Latar Belakang Prevalensi Kebutaan Akibat Retinopati Diabetik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Dari Tahun 2008 - 2010

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia SDM Indonesia. Indera penglihatan baca: mata merupakan faktor kunci bagi terwujudnya SDM yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena jalur utama penyerapan informasi dalam proses belajar individu terjadi melalui penglihatan 83 oleh karena itu, upaya pemeliharan kesehatan indera penglihatan dan pencegahan kebutaan menjadi satu hal yang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak Puspita, 2010. Berdasarkan Undang–undang No.23 tahun 1992, tentang kesehatan menyatakan bahwa pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan indera penglihatan merupakan syarat penting untuk meningkatkan kwalitas sumber daya manusia Aldy, 2010. Total masyarakat dengan gangguan penglihatan termasuk penurunan visus dan kebutaan diestimasi mencapai sehingga 314 juta di seluruh dunia Foster, 2008. Manakala, kebutaan di Indonesia merupakan bencana nasional. Kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini dampak pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Berdasarkan survei nasional tahun 1993–1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia. Hutasoit, 2010. Sementara menurut penelitian lain di Indonesia, yang dilakukan di daerah Sumatera diperoleh data bahwa angka kebutaan bilateral berkisar antara 2,2 dan low vision berkisar sebanyak 5,8 Aldy, 2010. Menurut perkiraan WHO pada tahun 2002 dalam Puspita, 2010, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak 47,8, glaukoma 12,3, Universitas Sumatera Utara uveitis 10,2, age – related macular degeneration AMD 8,7, trakhoma 3,6, corneal opacity 5,1, dan retinopati diabetik 4,8. Gambar 1.1 dan Gambar 1.2: Diambil dari Community Eye Health Jurnal 2008 dan Global Initiative for the Elimination of Avoidable Blindness: action plan 2006-2011 2007, menggambarkan distribusi penyebab kebutaan. Menurut Global Initiative for the Elimination of Avoidable Blindness: action plan 2006-2011 2007, prevalensi kasus kebutaan akibat retinopati diabetik di dunia adalah sebanyak 4,8 atau 1,8 juta dari 37 milyar kasus kebutaan. Daripada itu, prevalensi kebutaan akibat retinopati diabetik di kebanyakkan negara Africa sebanyak 0, kebanyakkan negara South-East Asia dan Western Pacific sebanyak 3–7, America, Europe dan Western Pacific sebanyak 15–17. Manakala, prevalensi kasus kebutaan akibat retinopati diabetik di Indonesia sebanyak 0,03 Wilardjo, 2001. Selain itu, menurut American Diabetes Association ADA 2006 sekitar 12,000 – 24, 000 kasus kebutaan akibat retinopati diabetik ditemukan setiap tahun Shaya, 2007. Universitas Sumatera Utara Prevalensi penderita diabetes melitus di dunia adalah sebanyak 246 juta Riaz, 2009 dan daripada itu penderita DM tipe 1 yang berlanjut menjadi retinopati diabetik di dunia adalah sebanyak 0–3 , dan penderita DM tipe 2 yang berlanjut menjadi retinopati diabetik di dunia adalah sebanyak 6.7–30.2 Shaya, 2007. Prevalensi penderita DM di Amerika pula adalah sebanyak 18 juta dan yang berlanjut menjadi retinopati diabetik adalah sebanyak 4,1 juta Chang, 2008. Manakala di Indonesia, terdapat 8,4 juta penderita DM Fitrania, 2008 atau 5,7 penderita DM Pramono et al, 2010 dan yang berlanjut menjadi retinopari diabetik adalah sebanyak 20,6 Kun, 1993. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan urutan keempat tertinggi penderita DM Fitrania, 2008. Kondisi ini mendapat perhatian besar lembaga – lembaga internasional sejak tahun 2000. Badan kesehatan dunia World Health Organization WHO berkerjasama dengan International Agency for Prevention of Blindness IAPB telah mencadangkan satu inisiatif global yaitu program, “Vision 2020, The Right To Sight” hak untuk melihat. Visi ini kemudian diimplementasikan sesuai dengan kondisi masing – masing negara. Puspita, 2010. Menurut data yang dilaporkan oleh Komisi Diabetes di Amerika, dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes, maka penderita diabetes melitus mempunyai resiko kebutaan 25 kali Kun, 1993. Di Amerika Serikat, 12 dari penderita yang mengalami kebutaan disebabkan oleh diabetes mellitus. Di negara – negara berkembang diperkirakan penyebab utama kebutaan pada kelompok umur 20 hingga 74 adalah retinopati diabetik Shaya, 2007. Kebutaan oleh karena retinopati diabetik secara umumnya disebabkan oleh non-resolving vitreous hemorrhage, traction retinal detachment atau diabetic macular edema. Prevalensi retinopati diabetik meningkat secara proposional dengan durasi lama menderita diabetes. Dijumpai retinopati diabetik pada 20 pasien yang didiagnosa menderita DM tipe II pada waktu pertama kali didiagnosis, dan persentasenya bertambah hingga 60–85 setelah 15 tahun menderita DM. Manakala, 3–4 proliferatif retinopati diabetik dijumpai pada Universitas Sumatera Utara pasien yang menderita DM tipe II kurang dari 4 tahun dan 5–20 pada pasien yang menderita DM lebih dari 15 tahun Sengϋl et al, 2002. Menurut Global Initiative for the Elimination of Avoidable Blindness: action plan 2006-2011 2007, terdapat terapi yang dapat menurunkan resiko penurunan visus dan kebutaan secara signifikan dengan hasil penelitian klinis selama lebih dari 30 tahun, kontrol terhadap DM dan hipertensi yang baik dan didapati dengan terapi yang khusus dan tepat, resiko penurunan visus dan kebutaan dapat dicegah sebanyak 90. Namun, setelah terjadi kebutaan akibat retinopati diabetik maka tidak dapat ditingkatkan tajam penglihatan dengan upaya apapun karena telah terjadi buta permanen Wilardjo, 2001, namun beberapa bentuk retinopati diabetik dapat diobati dengan operasi vitreo – retina kompleks. Skrining program untuk mendeteksi retinopati diabetik pada tahap yang awal dimana dengan pengobatan dapat dicegah dan program pendidikan kesehatan adalah cara yang penting untuk mencegah terjadinya kebutaan akibat retinopati diabetik Global Initiative for the Elimination of Avoidable Blindness: action plan 2006-2011, 2007. Seseorang yang mengalami kebutaan, baik pada satu mata maupun pada kedua matanya memerlukan perhatian serius karena dapat menimbulkan dampak sosio, ekonomi dan psikologi yang akhirnya menjadi beban individu, masyarakat bahkan negara Aldy, 2010 dan dengan perubahan pola kehidupan ke arah moden diperkirakan pada tahun – tahun mendatang penyakit DM akan menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang, termasuk Indonesia serta kurangnya data penelitian mengenai prevalensi kebutaan akibat retinopati diabetik di Indonesia menyebabkan penulis memilih judul ini. Hal – hal tersebut diatas menjadi latar belakang bagi penulis untuk mengetahui prevalensi kebutaan akibat retinopati diabetik di Sumatera Utara khususnya dari RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah