersama sehingga kerjasama kelompok tergolong sedang, karena dua kelompok lain yaitu kelompok Pondok Menteng dan kelompok Tani Jaya sebagian besar anggotanya mengelola usaha masing-masing.

Wahana belajar tergolong dalam kategori sedang sama seperti dua variabel sebelumnya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden, wahana belajar dapat dipengaruhi oleh adanya aktivitas di dalam kelompok tersebut. Jika di dalam kelompok tersebut terdapat aktivitas seperti, pertemuan rutin, rapat, pelatihan. Hal tersebut merupakan wahana belajar bagi anggota kelompok, karena dengan adanya aktivitas tersebut dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam bersosialisi bagi anggota. Namun tidak semua kelompok melakukan aktivitas tersebut, sehingga wahana belajar hanya tergolong dalam kategori sedang.

Jaringan kerjasama tergolong sedang. Jaringan kerjasama dapat dibentuk oleh kelompok jika memang kelompok membutuhkan jaringan tersebut dan berusaha untuk menjalin kerjasama dengan lembaga tersebut. Lembaga-lembaga tersebut adalah lembaga penyedia saprodi, lembaga penyedia modal, lembaga pengolahan hasil, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan. Tidak semua kelompok bekerjasama dengan semua jaringan tersebut. Hanya beberapa lembaga yang bekerjasama dengan kelompok tani di Gapoktan Rukun Tani, seperti kelompok Pondok Menteng bekerjasama dengan lembaga penyedia saprodi, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan, lalu kelompok KWT Citapen Berkarya bekerjasama dengan lembaga pemasaran, kemudian kelompok Tani Jaya bekerjasama dengan lembaga penyedia saprodi dan kelompok Sukamaju


(1)

3. Ciri-ciri Anggota

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .682

N of Items 2a

Part 2 Value .699

N of Items 2b

Total N of Items 4

Correlation Between Forms .848

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length .918

Unequal Length .918

Guttman Split-Half Coefficient .834

a. The items are: P1, P2. b. The items are: P3, TOTAL.

Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alfa) di atas adalah 0,843. Sesuai kriteria, nilai ini lebih besar dari 0.60, maka hasil data memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya

4. Kapasitas Kelompok

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .577

N of Items 8a

Part 2 Value .637

N of Items 8b

Total N of Items 16

Correlation Between Forms .676

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length .807

Unequal Length .807

Guttman Split-Half Coefficient .555

a. The items are: P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8.

b. The items are: P9, P10, P11, P12, P13, P14, P15, TOTAL.

Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alfa) di atas adalah 0,555.Sesuai kriteria, nilai ini lebih kecil dari 0.60, maka hasil data memiliki tingkat reliabilitas yang kurang baik, atau data hasil angket tidak dapat dipercaya.


(2)

Lampiran 4. Gambar Susunan Organisasi Gapoktan Rukun Tani Tahun 2011

Ketua H. Misbah

Sekretaris Jamil

Sub Unit Usaha (ada 6 bidang usaha)

Bendahara

H. Harun Al Rasyid

Bidang Pertanian dan

Hortikultura Ninih & H. Misbah

Bidang Peternakan Sarno& Yudi Suwandi

Bidang Perikanan H.

Majen& H. Harun

Bidang Pemasaran Ismail& Apud

Bidang Sarana Produksi Pertanian Dadang

Bidan Alsinta Enoh& Enday


(3)

Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Perencanaan PUAP dengan Kapasitas Kelompok

Perencanaan Unit

Produksi Kerjasama

Wadah

Belajar Jaringan

Perencanaan 1.000 .313 .201 568** .160

Unit Produksi .313 1000 .667** .335* .828**

Kerjasama .201 .667** 1.000 .309 .657**

Wadah belajar .568** .335* .309 1.000 .169

Jaringan .160 .828** .657** .169 1000

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Pelaksanaan PUAP dengan Kapasitas Kelompok

Pelaksanaan Unit

Produksi Kerjasama

Wadah

Belajar Jaringan Pelaksanaan 1.000 .386* .479*** .379* .264 Unit Produksi .386* 1.000 .667** .335* .828**

Kerjasama .479** .667** 1.000 .309 .657**

Wadah Belajar .379* .335* .309 1.000 .169

Jaringan .264 .828** .657** .169 1.000

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Evaluasi PUAP dengan Kapasitas Kelompok

Evaluasi Unit

Produksi Kerjasama

Wadah

Belajar Jaringan

Evaluasi 1.000 .066 -.065 .387* -.138

Unit Produksi .066 1.000 .667** .335* .828**

Kerjasama -.065 .667** 1.000 .309 .657**

Wadah Belajar .387* .335* .309 1.000 .169

Jaringan -.138 .828** .657** .169 1.000

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Tujuan Kelompok dengan Kapasitas Kelompok

Tujuan Unit

Produksi Kerjasama

Wadah

Belajar Jaringan

Tujuan 1.000 .250 .106 .175 .279

Unit Produksi .250 1.000 .667** .335* .828**

Kerjasama .106 .667** 1.000 .335* .657**

Wadah Belajar .175 .335* .309 .309 .169


(4)

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Kelompok dengan Kapasitas Kelompok

Aktivitas Unit

Produksi Kerjasama

Wadah

Belajar Jaringan Aktivitas 1.000 .565** .481** .680** .335* Unit Produksi .565** 1.00 .667** .335* .828**

Kerjasama .481** .667** 1.000 .309 .657**

Wadah Belajar .680** .335* .309 1.000 .169

Jaringan .355* .828** .657** .169 1.000

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Pembagian Tugas dengan Kapasitas Kelompok

Pembagian Tugas

Unit

Produksi Kerjasama

Wadah

Belajar Jaringan Pembagian

Tugas

1.000 .611** .756** .218 .532** Unit Produksi .611** 1.000 .667** .335* .828**

Kerjasama .756** .667** 1.000 .309 .657**

Wadah Belajar .218 .335* .309 1.000 .169

Jaringan .532** .828** .657** .169 1.000

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Suasana Kelompok dengan Kapasitas Kelompok

Suasana Kelompok

Unit

Produksi Kerjasama

Wadah

Belajar Jaringan Suasana

Kelompok

1.000 .778** .771** .219 .713** Unit Produksi .778** 1.000 .667** .335* .828**

Kerjasama .771** .667** 1.000 .309 .657**

Wadah Belajar .219 .335* .309 1.000 .169

Jaringan .713** .828** .657** .169 1.000

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Pendidikan Non Formal dengan Kapasitas Kelompok

Pendidikan Non Formal

Unit

Produksi Kerjasama

Wadah

Belajar Jaringan Pendidikan

Non Formal

1.000 .074 .220 .225 .045

Unit Produksi .074 1.000 .667** .335* .828**

Kerjasama .220 .667** 1.000 .309 .657**

Wadah Belajar .225 .335* .309 1.000 .169


(5)

Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Kekosmopolitan Anggota dengan Kapasitas Kelompok

Kekosmopolitan Unit Produksi

Kerjasama Wadah Belajar

Jaringan Kekosmopolitan 1.000 -.245 -.109 .080 -.069 Unit Produksi -.245 1.000 .667** .335* .828** Kerjasama -.109 .667** 1.000 .309 .657** Wadah Belajar .080 .335* .309 1.000 .169 Jaringan -.069 .828** .657** .169 1.000

Keterangan : **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed N= 35


(6)

Lampiran 6. Dokumentasi

Gapura Rukun Tani Usaha ternak sapi Poktan Sukamaju

Usaha ternak kelinci Poktan Bina Mandiri kegiatan pertemuan kelompok

kegiatan penanaman cabai keriting kegiatan pemasaran hasil panen