2.3.6. Pemeriksaan Penunjang Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya edema makula pada
retinopati diabetik non – poliferatif dapat digunakan Stereoscopic Biomicroscopic dengan lensa +90 dioptri. Selain itu, Angiografi Fluoresens juga sangat
bermanfaat dalam mendeteksi kelainan mikrovaskularisasi pada retinopati diabetik. Manakala dijumpai kelainan pada elektroretinografik juga memiliki
hubungan dengan keparahan retinopati dan dapat membantu memperkirakan perkembangan retinopati Lubis, 2007.
Gambar 2.5: Contoh gambar fundus berwarna. Dua yang pertama menunjukkan gambar mata yang sehat sementara dua terakhir gambar berisi eksudat,
manifestasi dari retinopati Silberman, 2010.
Gambar 2.6: Gambaran retina yang membingungkan. Gambar pertama berisi Patch dengan intensitas warna yang sama dengan diskus optik dan dapat
menimbulkan kekeliruan dengan eksudatnya. Namun, komponen ini tidak berhubungan dengan retinopati diabetik. Gambar kedua berisi artefak besar
Universitas Sumatera Utara
oftalmoskopi yang digunakan untuk melihat retina dan hasilnya miriphampir sama dengan retinopati jika diperiksa dalam skala yang kecil Silberman, 2010.
Tabel 2.3: Diagnosis tingkat klinis retinopati diabetik dan rujukan yang tepat untuk dokter spesialis mata, berdasarkan grading gambar JVN lebih baik
dibandingkan dengan gradasi menggunakan Pengobatan Dini Retinopati Diabetika Study ETDRS tujuh standar lapangan 35-mm stereo warna slides dan
pemeriksaan retina oleh dokter spesialis mata melalui saiz pupil yang melebar Cavallerano et al, 2005.
2.3.7. Penatalaksanaan Pasien retinopati diabetik non-proliferatif tanpa edema makula dilakukan
pengobataan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemik yang lainnya. Terapi laser argon fokal terhadap titik – titik kebocoran retina pada pasien yang secara
klinis menunjukkan edema bermakna dapat memperkecil resiko penurunan penglihatan dan meningkatkan fungsi penglihatan, sedangkan mata dengan edema
makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna maka biasanya hanya dipantau secara ketat terapi laser Lubis, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pasien retinopati diabetik proliferatif biasanya diindikasikan pengobatan dengan fotokoagulasi panretina laser argon, yang secara bermakna menurunkan
kemungkinan perdarahan massif korpus vitreum dan pelepasan retina dengan cara menimbulkan regresi dan pada sebagian kasus dapat menghilangkan pembuluh –
pembuluh darah yang baru tersebut. Diharapkan kemungkinan fotokoagulasi panretina laser argon ini berkerja dengan mengurangi stimulus angiogenik dari
retina yang mengalami iskemik. Tekniknya berupa pembentukan luka – luka bakar laser dalam jumlah sampai ribuan yang tersebar berjarak teratur diseluruh
retina, tidak mengenai bagian sentral yang dibatasi oleh diskus dan pembuluh vaskular temporal utama Lubis, 2007.
Tabel 2.4: Diambil dari American Academy of Opthalmology menganjurkan beberapa manajemen yang umum. Terapi berbeda mengikut individu, derajat
keparahan pasien, faktor resiko, penyakit sistemik lain dan lain – lain.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5: Diambil dari Current Diabetes Reviews, 2009, Metabolic Control and Diabetic Retinopathy menunjukkan pengurangan atau penurunan resiko dengan
terapi yang intensif dan convensional Rodriguez-Fontal, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:
Kerangka Konsep Prevalensi Kebutaan Akibat Retinopati Diabetik di RSUP Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2008 – 2010
3.2. Variabel dan Definisi Operasional Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel
dalam penelitian berserta dengan definisi operasionalnya masing-masing sesuai dengan yang dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut:
Prevalensi Kebutaan
Akibat Retinopati
Diabetik - Karakteristik Penderita Usia Jenis Kelamin
- Lama Menderita Diabetes Melitus - Riwayat Keluarga
- Derajat Retinopati Diabetik
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Cara
Pengukuran Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala Pengukuran
Kebutaan Akibat
Retinopati Diabetik
Visus terbaik pada kedua
mata 360 Observasi dan
Pengumpulan data
Rekam Medis
Ketajaman Visus
1. Visus 360
2. Visus 360
Nominal
Penderita Retinopati
Diabetik Menderita
retinopati diabetik
Observasi dan Pengumpulan
data Rekam
Medis Menderita RD
1. Penderita retinopati
diabetik 2. Bukan
penderita retinopati
diabetik Nominal
Usia Usia saat
penderita pertama kali
didiagnosis menderita
retinopati diabetik
Observasi dan Pengumpulan
data Rekam
Medis Usia penderita
1. 20 – 40 tahun
2. 41 – 60 tahun
3. 60 tahun Ordinal
Jenis Kelamin
Jenis kelamin penderita
Observasi dan Pengumpulan
data Rekam
Medis Jenis Kelamin
1. Laki – laki 2. Perempuan
Nominal
Universitas Sumatera Utara
Lama Menderita
Diabetes Melitus
Lama menderita
DM pada saat penderita
diagnosis menderita
retinopati diabetik
Observasi dan Pengumpulan
data Rekam
Medis Onset
1. 10 tahun 2. 11 – 20
tahun 3. 20 tahun
Ordinal
Riwayat Keluarga
Ada riwayat ahli keluarga
yang menderita
masalah yang sama
Observasi dan Pengumpulan
data Rekam
Medis Riwayat
Keluarga 1. Ada riwayat
keluarga 2. Tidak ada
riwayat keluarga
Nominal
Derajat Retinopati
Diabetik Derajat
retinopati saat penderita
didiagnosis menderita
retinopati diabetik
Observasi dan Pengumpulan
data Rekam
Medis Tipe
1. Tipe Non Poliferatif
Retinopati Diabetik
2. Tipe Poliferatif
Retinopati Diabetik
Nominal
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross
sectional. Desain cross sectional adalah suatu desain penelitian dimana pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti dilakukan secara bersamaan
dengan melihat data rekam medis penderita retinopati diabetik yang tercatat selama periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2010.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli–September 2011 di RSUP
Haji Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan beberapa alasan yaitu, RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit
pendidikan, pusat pelayan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara, dan jumlah penderita retinopati diabetik di RSUP Haji Adam
Malik Medan relatif memadai untuk dijadikan sampel penelitian. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medis penderita retinopati diabetik selama periode 1 Januari 2008–31 Desember 2010.
Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling.
4.4. Kriteria Inklusi Eksklusi 4.4.1 Kriteria Inklusi